03. Lalalalisa || Watanabe Haruto

2K 160 9
                                        

Kaki jenjangnya melangkah setapak demi setapak, melewati tiap jalanan pada siang hari ini yang teramat terik dikarenakan sinar matahari. Jalanan terlihat ramai, dipenuhi oleh tiap kendaraan yang berlalu lalang. Mengeratkan tali tas yang dirinya pakai, gadis berwajah mungil dengan mata bulatnya yang indah itu nampak santai menjelajah kan kakinya di area trotoar.

Gadis itu tengah dalam perjalanan pulang dari sekolah menuju ke rumahnya dengan berjalan kaki. Bercampur padu dengan beberapa kendaraan yang sama melintas di jalan raya, meski berbeda dengan dirinya yang melangkah di area khusus pejalan kaki.

Berjalan kaki adalah pilihan utama yang selalu gadis itu lakukan setiap kali pulang ataupun pergi sekolah. Karena keberadaan rumahnya yang tidak terlalu jauh dari sekolah, membuatnya sangat terbiasa untuk melewati jalanan yang ramai itu dengan pejalan kaki.

Dia mengedarkan pandangannya ke sekitar, memperhatikan para pengguna jalan yang berhenti sebentar dikarenakan lampu merah. Beberapa kendaraan mulai bergerak maju ketika lampu kuning menyala, dan benar-benar melaju setelah lampu hijau terlihat.

Gadis manis itu merenggangkan lehernya, menghilangkan rasa keram yang terasa karena menggendong tas yang isinya sangat berat. Banyak buku yang dirinya bawa hari ini, dan semua buku tersebut memiliki jumlah halaman yang banyak dan juga tebal.

"Balikin buku aku!"

Teriakan kecil itu samar-samar terdengar di telinganya, membuat gadis yang menggunakan seragam SMA itu mengalihkan pandangannya. Mencari objek yang menimbulkan suara tersebut.

Dia melangkah maju, sembari mengedarkan pandangannya ke penjuru arah. Karena berisiknya suara kendaraan yang terdengar, membuatnya sedikit kesulitan untuk mendengar suara tersebut. Meski masih dapat terdengar secara samar-samar.

"HEI!" Teriaknya ketika berhasil menemukan objek suara. Dengan langkah cepat dia memasuki salah satu gang kecil yang berada di jalanan raya tersebut untuk menghampiri rombongan bocah SD yang tengah berkumpul dengan seseorang berada di tengahnya.

Lingkaran bocah SD itu terbelah, menunjukkan presensi bocah yang terlihat tengah menangis. Wajah putihnya memerah, dengan ingus yang meler keluar dari hidungnya. Gadis itu yang melihatnya merasa kasihan. Dengan sigap dia menarik buku yang berada di salah satu rombongan itu dengan sedikit kasar lalu mengembalikannya ke bocah tampan itu.

"Kalian kenapa ambil buku punya dia?" Tanyanya menatap tajam ke arah mereka, sembari berkacak pinggang.

"Kalian itu masih kecil, nggak boleh ngelakuin hal yang jahat kayak gini!" Dia kembali bersuara, memberi nasihat kepada segerombolan bocah SD tersebut yang berkisar sepuluh orang. Mana wajahnya tampan-tampan semua... Haduh, jadi nyesel lahir duluan.

Salah satu bocah maju dengan songongnya. Dan dari segerombolan bocah itu, dia lah yang paling tampan. Tapi tidak setampan bocah yang menjadi korban.

"Kakak ngapain sih ikut campur urusan kita!" Balasnya ngegas, gadis yang bernama Diana itu spontan kaget. Eh, masih bocah juga udah galak gini. Gimana gedenya nanti.

"Ya kakak ikut campur karena kakak nggak mau biarin kalian ganggu dia." Tangannya menunjuk ke arah bocah yang nampak masih menangis sesegukan.

"Kalian pasti satu sekolah kan, nah... Sesama teman satu sekolah itu nggak boleh kayak gini. Harus berteman."

"Kami nggak mau berteman sama dia!" Yang lain ikut jawab, disorakki bocah yang lain.

"Eh kenapa? Padahal dia ganteng lho."

"Dia itu pelit, nggak mau bagi jawaban sama kita saat ulangan tadi di sekolah!"

Diana mengangguk paham, jadi gara-gara masalah ini toh... Haduh, dasar bocah SD.

LALALALISATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang