Kenapa?

3.4K 377 6
                                    

"naik sepeda lagi?"

"Iye, nape mo bareng lu?"

"Lu gak capek ape, hidup lu tu udah-"

"Iyaaa tau gue tau! Gue duluan ye dah janji sama pacar."

"Anjay pacar, kapan jadiannya lu," Tanya Fandi sambil merangkul bahu Raka.

"Tadi siang."

"PJ lah, PJ."

"Berapa, mau berapa?" Tanyanya sambil mengeluarkan dompet.

"Gocap lah," Raka membuka dompetnya yang kosong lalu menunjukkannya kepada Fandi.

"Dih kosong."

"Besok besok lah, gak ada persiapan gue, jadinya cuman bawa uang pas."

"Dih orang kaya macam apa lu."

Raka memberikan black cardnya.

"Nih dah lo pake sepuasnya, besok balikin," Ucapnya enteng.

"Yang bener lu? Gak, gak deh, gak jadi besok aja dah," Ucapnya sungkan lalu mengembalikanya, tapi Raka memberikannya lagi.

"Gak papa udah ah, Jan lupa balikin besok!" Teriak Raka sambil berlari meninggalkan nya.

"Makasih broh!!"

'Gimana pake nya? Buat beli apaan coba? Hadeh,' Gumam Fandi sambil menatap kartu itu tak percaya.

***

Ekhem

Bagas langsung menengok ke sumber suara.

"Eh, Raka," Bagas berdiri sambil melihat sepeda Raka.

"Naik sepeda?"

"Iya, lo gak mau?"

"Mau kok!" Bagas langsung duduk di boncengan belakangnya.

"Udah?" Tanya Raka.

"Udah~" Ucap Bagas yang sudah siap.

Raka pun menggoes sepedanya santai.

"Raka biasanya pulang pergi naik sepeda?" Tanya Bagas memulai topik pembicaraan.

"Iya, emangnya kenapa?" Raka balik bertanya.

"Gak kenapa napa, tumben aja gitu, biasanya cowok-cowok kayak Raka itu naiknya motor sport."

"Lo suka cowo-cowo yang naik motor sport?"

"Enggak juga sih, soalnya pasti ribet banget naiknya."

"Iya pasti ribet sih, hehe," Mereka pun berdiam-diaman saja Selamat perjalanan.

"Eh, eh," Raka ngerem mendadak, membuat wajah Bagas terbentur punggungnya.

"Akhh, aduh,,"

"Eh, Lo gak papa?" Raka langsung reflek mengelus elus rambutnya.

"I-iyah gak papa."

Raka pun turun dari sepedanya, dan mengecek ban sepedanya.

"Yahh, bocor."

"Kok bisa?" Raka mencabut paku yang menancap di bannya lalu menunjukkannya kepada Bagas.

"Yaaah terus gimana?" Bagas hendak turun dari sepedanya.

"Jangan turun."

"Kenapa?"

"Udah lo duduk aja gua yang dorong," Raka kembali berdiri, menyingkirkan pakunya ke tempat yang tak mungkin dilalui, lalu memegang kedua stangnya dan mendorong sepedanya.

Bagas tersenyum salting, baru kali ini dia mendapatkan perlakukan istimewa seperti itu.

***

"Panas?" Tanya Raka berhenti mendorong, sambil melihat baju seragam Bagas yang basah karena keringat.

"Enggak kok," Elaknya.

"Baju lo basah," Bagas pun mengeceknya, lalu menunduk malu.

"Yaudah sabar bentar lagi nyampe bengkel kok."

"Iya," Raka pun lanjut mendorongnya sampai bengkel.

***

Raka mengecek dompetnya panik.

'Aduh, kartu gue dipegang Fandi, lagian gue juga gak ada uang kes,' Gumamnya.

"Kenapa?"

"Gue gak bawa uang"

"Yaaah, uang aku juga udah habis," Bagas ikut panik.

"Hmm, yaudah Bang gak jadi tambal ban," Final Raka lalu mengajak Bagas pergi dari sana.

"Terus gimana?" Tanya Bagas.

"Sorry banget, lo ikut kena masalah gara gara gue."

"Aku gak papa kok! Lagian kan aku yang minta pulang bareng," Ucapnya tersenyum, agar tidak membuat Raka mangkin merasa bersalah.

"Yaudah, kerumah gue dulu deh, gak jauh dari sini, kasian lo kegerahan banget dari tadi," Ucapnya sambil mengelap keringat diwajah Bagas.

"Iyaa udah ayo!"

***

Mereka pun sampai di depan pintu gerbang rumah Raka yang begitu besar, Bagas agak sedikit tidak percaya, karena Raka saja menggunakan sepeda, dan tidak memiliki uang untuk tambal ban.

"Ini rumah Raka?"

"Iya rumah gue," Bagas agak sedikit takut karena suasana rumahnya seperti sangat tertutup, membuat nya tidak berani masuk.

"Ayo, kenapa diem disitu, ayo masuk," Panggil nya lagi saat sudah memarkirkan sepedanya.

"Eumm,," Raka pun menarik masuk, lalu menutupi gerbangnya.

"Iih! Aku tunggu disini aja," Raka terus memaksanya masuk, pandangan Bagas mulai mengelap, dan tak sadarkan diri.

"Agas! Gas?!" Panggil Raka.





Tbc

Seperti biasa jangan lupa vote and Komen!

DIAM [bxb] COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang