enam belas

28.7K 2.1K 46
                                    

Dhara tidak mengerti mengapa Shaka bertingkah semakin aneh dari hari ke hari setelah adu argumen mereka usai bermain golf hari itu. Pria itu akan mengantar Dhara ke rumah sakit, menyempatkan untuk bicara dengan Wulan seraya menunjukkan jika mereka adalah pengantin baru yang sangat bahagia dan tak mungkin terpisahkan. Wulan tentu saja senang melihat Shaka yang mengunjunginya setiap hari, mendengar argumen kecil antara Shaka dan Dhara, juga membiarkan Shaka menyuapinya. Namun, Dhara merasa aneh. Shaka bukan seseorang yang akan melakukan hal itu karena ia baik hati.

Tak hanya itu, Shaka seolah siap mengeluarkan taringnya jika ia melihat Matteo mengunjungi Wulan, sekedar berbasa-basi dan bicara santai dengan Wulan atau Dhara. Pria itu tak bisa menjaga tangannya setiap ada Matteo. Ia akan selalu menyentuh Dhara, mengelus pinggang atau bagian-bagian sensitif sekitar lehernya yang membuat fokus Dhara terpecah dan ia tak bisa benar-benar berkomunikasi dengan Matteo. Walau Dhara beberapa kali mendelik padanya, Shaka tidak pernah mau melepaskan Dhara.

"Dia cemburu sama Dokter Matteo?" tanya Wulan santai, menatap Dhara jenaka setelah Shaka beranjak pergi untuk kembali kerja. "Tante perhatikan, dia kalau ada Dokter Matteo jadi posesif minta ampun."

Dhara mendengkus. "Nggak tahu. Emang dasar aneh aja."

Wulan tertawa menatap Dhara yang nampak cerah akhir-akhir ini. Bekas-bekas merah keunguan di lehernya juga tidak menghilang, tetapi berganti lokasi. Kadang di leher, kadang di lekukan leher, kadang di antara rahang dan telingan atau di dada bagian atas Dhara yang dapat dilihat oleh orang lain. Seolah tanda itu sengaja dibuat oleh Shaka untuk ditunjukkan pada orang lain.

Dan memang Shaka akhir-akhir ini selalu masuk ke kamar Dhara, menyentuh Dhara sampai ia menjerit tak sanggup dan memuaskan dirinya dengan cara yang sama. Bukan berhubungan badan. Mereka hanya saling bergesekan sampai Shaka melepaskan puncaknya di seluruh tubuh Dhara. Setelahnya, ia akan membersihkan Dhara dan membawanya tidur di kamarnya. Selalu begitu setiap hari. Dhara sampai tidak tahu harus berkata apa pada Retno yang membersihkan kamarnya setelah kekacauan yang disebabkan oleh Shaka. Pria itu hanya berhenti semalam karena Dhara sedang datang bulan.

"Ya, berarti Tante bakalan gendong cucu dong? Eh, cucu nggak sih sebutannya?" Wulan tersenyum lebar sambil menatap Dhara. "Bikinnya langsung dua gitu, jangan cuma satu!"

"Tante kira bikin boneka apa?" keluh Dhara dengan kening berkerut.

Wulan tertawa geli. Dhara menatap wajahnya, tersenyum tipis dengan perasaan antara lega tapi juga masih cemas. Menurut dokter, Wulan menunjukkan perkembangan. Sel kankernya berhenti menyebar dan kondisi Wulan berangsur-angsur membaik. Hanya saja, rambutnya mulai menipis akibat pengaruh terapi. Namun, Dhara bisa melihat wajah Wulan yang kembali bercahaya dan nampak pulih.

"Tante nggak usah mikirin yang aneh-aneh," kata Dhara menggenggam tangan Wulan. "Pokoknya Tante harus terapi sampai sehat."

Wulan menatap Dhara, mengulurkan tangannya dan mengelus rambut Dhara sayang. "Kamu tahu arti namamu?"

Dhara menatap Wulan, menggeleng. Wulan tak pernah mengatakan apapun soal arti namanya.

"Dhara berarti bumi. Tante menamaimu Dhara supaya kamu bisa jadi bumi, bisa menjadi dunia bagi orang lain," katanya sambil tersenyum. "Dan sekarang, orang yang beruntung itu adalah Shaka Alastair."

Dhara mengedipkan matanya. Ia hanya tersenyum hambar. Tidak. Ia bukan dunia bagi Shaka Alastair. Pria itu hanya memanfaatkannya untuk menyakiti Anindita atau membuat orang-orang yang mendekatinya menjauh. Terbukti efektif karena tidak ada lagi yang mendekati Shaka, menurut informasi Esa. Pria itu tanpa sengaja memberitahu Dhara soal hal itu saat ia mengantarnya ke rumah sakit.

Terlalu muluk untuk menjadi dunia bagi seorang Shaka Alastair yang memiliki segalanya. Ia bisa mendapatkan perempuan lain di luar sana. Apalagi, masih banyak yang berlomba-lomba ingin memiliki Shaka. Walau perlombaan itu sedang berhenti karena kehadiran Dhara. Namun, Dhara yakin begitu mereka bercerai, antrian calon istri Shaka akan kembali panjang.

Rented WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang