12

1.5K 103 0
                                    

Happy Reading!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading!

Baila sudah tiba di Bangkok. Sesuai dengan perkataannya, ia akan membantu Bank untuk mencari keberadaan ayah mereka.

Selama ini Baila tidak pernah ingin tahu bahkan ikut campur masalah Bank begitupun ayahnya, namun jika masalahnya sekarang seperti ini Baila juga sedikit mengkhawatirkannya.

"Baila udah sampai di Bangkok mae.."

"Syukurlah.. kalau begitu hati-hati ya nak. Kalau sudah sampai dirumah adikmu, kabari mae lagi."

"Iya mae.."

Baila naik taksi dari bandara menuju rumah Bank, butuh waktu setengah jam untuk sampai kesana. Dalam seminggu ini, sepertinya ia akan menginap dirumah adiknya itu.

...

Sementara itu dirumah MosBank..

Bank masih memikirkan nasib Folk, ia benar-benar tidak tahu ayahnya itu kemana. Tidak seperti biasanya Folk hilang kabar seperti ini. Meski mereka sudah pisah rumah, Bank berfikir seharusnya hubungan mereka lebih terbuka lagi, karena mereka sekarang berjauhan. Tapi buktinya apa?

"Bank, ayo makan dulu.." ajak Mos, ia pun ikut mengkhawatirkan kondisi istrinya itu.

Sebenarnya Bank mogok makan, karena ia kesal sekaligus khawatir pada ayahnya.

"Tidak mau, aku ingin ketemu ayah!"

Sudah seperti anak kecil saja..

Mos yang memang belum ahli dalam hal membujuk dan merayu istrinya itu, hanya dibuat kebingungan dan kewalahan.

"Iya, nanti kita cari lagi ayahmu kalau kamu sudah makan. Mau nanti ku adukan pada ayah jika kamu mogok makan?"

Karena anak kecil bertingkah, yang lebih dewasa juga harus berlaku sama.

Bank menghela napasnya panjang, sebenarnya ia takut karena ayahnya akan memarahinya jika memang benar mogok makan.

"Ya sudah, tapi aku ingin makan dengan ayam goreng pedas.."

"Hm, kalau begitu tunggu dulu disini. Akan ku belikan. Mau beli apalagi?"

"Tolong belikan juga soda, dan makanan manis seperti coklat."

Mos mengangguk lalu mencium pipi kanan Bank, sebelum dirinya memutuskan untuk pergi.

Saat Moslhong sudah pergi dari rumah Bank, Baila baru sampai disana. Lalu ia segera masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dulu.

"Bank.."

Bank yang memang sedang asik rebahan di kamarnya, segera bangkit karena merasa kaget mendengar seorang wanita memanggilnya.

"Siapa itu?!"

Bank menghampiri arah suara, ia tidak tahu bahwa itu adalah kakaknya.

"Hai Bank!" Bank melihat Baila dihadapannya sedang berdiri sambil menggendong tas dan memegang kopernya.

"Eh, phi Baila?!"

"Kenapa tidak mengabari dulu padaku kalau phi akan kesini?" Baila sering membuat kejutan untuk Bank.

"Aku buru-buru kesini, karena mae bilang kamu sedang mencari ayah."

"Sebenarnya aku hanya butuh alamat apartemen nya itu phi, tapi tidak ada seorang pun yang memberitahuku."

Baila pun dipersilakan duduk dulu, Bank membantu membawa barang milik kakaknya itu, dan dimasukan ke kamar tamu.

"Phi kalau ingin istirahat tidur saja di kamar ini ya.." ucap Bank, lalu ia melenggang pergi ke dapur untuk mengambilkan makanan dan minuman.

"Kau ini repot-repot sekali Bank. Nanti juga aku ambil sendiri jika mau."

"Ah, iya phi.."

...

Baila bertanya-tanya kemana Mos pergi, seharusnya ia ada dirumah karena ini hari minggu.

"Phi Mos sedang pergi keluar membelikan makan untukku phi.."

"Ah begitu.. kukira kemana."

Sementara itu Mos yang sedang mengantri di sebuah kedai ayam goreng mulai berfikir, apakah ia harus beli banyak atau satu porsi saja untuk Bank.

"Silahkan mau pesan apa?" tanya seorang pegawai pada Mos.

"Saya beli ayam goreng pedasnya 1 porsi, dan ayam goreng biasa 1 porsi."

"Baik, kalau begitu ditunggu sebentar pesanannya."

Mos kembali menunggu pesanan, ia duduk di sebuah kursi kosong. Tempatnya cukup ramai sepertinya memang ayam gorengnya enak, Mos baru pertama kali pergi kesana. Semoga saja usahanya itu tidak sia-sia.

Dua orang itu sedang duduk berhadapan dan saling diam, mereka bertemu di sebuah cafe untuk membicarakan sesuatu yang penting.

"Ekhem.."

Karena memang keadaan begitu senyap, seseorang mulai membuka suara untuk mencairkan suasana.

"Jadi apa kamu tahu kemana perginya Folk?"

"Hah?"

Pertanyaannya sangat to the point sekali, membuat seseorang didepannya itu kebingungan.

"Aku tidak tahu ia pergi kemana."

"Huft.. Folk menghilang, dan sekarang anak-anaknya sedang mencarinya."

"Kalau begitu, apa kamu tahu alamat apartemennya dimana?"

"Seeya, aku benar-benar tidak tahu semua dari pertanyaanmu itu. Aku benar-benar tidak tahu Folk pergi kemana."

Brak!

"Kalau kalian sudah bisa sedekat ini lagi, berarti harus saling tahu!"

Seeya marah, ia marah karena mantan suaminya itu tiba-tiba menghilang. Dan ia marah kenapa bisa seseorang yang penting seperti orang didepannya ini tidak mengetahui apapun tentang mantan suaminya itu. Secara mereka sangat dekat dan biasanya saling terbuka.

"Meskipun kami kembali berteman, belum tentu kami bisa seterbuka itu sekarang, Seeya. Aku harap kamu mengerti. Itu semua masalalu, aku memohon dan berharap agar kamu bisa melupakannya."

"Tidak. Sampai kapanpun aku tidak bisa melupakannya."

"Kalau begitu aku pamit pulang saja, tidak ada gunanya bertanya padamu."

Seeya pun pergi darisana masih dengan perasaan marah, kesal dan tak bisa diutarakan dengan kata-kata lagi. Jika saja Folk baik-baik saja, bahkan ia bisa lebih senang dan bahagia setelah bertemu orang itu, mungkin Seeya juga tidak akan semarah ini.

"Gara-gara kau juga Folk jadi seperti ini."

To be continued

BIG BABY [MosBank]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang