30. Akhir dari Segalanya

614 85 44
                                    

"Inilah akhir yang kau pilih."

Tiga pemuda itu menerobos gerimis hujan dengan santai, tanpa memakai jas hujan atau payung dan membiarkan air hujan membasahi baju mereka sendiri.

Bukannya mereka tidak modal, hanya saja oknum yang bernama Dhafin memaksa Raka dan Andra untuk hujan-hujanan. Ya, intinya Dhafin merindukan masa kecil mereka bertiga yang sering hujan-hujanan, walaupun ujung-ujungnya sering kena amukan Ibu masing-masing.

"Inget gak si? Waktu kecil kita hujan-hujanan deket tukang bakso? Waktu itu juga si Andra masuk selokan!" Dhafin tertawa terbahak-bahak mengingat keadaan Andra waktu itu. "Terus pas nganter Andra cukuran, tukang cukurnya gak sengaja hampir ngebotakin rambut lo!" lanjutnya sambil menunjuk Andra.

Andra berdecak malas setelah mendengar Raka ikutan tertawa. "Dosa ah! Nyebar aib orang, mana di depan orangnya lagi!"

"Itu kenangan Ndra. Kapan lagi coba lihat lo hampir botak dan nangis dengan keadaan tubuh dilumuri air selokan yang berwarna hitam?" Ucap Raka sambil cekikikan.

"Diam kalian! Jangan bersuara. Pangeran tinju nih." ancam Andra bercanda.

"Berani emang? Hehe."

"Masa kecil kita kocak juga ya? Jadi kangen." kata Raka sembari menendang kecil kubangan air yang berada di jalan.

Dhafin dan Andra mengangguk. "Gue harap kita terus bersama gaes!"

Andra menggeleng. "Kalau udah wisuda pasti bakal jarang ketemu, fokus ke masa depan masing-masing."

"Asal jangan saling melupakan aja, komunikasi sekali-kali harus, apalagi kalau ada waktu luang." tambah Raka.

"Ekhm, tenang gaes! Nanti kita sukses bareng-bareng!!" Seru Dhafin.

"Aamiin."

***

Raka menghampiri Kayshila yang sedang menonton Televisi, dia duduk disamping Kayshila lalu berdehem.

"Bu, Ayah kemana?" Tanya Raka.

Kayshila yang tadinya tertawa ringan karna melihat adegan lucu di Televisi terlihat sedikit kaget mendengar pertanyaan dari sang anak.

"Kamu lupa? Ayah udah gak ada."

Raka terdiam, kenapa jadi terbalik? Sebelumnya Kayshila yang sudah tidak ada, tapi sekarang? Malah Ayahnya.

"Sejak kapan?"

"Waktu umur Luna lima tahun."

Tok tok tok

"Biar Raka yang buka." Raka beranjak dari duduknya lalu berjalan kearah pintu bagian depan.

Cklek

"Siap---"

Raka menatap pemuda yang berada di depannya dengan kaget.

"Udah gue bilang, gue pasti bakal datangin lo."

***

Setelah makan malam terlebih dahulu, Raka dan satu lainnya pergi ke kamar.

Mendudukan diri diatas karpet bulu yang lembut, mereka berdua tiba-tiba canggung--- ah, mungkin hanya Raka saja.

"Lo bingung gak, kenapa gue ada disini?"

"Enggak, lo kan sepupu gue."

Łingga [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang