16. Sihir

448 136 50
                                    

"Kalian berada jauh dibawahku."

Dhafin berjalan dibelakang Ayahnya dengan gugup, bagaimana tidak? Setelah kemarin dia dilatih berpedang, sekarang dia harus berlatih memanah juga, dan sialnya dia harus berlatih dikerajaan.

Ngomong-ngomong, Hartigan adalah Panglima perang diKerajaan Nicholas. Kadang-kadang kalau dia sedang gabut, dia sering berjaga disekitar tempat tinggalnya.

Hartigan melirik sedikit kebelakang. "Kau tau seberapa besar Ayah menyayangkan skill mu yang hilang?"

"Sebesar rasa sayang Ayah kepadaku?" tebak Dhafin.

Hartigan melirik sinis Dhafin. "Kau ini, dengar nak! Disini kau harus bersikap sopan, jangan sampai kesatria melihat sisi gelapmu."

"Memang apa sisi gelapku?"

"Ngereog."

Mendengar jawaban Ayahnya Dhafin memasang wajah julid. "Tidakkah Ayah sadar? Bahwa sikapku ini turun dari Ayah sendiri?"

"Stop, kita sudah sampai."

Dhafin melihat lapangan luas yang berisikan manusia yang sedang memanah. Tapi, pemuda yang sedang berbicara dengan seorang perempuan membuatnya menajamkan penglihatannya.

"Kyler sama Tanaya?" gumam Dhafin. "Woy Kyler, Tanaya!" panggilnya dengan teriak.

Plak!

"Astagfirullah! Ayah kenapa memukulku?" kaget Dhafin.

"Baru saja sampai sudah tidak sopan, mereka itu adalah seorang Putri Kerajaan dan Kesatria, bersikap sopanlah kepada mereka." wanti Hartigan.

Kyler mendengar teriakan Dhafin langsung menoleh.

Hartigan dan Dhafin menghampiri Tanaya dan Kyler.

"Maaf atas perbuatan anak saya yang tidak sopan yang mulia Putri Tanaya dan Kesatria Kyler." Hartigan membungkuk diikuti Dhafin.

"Tidak apa-apa Hartigan. Hai Dhafin! Lama tidak berjumpa." sapa Tanaya sambil tersenyum kepada Dhafin.

Dhafin yang disapa heran. "H-hai juga Putri." kikuknya.

"Baiklah, Saya pamit undur diri." ucap Hartigan lalu membungkuk.

Tanaya hanya tersenyum dan mengangguk. Hartigan pun pergi dari area panahan.

Setelah Hartigan tidak terlihat, Kyler cekikikan melihat Dhafin terlihat gugup. "Santai aja kali!"

Dhafin menatap Kyler datar. "Katanya lo pelatih! Ternyata kesatria."

"Bodo amat, yang gue tau cuma itu."

Tanaya menggaruk pipinya. "Dhafin, kau kemana saja? Sudah beberapa minggu tidak kemari."

"A-aku sakit." Dhafin melirik Kyler yang terlihat santai.

Tanaya terlihat terkejut. "Benarkah?! Kenapa Ayahmu tidak memberi tahu aku, padahal kalau aku tau pasti akan menjengukmu." terlihat guratan penyesalan diwajahnya.

"Tidak apa-apa Putri."

Kyler memutuskan pergi ketengah lapangan, lalu mulai melihat-lihat jika ada yang kesusahan saat memanah.

Lama-lama dia menjadi nyamuk kalau bergabung bersama Tanaya dan Dhafin.

"Kenapa gugup Dhafin? Biasanya kau selalu santai dan banyak tingkah." heran Tanaya.

Dhafin berusaha mencari alasan, tapi disituasi seperti ini malah membuat pikirannya buntu. "Kepalaku pernah terpukul kayu Putri, jadi Ingatanku sedikit hilang."

Entah Tanaya akan percaya atau tidak, Dhafin tidak perduli.

"Begitu rupanya, jangan-jangan kau juga tidak ingat aku?!" sentak Tanaya dibalas anggukan oleh Dhafin.

Łingga [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang