27. Luna, Woman On Top but--

407 89 32
                                    

"Pada akhirnya, dia akan kalah."

Raka membeku begitupun yang lain, setelah menemukan tempat dimana Luna berada dengan bantuan Kompas ajaib dari Kayshila, mereka akhirnya dapat menemukan Luna yang berada di dekat Air terjun.

Dengan siapa? Tentu saja dengan Leroy.

"Raka, itu beneran adik lo? Si Luna?!" Dengan mimik wajah yang tidak bisa dikondisikan, Tiger berucap.

"Buta lo? Mata lo?!" Sarkas Kyler sambil melirik sinis ke arah Kyler.

"Astagfirullah!" Ucap Raka.

Yang membuat mereka terkejut bukan karna Luna yang sudah ditemukan, namun keadaan Luna dan Leroy yang sudah berlumuran darah.

Byurr!

Luna menyeringai setelah mendorong Leroy untuk jatuh kedalam air. Leroy memunculkan kepalanya lalu berteriak seperti kesakitan dengan keras.

Air terjun yang tadinya berwarna bening, kini sudah berwarna merah karna darah milik Leroy.

"ARGHH! APA YANG TERJADI?!! ANAK BODOH! BERANI-BERANINYA KAU!" Teriak Leroy, kulitnya yang melepuh dan berubah menjadi warna merah serta berlumuran darah membuat kesan ngeri.

"Aku bodoh? Kau yang bodoh! Siapa suruh menculik Luna, lagipula memang seharusnya kau seperti ini. Selamat tinggal dipenyiksaan!" Luna tertawa keras, lalu tubuhnya tiba-tiba oleng dan jatuh ketanah.

Raka langsung berlari untuk melihat keadaan sang adik. Dia bernafas lega karna Luna hanya pingsan.

"Alhamdulilah, kita kembali ke kerajaan." ujar Raka sambil mengendong Luna.

"Leroy?" Tanya Varro sambil melihat dengan ujung matanya kearah Leroy yang masih berteriak kesakitan.

Tiger mengelus dagunya. "Tinggalin aja, air itu bisa bikin dia mati kok."

***

Kayshila mengelus surai milik Luna dengan lembut, dia menghela nafas lalu mengalihkan pandangannya kearah Raka yang baru saja masuk kedalam kamar tidur Luna.

"Bagaimana keadaan Luna, Bu?" Raka ikut mendaratkan bokongnya ke sisi ranjang milik Luna.

"Dia kecapean, sepertinya Nenek kalian merasuki tubuh Luna." balas Kayshila.

Raka mengerinyit. "Nenek?"

"Dia pernah berucap bahwa Luna adalah takdir dari kematian seseorang."

"M-maksudnya?"

Kayshila menatap Luna dengan sendu. "Luna harus membunuh Leroy. Tapi, sepertinya Nenek tidak rela jika cucunya dicap pembunuh oleh Lingga."

"Bukankah kita tidak boleh mempercayai---"

"Ini Lingga, Raka. Ramalan dari seseorang yang hebat memang selalu terjadi di dunia ini." potong Kayshila.

Raka terdiam, ramalan macam apa itu?

"Baiklah, Raka akan berusaha untuk terbiasa. Ngomong-ngomong, apa Ibu tau Ayah ada dimana sekarang?" Tanya Raka.

Sekarang giliran Kayshila yang terdiam. Dia bingung dan takut Raka akan membencinya.

"Sebenarnya alasan Ibu pergi meninggalkan kalian adalah---ditahan. Saat kalian berada dirumah Dhafin, Ayahmu membebaskan Ibu dengan cara menukarkan dirinya agar Ibu bisa bebas dan menyelamatkan kalian." tak kuasa menahan air matanya, Kayshila menangis mengingat orang yang sangat dia cintai rela mengorbankan diri untuknya dan juga untuk orang lain.

Łingga [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang