26. Kekalahan?

396 89 36
                                    

"Baiklah, aku kalah."

Dengan langkah yang bisa dibilang tidak santai, Luna memasuki rumah Dhafin.

Mendengar langkah kaki seseorang, semuanya menoleh kearah Luna yang terlihat gelisah.

"Ada apa?" Melihat raut wajah adiknya tampak tidak mengenakan, Raka heran.

Luna mengulum bibirnya sebelum menjawab. "Ayah, dia gak ada dirumah, Kak."

Penuturan Luna, membuat Raka sakit kepala secara tiba-tiba.

"Mungkin lagi belanja?" Dhafin berusaha ber-positive thinking.

Luna menggeleng, dia seperti membawa sesuatu dari saku celananya. "Aku nemuin surat ini." dengan suara bergetar, Luna menyodorkan kertas yang sudah dilipat kepada, Raka.

Raka menerimanya, lalu membuka surat itu dan membacanya.

Ayah pamit pergi, Ayah gak bisa diam aja selama kalian dalam bahaya. Apalagi, ini salah Ayah. Raka tolong jaga Luna, Ayah sayang kalian berdua. Maafkan Ayah ...

Raka terdiam sambil meremas kertas itu dengan emosi, jadi Ayahnya pergi? Meninggalkannya dan juga Luna.

Melihat raut wajah Raka, mereka mulai penasaran dengan isi surat yang sekarang sedang diremasnya. Tapi, dari raut yang mereka lihat, sepertinya isi surat itu bukan kabar yang baik.

"Kak, Ayah ninggalin kita?" Percayalah, sekarang Luna berusaha untuk tidak menangis walaupun air matanya sudah berada di ujung tanduk.

Raka menatap Luna sendu, diapun memeluk adiknya.

Hening, hanya terdengar isakkan kecil dari Luna. Jujur saja mereka terkejut mendengar perkataan Luna, Deon pergi? Entah apa motif dari perginya seorang Deon.

Dhafin menepuk bahu sahabatnya. "Sabar."

Raka mengangguk, sebenarnya dia ingin menangis hanya saja dia tidak ingin terlihat lemah di depan adiknya.

Ngomong-ngomong, Dhafin memang sudah berteman dengan Raka dari kecil, begitu juga Andra. Kalau dengan yang lain, Raka mengenal mereka sewaktu SMP. Tapi dia bersyukur, sampai saat ini mereka bersembilan sudah kuliah pun, mereka masih berteman dengan baik tanpa ada dinding yang menghalangi. Beruntung mereka bersembilan kuliah di Universitas yang sama.

Ah, Raka masih tidak percaya, Andra dan Rai sudah tidak ada. Mengingatnya saja membuat Raka ingin menangis.

"Ada yang janggal." ungkap Alie.

"Maksud lo?"

"Bukankah ini terlalu mendadak? Maksud gue, kenapa Ayah Raka dan Luna pergi dengan tiba-tiba?"

Tiger menatap Raka dan Luna bergantian dengan mata yang menyipit. Apakah dia harus memberitahu Rahasianya sekarang?

"Secret KL. Rahasia keluarga Lingga." pernyataan dari Olive membuat Raka menatapnya.

Bak memori yang telah dilupakan terputar kembali, Raka merasakan sensasi aneh dalam tubuhnya.

Raka memukul dahinya, entahlah dia tiba-tiba mengingat sesuatu. "Keluarga Lingga, mereka adalah penguasa Lingga yang sebenarnya!"

Semuanya tersentak mendengar nada bicara Raka naik.

"Lo tau darimana?" Kedua alis Varro menukik tajam.

Raka terdiam. "Gak tau, tiba-tiba datang dalam ingatan."

"Tapi, bukankah keluarga Lingga sudah tidak ada?" heran Tanaya.

Tiger menggeleng tidak setuju. "Masih ada, mereka deket sama gue."

"Penguasa Lingga Leroy bukan? Jadi dia keluarga Lingga?" kepala Alie sangat sakit dibuatnya.

Łingga [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang