03

3.8K 282 5
                                    

Happy Reading!

Happy Reading!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Isbanky POV

Aku sedikit menyesal karena meminta dijodohkan oleh ayah. Bisa-bisanya ia menjodohkanku dengan lelaki sipit itu. Padahal aku berharap ayah akan menjodohkanku dengan wanita cantik dan sexy yang sering datang ke kantor.

Tapi dibalik kekesalanku itu, aku sedikit senang karena bisa bertemu lagi dengan Mae dan Phi Baila. Sudah lama sekali kami tidak bertemu.

Saat Mae dan Ayah pergi berbincang berdua, akupun memiliki kesempatan untuk sedikit berbincang dengan Phi Baila. Phi sangat perhatian padaku, ia khawatir bahwa aku akan tertekan bahkan ia takut aku sakit karena memikirkan semua kejadian konyol yang aku alami ini.

Phi Baila sudah menyelesaikan kuliahnya tahun lalu, aku sangat senang mendengar kabarnya meskipun aku dan ayah tidak datang ke acara wisudanya. Untung saja Phi Baila memaklumiku, ia tidak marah, tapi aku tahu ia pasti sedih.

Setahuku saat ini Phi Baila hanya dirumah bersama Mae untuk membantu bisnis toko bunga Mae. Perhiasan dan Bunga, mereka adalah perpaduan yang sempurna karena memiliki penampilan yang indah dan menarik, namun dibalik keindahan tersebut tentu saja banyak hal yang bisa menyebabkan luka. Begitupun Ayah dan Mae, sehingga pada akhirnya mereka tidak bisa bersama lagi.

Kembali lagi ke topik perjodohan, lalu aku harus bagaimana sekarang?

Kemarin ayah tiba-tiba mendatangi ruang kerjaku, biasanya harus aku yang datang ke ruangannya.

"Ada apa ayah?" tanyaku sambil duduk di hadapannya.

"Bank, ayah mohon padamu. Tolong kamu pikirkan dengan baik, dan tolong terima perjodohan ini."

"Alasannya apa ayah? Ayah sampai berlutut begini padaku. Bangunlah, tidak enak jika dilihat oranglain."

"Ayah pernah bilang kan padamu? bahwa ayah berjanji pada Zhen akan menikahkan anak kami berdua. Lalu, ayah tidak yakin bisa mencarikan seseorang yang terbaik untukmu, selain Mos. Ayah sangat percaya padanya."

"Sangat yakin sekali padahal aku belum kenal dengannya."

"Maka dari itu kalian berkenalan saja dulu, urusan kapan menikah itu jika kalian sudah siap saja."

"Kalau aku menolak pasti ayah akan tetap memaksa sampai aku mau kan?" Ayah hanya mengangguk, sudah kuduga.

"Huft.. ya sudah kalau begitu. Tapi janji ya, ayah jangan memaksaku lagi jika ia memang terbukti bukan orang yang baik."

"Iya, ayah pastikan Moslhong dapat dipercaya. Hal apapun itu akan ayah berikan padamu, asalkan kamu mau menerima Moslhong."

"Ya, aku mau."

Dengan terpaksa aku pun menuruti keinginan ayahku.

Isbanky POV - [End]

Berhubung hari itu Bank tidak menerima bunga pemberian dari Mos, Mos pun berinisiatif untuk pergi ke ruangan milik Bank. Sebelum itu ia menemui Folk dulu untuk meminta izin pada calon ayah mertuanya itu.

"Haduh.. maafin Bank ya Mos. Anak itu memang agak susah diatur, ayah saja sampai kewalahan."

Mos hanya tertawa kecil, mata sipitnya itu semakin menghilang dikala sedang tertawa.

"Tidak apa-apa, tuan Folk."

"Jangan panggil tuan, panggil ayah saja." Ucap Folk pada Mos. Ia ingin mengakrabkan diri dengan calon menantunya itu.

"Baik, ayah.." karena harus melanjutkan pekerjaannya, Mos berpamitan pada Folk untuk kembali ke kantornya.

Sementara itu entah kemana perginya Bank, Folk sudah pasrah dengan sifat anaknya bungsunya itu.

...

Keesokan harinya..

Bank baru bangun dari tidurnya, setelah membereskan ranjang, ia pergi ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya.

Namun disela kegiatannya itu, sesekali Bank mendengar suara klakson mobil dari depan rumahnya. Melihat ayahnya sudah tidak ada dirumah, Bank yakin pasti ayahnya itu sudah berangkat kerja. Tapi yang diluar itu berarti siapa?

Selesai dengan kegiatannya, Bank pun pergi keluar untuk mencari tahu siapa orang itu.

"Hai, Bank." Lelaki berdada bidang, bertubuh tinggi, berkulit sedikit kecoklatan namun terlihat sexy. Ia sedikit memincingkan matanya padahal sudah sipit. Lelaki itu sedang bersandar pada mobilnya.

"Kau?!" Bank terkejut melihat orang itu.

Itu Moslhong. Sudah sedaritadi dirinya menunggu Bank diluar.

"Apa kamu sudah siap-siap?" tanya Mos pada Bank. Meskipun ia juga tahu bahwa Bank masih memakai baju piyama nya.

"Siap-siap? Untuk apa?!" ketus Bank.

"Pergi lah, apalagi?"

Bank melirik tajam pada Mos, apa-apaan lelaki sipit itu tiba-tiba mengajaknya pergi.

"Pasti ayah yang menyuruhmu kan?!"

Mos menggelengkan kepalanya. "Ayah hanya menyuruhku sabar untuk menghadapimu."

"Apa?!"

Setelah dibujuk, Bank akhirnya mau mengikuti ajakan Mos. Mereka berdua akan pergi ke suatu tempat, tentu saja itu semua sudah Mos rencanakan sebelum dirinya menjemput Bank sekarang ini.

Sepanjang perjalanan, Bank dan Mos saling diam. Bank yang memang cenderung banyak bicara, ia tidak bisa terus-terusan diam, tapi seseorang disampingnya tak kunjung mengajaknya bicara.

"Kenapa kau diam saja?!" tanya Bank dengan perasaan kesal.

"Lalu aku harus apa?"

Wajahnya itu, datar. Bank baru pertama kali bertemu dengan lelaki sepertinya, cukup menyeramkan jika sedang diam seperti itu. Dan memang kebanyakannya diam.

"Kau bicara jika sedang butuh saja?" Mos menoleh sedikit ke arah Bank yang sedari tadi mengomel, lalu ia mengangguk sebagai jawabannya.

Setelah lama diperjalanan, akhirnya mereka berdua sampai di tempat tujuan. Itu adalah pantai.

"Mengajakku ke pantai?"

"Bank, aku mohon padamu untuk tidak banyak bertanya. Ikuti saja aku, dan jangan banyak bicara."

"Lah?"

Bank diam terpaku. Bisa-bisanya ia diperintah seenaknya seperti itu oleh lelaki yang jelas-jelas tidak ia kenal. Ayahnya saja tidak seperti itu padanya.

"Aku memang banyak bicara, asal kau tahu! Tapi aku tidak mau menuruti apapun katamu itu, aku-"

*Whush..whush..* suara angin di pantai terdengar sangat merdu. Menginterupsi agar Bank terdiam dari celotehannya itu.

Dan ternyata angin memang bisa membungkamnya agar ia diam. Secara ajaib, Bank pun akhirnya mau menuruti apapun yang diperintahkan oleh Mos. Tanpa terkecuali, meskipun awalnya mengomel dulu.

To be continued

BIG BABY [MosBank]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang