Cengeng

4.2K 356 10
                                    

Bagas terbangun, sambil mengerjap ngerjapkan matanya, ia masih tak percaya bisa sampai di kamar Raka, dengan pakaian yang entah kemana.

"Ka, Raka," Panggil nya pelan.

"Raka bangun!" Kesalnya karena Raka tak kunjung bangun.

Bagas pun memencet hidungnya, membuat Raka tidak bisa bernapas.

Raka langsung menarik tangannya yang memencet hidungnya.

"Kenapa?" Tanyanya dengan suara khas bangun tidur.

Bagas melepaskan tangan Raka.

"Bangun, Ayo sekolah, udah jam tujuh! Ayo cepetan," Ucapnya buru-buru mencari pakaiannya entah dimana.

Raka menarik pinggangnya mendekat.

"Kamu lupa hari ini tanggal merah?"

"Masa sih? Boong yah? Perasaan gak ada," Tanyanya tak percaya.

"Beneran, udah tidur lagi."

"Gak mau! Aku mau pulang," Tolaknya.

"Nanti malem aja pulangnya."

"Gak mau aku mau pulang sekarang, mama nanti nyariin aku," Elaknya lagi sambil menyingkirkan tangan Raka yang terus memeluknya.

"Kalo gue bilang nanti ya nanti! Jangan ngebantah!" Ucap Raka dengan meninggikan suaranya membuat Bagas tersentak.

Raka mengeratkan pelukannya.

"Lepasin!" Bagas memiliki firasat tak enak dan mencoba terus memberontak.

"Gue bilang gak ya gak! Lo susah banget sih kalo dibilangin!!"

Bagas tetap tidak bisa menyingkirkan tangan Raka, membuatnya mulai menangis.

"Nangis aja terus nangis! Emangnya kalo nangis bakal gue lepasin?"

"Hkiss,, ma, maa hikss," Bagas terus menangis sesegukan, Raka yang tak tega mencoba menenangkannya.

"Udah diem tidur lagi," Ucapnya bingung.

"Yaudah iya pulang sana pulang kalo bisa," Raka melepaskannya.

Bagas pun cepat cepat turun dari kasur.

Dugg,,

"Nah kan dibilangin ngeyel banget," omelnya.

Hiks

Tangisnya di lantai sambil menyerka ingusnya, Raka mengangkat tubuh yang ringan itu kembali ke atas kasur, lalu mengambil beberapa tisu untuk membersihkan ingusnya yang belepotan kemana-mana.

"Cengeng banget sih lo kek bocah esdeh yang gak ketemu emaknya sehari," Ledeknya dan langsung di geplak bahunya oleh Bagas.

"Masih sakit?" Tanya Raka, yang sedikit khawatir.

Bagas mengangguk cepat, karena semalam adalah hari pertama kalinya ia di tusuk, dan itu tidak hanya satu ronde, sampai ia pingsan.

"Mau apa?" Tanyanya kepada Bagas.

"Pulang," Jawabnya yang masih keukeuh dengan pendiriannya.

"Harus gue bilang berapa kali sih, pantat lo kan masih sakit, terus nanti kalo emak lu nanya kenapa emangnya lu mau jawab abis di ew gituh?"

Bagas baru sadar, benar juga dengan apa yang dikatakan orang yang ada di hadapannya ini.

Hiks

Bagas kembali menangis.

"Duhh, lo mau apa hum? Sebutin nanti gue kasih apapun itu tapi jangan pulang dulu ya yahh?" Bujuknya lagi sambil berjongkok di depannya.

Bagas mengelap air matanya, sambil berpikir, apa yang ia inginkan.

"IP 13, hikss,," Jawabnya asal.

"Itu doang? Tapi abis itu gak nangis lagi kan?" Tanyanya untuk mematikan.

Bagas mengangguk polos, ia berpikir mungkin Raka hanya bercanda, tapi tidak sampai setengah jam barang yang dia minta pun datang.

"Jangan nangis lagi," tangisnya langsung berhenti, ia masih tak percaya.

"Buat aku?" Tanyanya.

"Terus buat siapa lagi?" Bagas langsung menarik kotak HP itu dengan cepat.

Ia membukanya, seperti anak esdeh yang sedang membuka kado ulang tahun.

Bagas langsung memeluknya tiba-tiba, sangkin senangnya.

"Makasih! Makasih banyak!!" Raka tersenyum, ternyata uangnya berguna juga.

Tak lama bagas pun terdiam sejenak.

"Gak mau?" Bagas memasukan HP itu kembali ke dalam kotaknya lalu mengembalikanya.

"Loh kok? Kenapa?!" Tanyanya bingung.

"Gak seberapa sama pantat ku!" Ucapnya sombong.

"What?" Raka terkejut.

'ini, ini agak laen ini,' Ucap Raka dalam hati yang masih syok.

"Terus? Lo maunya gimana? Kurang? Kurang banyak?"

POV Bagas

Makasih! Makasih banyak!!" Ucapku sambil memeluknya.

Eh bentar bentar, ini gak boleh! Nanti kalo aku terima terus dia minta bayarannya pantat aku gimana? Gak, gak mau! Pantatku lebih berharga dari pada ip 13 ini.

"Gak mau?" Aku memasukan HP itu kembali ke dalam kotaknya lalu mengembalikanya.

"Loh kok? Kenapa?!" Tanya Raka bingung.

"Gak seberapa sama pantat ku!" Ucap ku sombong.

"What?" Dia terkejut.

"Terus? Lo maunya gimana? Kurang? Kurang banyak?"

Iya kurang, boleh sama konter HP nya gak? Ato sama gedung gedung nya juga boleh gak?

Settt, gak aku gak mau kayak cewek murahan, jadi boti itu harus sombong!

"Gak"

"Yaudah, kalo gak mau, enaknya buat siapa yah?"

Iiih paksa kek gitu! Kok malah mau dikasih ke orang lain sih! Niat ngasih gak sih!

"Buat Elio aja kali ya? Temen yang suka nempel terus sama lo itu."

"Heh!! Enak aja!" Ucap ku keceplosan.

"Tadi katanya gak mau, udah buat Elio aja."

"Gak!" Aku langsung mengambil nya.

Gak, gak boleh kalo buat Elio! Nanti dia pamer ke aku terus, mentang mentang HP nya IP.

"Dasar," Ucap Raka berdiri, lalu mencubit pipi ku.

"Sakit!!" Teriak ku kesal.

"Dah anteng anteng disini, gue mau ke dapur dulu," Ucapnya lalu meninggalkan ku yang masih tidak mengenakan pakaian.

Eh! Sial! Dari tadi aku gak pake apa apa!




Tbc

Seperti biasa jangan lupa vote and Komen ~
Sorry ya ak jarang up 🤧

DIAM [bxb] COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang