24. Berkhianat

402 109 34
                                    

"Sialan!"

Suasana di tempat tahanan kerajaan Nicholas itu hening setelah Varro berucap.

Kinan menatap nyalang Varro. "Bukannya lo yang berkhianat?!"

Varro terkekeh sinis. "Kalau gue berkhianat gak mungkin di tahan."

Raka berdiri lalu ikutan memegang jeruji besi seperti Kinan. "Kyler, lo gak mungkin kerjasama sama, Leroy, kan?"

"Gue ... pergi." Kyler berjalan keluar ruangan tanpa menatap Kinan sedikitpun.

"KYLER! LO BOHONG KAN?! JANGAN BERCANDA DI SITUASI KAYAK GINI, KYLER!!!" jeruji di pukul oleh Kinan dengan sekuat tenaga.

Raka memegang bahu Kinan, lalu menuntunnya untuk kembali duduk bersama yang lain. Tidak ada penolakan dari sang empu.

Tidak ada yang mengangkat suara, Kinan terlihat kecewa dan emosi sekarang.

"Udah jam empat sore, belum sholat nih." memecahkan keheningan, Dhafin berucap.

"Yang muslim sholat dulu, Tayyamum aja." kata Raka.

***

Kyler berjalan dengan tegas ketempat latihan berpedang. Dia butuh bantuan seseorang, siapa lagi kalau bukan Hartigan.

Hartigan yang melihat Kyler mengerinyit heran, lalu cepat-cepat menghampiri lelaki itu. Mengetahui Kyler adalah teman Dhafin, dia ingin menanyakan di mana kini putranya berada.

"Di tahanan, saya tidak bisa membantu banyak." bisik Kyler. "Huh! Kenapa saya yang harus terbebani oleh para petualang itu." lanjutnya dengan dengusan malas.

Hartigan melongo, lalu mengangguk. "Baiklah, terimakasih kesatria."

Tanpa berpamit terlebih dahulu, Kyler pergi berniat memanah untuk menghilangkan rasa kesalnya.

"Dasar pelit!"

"Pelit? Bahkan Anda sudah memakai tubuh Saya dalam beberapa hari kebelakang, sungguh membuang waktu."

"Membuang waktu?! ITU SATU-SATUNYA CARA AGAR AKU TIDAK BERSATU DENGANMU, BODOH!!"

***

Tanaya memegang dinding sambil memejamkan mata, sedangkan yang lainnya menatapnya dengan penuh harap.

Tanaya menghela nafas kasar, lalu menatap yang lainnya dengan tatapan bersalah. "Maaf."

Bahu yang awalnya naik, kini turun. Harapan mereka untuk keluar dari jeruji ini lenyap seketika.

Tadinya, Tanaya yakin kekuatannya tidak di tahan oleh Leroy. Namun ternyata salah, kekuatannya juga di tahan. Leroy itu pintar, namun sayangnya kepintaran yang dia punya tidak di manfaatkan dengan benar.

"Anak-anak," panggil seseorang.

Semuanya menoleh kearah luar jeruji, bagaikan memenangkan giveaway besar-besaran, mereka langsung menatap Hartigan dengan senang.

Oh ayolah, Hartigan jadi ingin tertawa melihat tatapan mereka.

"Ayah, kau memang pahlawanku!" seru Dhafin sambil berpura-pura mengusap air mata.

Hartigan menunjukkan muka sombongnya, tanpa babibu dia membuka kunci jeruji menggunakan kunci cadangan yang dia punya.

Membuka gerbang dengan pelan. "Ayo keluar, tapi jangan berisik, lhoh!" Wanti Hartigan.

Łingga [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang