03. Masih Pemanasan

667 168 51
                                    

"Kalian benar-benar datang,"

Suara burung yang berkicau, dedaunan pohon yang terkena angin membuat kesembilan manusia itu tidak bosan untuk melihat lebih rinci Hutan Lingga.

"Kata orang-orang hutan Lingga nyeremin, tapi kok? Malah ngebetahin ini!" seru Kinan.

Semuanya mengangguk, "Mereka mengambil opini sebelum melihat hutan ini lebih dalam," saut Arisha.

"Dari luar hutannya emang serem karna keliatan rimbun sama pepohonan, dan itu mengherankan banget." Gumam Raka.

"Lo ngomong apa?" tanya Dhafin, karna dia tidak mendengar dengan jelas gumaman Raka.

"Apa cuman gue yang merasakan hawa negatif?" Raka sambil lebih mendekati Dhafin.

Dhafin terdiam sebelum menjawab, "gue juga rasain itu."

Slurrpp slurrpp

Raka waspada ketika mendengar suara aneh itu, seperti suara ular namun mirip dengan suara manusia yang sedang memakan ice cream juga.

"Kalian denger itu?" Raka menatap satu-satu temannya yang terlihat terdiam.

"Suara ular bukan sih?" Rai sambil melihat keatas dahan pohon, takutnya ada ular disana.

"G-gaes..."

Semuanya mengalihkan atensinya kepada Tanaya yang terlihat membeku sambil melihat kebelakang pohon yang besar.

Dengan cepat mereka menghampiri Tanaya dan ikut melihat apa yang sedang Tanaya perhatikan.

Seketika mata mereka melotot.

"A-" dengan cepat Kyler membekap mulut Kinan yang akan berteriak.

Dibalik pohon, ternyata ada ular besar yang sedang menggigit dan menghisap darah seekor gorila.

"Jangan disini! Ayo kita lanjutin perjalanan kita, saling pegangan tangan." Arah Raka lalu menggengam tangan Arisha yang disebelahnya begitupun yang lainnya.

Mereka bersembilan pergi dari dekat pohon sambil mengendap-ngendap, setelah beberapa meter jauh dari pohon dan ular besar itu, mereka berhenti.

"Gila! I-itu beneran ular?!" teriak Tanaya yang sudah berkaca-kaca.

"Astagfirullah halazim, Ya Allah yang maha kuasa... jantung gue serasa mau copot tadi!" Dhafin yang sama terkejutnya sambil memegangi dada.

Kinan menangis sambil berjongkok dan memeluk lututnya, dia memang yang paling ceria dan bersemangat. Tapi dia juga yang paling takutan dan sensitif.

Rai berjongkok sambil berusaha menenangkan Kinan.

"Innalillahi... ini kayak mimpi tapi nyata." Raka pun sama terkejutnya dengan yang lain.

Arisha, Rafandra dan Varro saja yang terlihat tidak terlalu terkejut, ya 3 sejoli ini memang orangnya berani.

Kyler termenung, perasaannya jadi makin tidak enak, "Kalau gini, gue jadi mau pulang njir." Gumamnya.

Mereka memang sering berpetualang, tapi hanya kali ini saja mereka melihat ular yang sebesar-ah sulit dideskripsikan.

"Ini bukan diAmazon kan?" Kinan bersuara walaupun masih sesegukan.

"Kayaknya kita harus istirahat dulu." Putus Raka melihat Kinan yang terlihat masih syok dengan kejadian tadi.

***

"Gue salut sama lo Sha," ucap Tanaya.

Arisha mengalihkan pandangannya dari ponsel ke Tanaya. "Salut apa?"

Łingga [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang