10

2K 142 2
                                    

[MosBank's Wedding]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[MosBank's Wedding]

Semua orang turut berbahagia menantikan hari ini, termasuk mereka berdua, Mos dan Bank.

Folk, Mae Seeya, Zhen dan Mae Yuenan sudah berjajar, berdiri disamping pengantin. Sedangkan Baila dan Macorn menyaksikan kedua phi nya dari depan.

"Aku tidak menyangka Phi Mos akan menikah secepat ini. Mimpi apa ya ia waktu itu," gumam Macorn sambil meminum Cocktail miliknya.

Sementara itu Baila disampingnya hanya menatap lurus ke arah Mos dan Bank tanpa ekspresi apapun. Namun saat ada orang yang menghampirinya, ia akan berpura-pura tersenyum senang menyaksikan adiknya menikah.

"Kasihan sekali kakaknya didului."

"Bukankah phi Bank memiliki seorang kakak? Katanya belum menikah."

"Jangankan menikah, punya pacar saja sepertinya tidak."

Tidak sengaja Baila mendengar sendiri orang-orang disekitar sedang membicarakannya. Tentu saja ia tahu bahwa dirinya yang sedang jadi topik pembicaraan, siapa lagi kakak perempuan Bank jika bukan dirinya.

"Mau single atau sudah berpasangan, setidaknya tidak repot-repot mengurusi urusan orang lain." Tiba-tiba Macorn mendekat ke arah Baila, sepertinya ia juga mendengar cemoohan itu.

Bukannya berterimakasih, Baila malah langsung pergi menjauh dari Macorn dan kerumunan orang itu. Macorn tidak berani mengejarnya karena ia mengerti mungkin Baila perlu waktunya untuk sendiri.

Acara pernikahan MosBank berlangsung dengan lancar. Kedua orangtua mempelai sangat bahagia melihat kedua anaknya resmi menikah dan semoga saja mereka tulus saling mencintai.

...

Karena Folk sudah pindah ke apartmentnya sendiri, Mos dan Bank tinggal di rumah pemberian Folk. Rumah yang tadinya ditempati berdua oleh Bank dan ayahnya itu. Tempat yang memiliki banyak kenangan.

"Bank, Mos, mulai sekarang rumah ini akan menjadi rumah kalian. Ayah harap kalian bisa menjaga rumah ini dengan baik, sebagaimana kalian menjaga satu sama lain."

"Baik, ayah.. terimakasih banyak."

"Terimakasih ayah.."

Folk langsung berpamitan pada anak dan menantunya itu. Ia akan mengajak Seeya dan Baila tinggal di apartmentnya untuk malam ini, karena waktu tidak memungkinkan jika mereka pulang ke Chiang Mai sekarang.

"Bye.. sayang. Jaga diri kalian baik-baik ya! Mos, jaga anak kesayanganku ini ya, mae mempercayakannya padamu." Mae Seeya sedikit berpesan pada menantunya itu sebelum pergi.

"Baik, mae.. siap!"

"Hahaha.. ya sudah kalau begitu, kami benar-benar pamit sekarang."

"Dadah phi Baila.." Bank melambaikan tangan pada Baila dan dibalas dengan senyuman kecil.

Sebenarnya Bank merasa sedih karena harus berpisah dengan ayahnya, jelas sekali jika sehari-harinya ia selalu ditinggalkan oleh Folk. Dan kini bisa dibilang ia ditinggal untuk waktu yang cukup lama.

...

Mos dan Bank masih harus membereskan beberapa barang yang baru saja mereka beli dan terima dari pemberian keluarga.

"Sayang, tolong masukkan lemari ini, tenagaku tidak cukup kuat untuk mengangkatnya."

"Dorong saja, sayang.. kan bisa."

*Cieee udah sayang-sayangan 😆

Malam pun tiba, Mos dan Bank memutuskan untuk istirahat setelah beres menata semua barang mereka.

"Mau minum apa Mos?" tawar Bank pada suaminya itu.

"Kok manggil Mos? Tadi udah panggil sayang." Sebenarnya Bank lupa, dan memang belum terbiasa. Entah kenapa tadi ia bisa keceplosan seperti itu.

"Ya udah, kalo gitu mau minum apa sayang?" Bank malu sendiri mendengarnya, tapi Mos suka. ><

"Kopi susu aja, yang panas tapi jangan terlalu panas, hehe."

Istirahat yang mereka maksud bukan langsung tidur di kamar, tapi mereka hanya bersantai di ruang tengah, sambil meminum minuman masing-masing dan menonton tv.

"Ini kopinya sayang.."

Bank memang cukup cekatan dan terampil dalam melayani suaminya, ia memang pantas menjadi seorang istri untuk Moslhong.

"Terimakasih, sayang.."

Mos dan Bank sedikit berbincang tentang keluarga mereka, dan semua hal yang belum pernah diketahui oleh satu sama lain.

"Ngomong-ngomong, kamu memang belum tahu jika ayah punya apartement sendiri didekat kantornya?" Bank menggelengkan kepalanya, sambil menyeruput susu coklat hangat miliknya.

"Entah sudah berapa lama ayah menyembunyikannya dariku. Aku sangat kesal kenapa ayah tidak jujur saja, padahal aku ini anaknya. Kau juga phi malah menahan-nahanku tadi."

"Aku bukan ingin menahanmu, tapi marah pada orangtua itu tidak baik. Mungkin ada alasan tertentu kenapa ayah menyembunyikannya darimu."

"Lagipula ayah kan punya kehidupannya sendiri, mungkin ia juga kesepian karena sudah lama berpisah dari Mae mu kan?"

"Maksud phi, ayah punya pacar lagi?" Entah kenapa Bank berfikir kesana, tapi perkataan Mos memang terdengar ambigu.

"Aku tidak tahu, hanya mengira-ngira saja. Yang terpenting kamu jangan sekali-kali lagi marah atau bahkan membantah pada kedua orangtuamu. Itu tidak baik."

Bank pun pasrah, ia tidak bisa melawan perkataan suaminya itu.

"Kamu ingin menceritakan sesuatu tentang dirimu?" Mos tiba-tiba membuka suara. Mereka memang belum saling mengetahui satu sama lain.

"Aku suka makan, tapi punya alergi kacang dan udang. Aku suka jalan-jalan, suka belanja, suka bunga."

"Tapi kenapa waktu itu tidak menerima bunga pemberianku?" Mos memotong pembicaraan Bank, mengingat saat itu ia pernah ditolak olehnya.

"Saat itu kan aku belum mengenalmu, dan kita belum punya hubungan apapun. Jadi aku tidak akan menerima bunga dari orang asing."

"Tapi kan sekarang sudah bukan orang asing."

"Iya kau kan sekarang suamiku, jadi kalau sekarang kamu ngasih bunga tentu saja akan aku terima."

"Hehe baiklah istrikuu.."

Mos berkata bahwa semua yang istrinya sebutkan itu, sebenarnya sudah diketahui olehnya sejak awal. Semuanya karena berkat bantuan ayah Folk, jadi Moslhong bisa mengetahui semua hal termasuk rahasia tentang Bank.

Dulu ada kejadian yang membuat Bank memiliki trauma hingga saat ini.
Saat itu Bank sedang sendirian dirumahnya, dalam keadaan gelap karena mati lampu disertai hujan badai dan juga petir. Tiba-tiba disaat yang bersamaan, ada perampok masuk kedalam rumahnya, mereka mencuri beberapa barang dan hampir mencelakai Bank. Untung saja nyawa Bank masih tertolong saat itu, karena ayah Folk keburu pulang.

Saat di restoran dimana Baila mengungkit hal tersebut, membuat Mos sedikit resah karena ia tahu kejadiannya. Makanya saat itu trauma Bank sempat kambuh. Untung saja Mos cepat menolong Bank, jika tidak bisa bahaya.

To be continued.

BIG BABY [MosBank]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang