Happy Reading!
Moslhong POV
Saat aku sedang bekerja, tiba-tiba saja ada seseorang yang mengetuk pintu ruanganku.
"Masuk!"
Setelah kusuruh masuk, ternyata itu sekretarisku Sara.
"Permisi tuan.. maaf mengganggu waktu anda."
"Ya, ada apa?" tanyaku to the point.
"Tuan Zhen memanggil anda untuk segera ke ruangannya, tuan."
"Hm, sebentar lagi saya kesana."
Setelah diberitahu oleh Sara, aku segera bergegas menuju kantor utama tempat ayahku bekerja.
Namun saat aku sampai disana, ternyata semua orang sudah berkumpul kecuali aku.
"Moslhong!"
Mae Yuenan dan adikku Macorn juga datang. Tidak seperti biasanya.
"Ada apa ini ayah?" tanyaku sesampai disana.
"Duduklah terlebih dahulu, baru juga sampai." Dengan terpaksa aku menuruti perintah ayahku itu.
"Mae dan Macorn habis darimana?" tanyaku pada Mae Yuenan.
"Ah itu, Mae habis dari butik langganan. Sengaja ingin mencari baju baru, dan Macorn menemani Mae pergi kesana."
"Tumben.." Biasanya Macorn tidak pernah ingin ikut kesana kemari, terutama menemani Mae belanja. Biasanya selalu aku yang mengantar, namun kali ini?
"Pasti kau ada maunya kan?" mudah sekali menyudutkan adikku di situasi seperti ini.
"Hei sudah.. sudah.. ayah tidak ingin hari bahagia ini dihancurkan dengan perkelahian kekanakan kalian!"
Dengan begitu aku pun diam tidak mengganggu adikku lagi, namun sepertinya ia tertawa puas karena merasa dibela oleh ayah.
"Lalu intinya apa, ayah menyuruhku kemari? Aku sedang sibuk banyak pekerjaan yang harus ku urus, ayah kan tahu sendiri."
"Istirahatlah dulu, Mos. Mae tidak ingin kamu kelelahan karena bekerja terus."
"Iya Mae terimakasih, tapi Mae bisa tanya sendiri pada ayah kenapa pekerjaannku banyak sekali."
"Bukan ingin merepotkanmu Mos. Ayah tahu siapa yang bisa mengerjakan pekerjaan itu dengan baik dan memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi. Itu kamu orangnya."
"Ayah hanya memanfaatkanku, Mae."
Ayahku sedikit lelah melihat tingkah laku anak-anaknya. Namun di detik berikutnya ia mulai serius.
"Nanti ayah akan mengajak kalian untuk bertemu dengan sahabat lama ayah." Saat itu aku tidak menaruh rasa curiga apapun, Mae dan Macorn pun setuju akan pergi jadi mau tidak mau akupun harus ikut.
"Ayah memanggil kita kemari hanya untuk menyampaikan itu?" aku merasa kurang puas mendengarnya, kenapa tidak lewat grup chat keluarga saja mengatakannya?
"Ada hal yang lebih penting lagi, ayah akan menjodohkan anak ayah dengan anaknya Folk, sahabat ayah."
Perjodohan? Siapa yang akan dijodohkan?
"Pho, Macorn kan masih kuliah. Pokoknya Macorn gak mau!" Tiba-tiba adikku berteriak seperti ketakutan akan dijodohkan, padahal sangat tidak mungkin ayah mengorbankan Macorn, kecuali..
"Moslhong, kamu mau kan nurut sama ayah? Nanti ayah akan berikan apapun yang kamu mau."
Aku. Korbannya selalu aku.
Moslhong POV - [End]
Untuk selanjutnya, Moslhong akan lebih sering bertemu dengan Bank karena tuntutan kedua ayahnya. Ya, hanya ayah mereka yang bersemangat dan saling mendukung demi menyatukan Mos dan Bank.
"Ayah! Apa ayah bercanda akan menjodohkanku dengan seorang pria?!"
"Katanya mau menikah."
"Ayah, aku memang ingin menikah. Tapi kenapa harus dengan pria itu?" Bank masih mengomel pada ayahnya perihal perjodohan itu.
"Karena kamu ingin dijodohkan, dan ayah juga sudah punya janji dengan Zhen, maka dari itu kami bersepakat menjodohkan kalian."
"Janji? Janji macam apa itu?"
"Sebenarnya saat kita sekolah dulu saking dekatnya kami berdua, kami selalu membayangkan beberapa masa depan yang indah termasuk memiliki keluarga bahagia dan anak kami akan kami jodohkan suatu saat nanti, yang mungkin sekarang akan menjadi kenyataan."
"Tapi kan ayah, masih ada phi Baila. Kenapa harus aku?"
"Hmm, Baila. Dia terlalu baik, karena itu ayah ingin memberikan pilihannya sendiri."
Jika Baila baik, lalu bagaimana dengan Bank?
Karena masih kesal dengan sang ayah, Bank yang sedaritadi diam di ruang kerja ayahnya memutuskan untuk pergi keluar mencari udara segar.
"Alasan macam apa itu?! aku masih tidak mengerti dengan fikiran ayah.." gumam Bank sambil berjalan pergi.
Sampailah Bank di loby perusahaan. Karena bingung akan pergi kemana, ia mencoba untuk menghubungi teman-temannya.
"Mana ya kontak mereka? Kenapa tiba-tiba menghilang dari ponselku?!"
Tak..tak..tak.. (suara langkah kaki yang perlahan mendekat ke arah Bank)
Saat Bank sudah menoleh ke arah depan, ia melihat seorang lelaki yang sedang menjulurkan tangannya, dan memberikan sebuah bucket bunga untuk Bank.
"Nih."
Bank masih diam dan mengerutkan dahinya. Ia tidak ingin menanggapi lelaki tersebut, dan berjalan sedikit menjauh darinya.
"Bank.." tiba-tiba ia memanggil Bank. Dengan terpaksa Bank pun menoleh.
"Ada apa kau kemari?"
"Memberikan bunga ini untukmu," jawabnya.
"Aku juga bisa melihatnya sedari tadi. Tapi maaf aku tidak butuh bunga itu, jika tidak akan kau bawa lagi lebih baik buang saja." Bank benar-benar pergi dari hadapan Mos. Ia merasa tidak nyaman dan menurutnya itu aneh, Bank belum pernah memiliki hubungan dengan seorang pria.
To be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
BIG BABY [MosBank]
Fanfiction"Katanya mau menikah." "Tapi tidak dengan seorang pria juga, ayah!" ... Isbanky tiba-tiba meminta dijodohkan pada ayahnya, namun siapa sangka ia akan dijodohkan dengan seorang pria. Pria itu adalah Moslhong. Just Fan Fiction about Moslhong and Isba...