"Kalian sama saja."
"Kapan berangkatnya kak? Kok udah persiapan aja."
Raka menolehkan kepalanya. "Tanggal 9 Lun." Jawabnya sambil kembali fokus kepada ranselnya.
"Oh."
Besok adalah hari pemberangkatan Raka dan teman-temanya ke Hutan Lingga, jaraknya lumayan jauh, membutuhkan waktu setengah jam untuk menempuh perjalanannya.
Mereka bersembilan mempersiapkan bawaan mereka dengan teliti, stok makanan, alat kesehatan atau P3K dan alat penting lainnya.
Malam ini entah mengapa Raka sangat gelisah dan berpikiran negatif, itu datang tiba-tiba. Tapi dengan cepat dia berpikir positif, karna dia yakin Allah swt. Akan menjaga dia dan juga teman-temannya yang lain.
"Pasti Luna bakal kesepian," sedih Luna menundukkan kepalanya.
"Gak bakal, kan ada sahabat dan crush kamutuh yang pasti bakal nemenin kamu." Raka tersenyum jahil sambil menaik turunkan kedua alisnya.
Luna menatap kakaknya sinis. "Apasih! Luna gak punya crush tau!!" elak sang empu.
"Kamu pikir kakak gak tau? Yang ada digaleri ponsel kamu itu siapa? D-duda bukan si namanya?" tanya Raka sambil mengingat nama yang katanya crush si adik.
"YUDA KAK! bukan Duda!" koreksi Luna.
Raka tersenyumm. "Oh Yuda ya? Hehe."
Dengan cepat Luna keluar dari kamar kakaknya, dia takut kakaknya malah menggoda lebih parah, dan membuat pipinya merah seperti kepiting rebus.
***
"Ma! Akhirnya Mama angkat panggilan aku juga." Antusias Rai sambil tersenyum.
"Alay banget kamu! Mau apa? Uang habis? Baru kemarin lhoh Mama dan Papa kirim kamu uang, masa udah habis aja."
Senyuman yang tadi mengembang kini terlihat hambar. "Bukan uang Ma, tapi apa kalian beneran gak bisa pulang?"
Terdengar decakan kesal disana.
"Sibuk."
Tuut
Rai memandang ponselnya dengan pandangan sedih bercampur kecewa.
Prangg
Rai memandang ponselnya yang sudah hancur tak berupa. "Kenapa?"
"KENAPA KALIAN JAHAT SAMA GUE?!!!"
"Setidaknya kalian lihat gue sekali aja! Kalian ninggalin gue selama 10 tahun, mana janji kalian yang kalau udah sukses bakal pulang?"
"Ma, Pa tolong jengukin Rai sekaliii aja. Setelah itu Rai gak bakal gangguin kehidupan kalian kok, Rai janji itu untuk terakhir kalinya..."
"Janji itu harus ditepati Rainer."
Rai melotot setelah mendapat bisikan itu, dia celingak celinguk kesetiap sudut kamarnya, namun nihil dia tidak mendapati seorang pun manusia, hanya dia sendirian yang ada dikamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Łingga [END]
Fantasy[END] ''Kita lihat, apakah mereka bisa kembali?'' Kenapa sembilan manusia itu lebih mementingkan keinginan daripada memikirkan risikonya terlebih dahulu? HIGH RANK. #2 in Kazuha 19/11/2022 #1 in Eunchae 23/12/2022 #1 in Alam 24/12/2022 #1 in Minju 1...