05. Kejadian tak terduga

592 154 55
                                    

"Terbukti bukan?"

Malam ini Raka dan teman-temannya memutuskan untuk istirahat dan mendirikan tenda didekat sungai, agar mereka tidak susah untuk mencari sumber air.

Mereka saat ini sedang makan, roti dan makanan ringan tentunya, karna makanan berat stoknya sudah mulai menipis, maka dari itu mereka harus berhemat.

"Gimana kalau kita kehabisan stok makanan?" Kinan dengan tiba-tiba bertanya ditengah keheningan sambil memakan rotinya.

"Baru 2 hari loh..." sambung Rai.

"Gue bawa stok makanan lebih kok, bisalah buat 3 hari kedepan," kata Raka.

Kyler mengangguk, "Lagian masih banyak makanan ringan kan?"

Semuanya mengangguk. "Pantesan tas lo kelihatan lebih berisi." kekeh Tanaya.

Raka tersenyum, tentu saja dia selalu sedia payung sebelum hujan, mungkin sesuatu yang berlebihan itu tidak baik tapi untuk keadaan seperti sekarang sangat dibutuhkan.

"Ngomong-ngomong Kak Alie kemana ya?" Dhafin jadi kepikiran Alie saat ini.

Mendengar nama Alie, Arisha mendengus. "Orang gak jelas gitu, ngapain ditanyain."

Semuanya sedikit terkejut mendengar Arisha yang kelihatan tidak suka dengan Alie. Padahal Arisha adalah tipikal orang yang bodo amat dan tidak suka menampakkan ketidak sukaannya kepada orang lain, terkecuali kepada teman-temannya.

"Menurut gue dia emang gak jelas, tapi gak usah dikhawatirin. Dia udah tinggal bertahun-tahun disini, jadi...you know lah," ujar Andra.

"Gue mau jujur. Sebenarnya dari awal pertama kali lihat Kak Alie, perasaan gue mengatakan kalau dia gak biasa-biasa aja." Raka akhirnya mengatakan yang dia pendam daritadi.

"Dalam artian apa? Siluman?" tanya Kyler.

Raka diam sesaat, semuanya menunggu jawaban dari Raka.

"Mungkin bisa disebut gitu? Intinya dia bukan manusia." jawab Raka.

Semuanya terdiam memikirkan apa yang Raka ucapkan, mereka kecuali Arisha merasa biasa-biasa saja sebenarnya. Tapi dengan sikap Alie yang aneh dan pergi begitu saja membuat mereka curiga.

"Lingga terlalu privat, kita gak tau ada apa aja didalam hutan ini." perkataan Arisha membuat mereka menjadi overthinking.

"Gue bilang juga apa, pasti hutan ini ada supranaturalnya. Gak mungkin Hutan Lingga disebut hutan terlarang kalau gak ada apa-apanya." Kyler mengacak surainya, kenapa dia baru mengatakan kata ini sesudah mereka masuk kedalam Hutan Lingga.

"Kalau kita gak bisa keluar gimana? Atau kalau bisapun harus ada tumbalnya." cicit Kinan.

Varro mendelik. "Kenapa lo terus bahas tumbal si?!"

Mendengar nada bicara Varro yang sedikit naik membuat Kinan kesal. "Emangnya kenapa? Masalah buat lo?! Lo takut kalau jadi tumbalnya? IYA?!! Penjaga hutan ini gak mungkin minta tumbal modelan laki berani ditampang doang!"

"KINAN ANJING! Ngomong kayak gitu sama aja kayak lo ngerendahin gue, MATI AJA LO!!" Varro terpancing emosi.

"Astagfirullah! Varro itu cewek woy!" Dhafin dan teman-temannya mulai panik mendengar Varro dan Kinan mulai emosi.

Tanaya mengusap tangan Kinan, "Udah Kinan jangan balas Varro." Namun Kinan malah menepis kasar tangan Tanaya.

"Lo ngebela dia Nay?! Emang ya Cinta itu buat buta!" setelah Kinan melontarkan kata itu, Tanaya melotot terkejut.

"Udah dong woy! Jangan memperkeruh keadaan. Rai! Bantu dong elah malah ngopi segala." panik Dhafin.

Rai yang sedang meminum kopi langsung menghela nafas lelah, "Tinggal lerai apa susahnya?"

Łingga [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang