Happy Reading!
Sesampai mereka di pantai, Mos mengajak Bank untuk berkeliling menikmati momen indah disana. Berhubung Bank suka foto-foto, ia mendokumentasikan momen tersebut.
Siang hari, mereka pergi mencari makan. Mos mengajak Bank ke sebuah kedai sederhana untuk makan siang.
"Kenapa?" tanya Mos. Melihat Bank keanehan sendiri karena ia menatap sekelilingnya dengan tatapan yang sulit diartikan.
Entah Bank tidak suka pada tempatnya, atau memang belum terbiasa.
"Ah, tidak apa-apa. Hanya saja, tempatnya sangat sederhana ya.."
Mos mendengus pelan, bisa-bisanya ia berkata begitu. Dasar orang kaya.
"Kalau kau tidak suka, lebih baik pergi saja mencari restoran mahal."
"Siapa bilang aku tidak suka? Justru aku sangat menyukainya! Tempatnya bagus dan sederhana, aku suka. Justru aku sudah merasa bosan jika makan di restoran mahal yang makanannya tidak seberapa, tidak bisa membuat perutku kenyang."
Tidak bisa disangka, ternyata Bank memang menunggu moment ini. Mos sudah mengajaknya menikmati suasana baru.
...Hari pun sudah sore, akhirnya Mos mengajak Bank ke sebuah penginapan. Awalnya Bank menolak, tapi karena sudah terlanjur disana, mau tidak mau Bank harus ikut.
"Kau ingin mengajakku menginap?" tanya Bank pada Mos. Saat Mos selesai melakukan pembayaran administrasi, ia berjalan menyeret koper berisi barang pribadinya.
"Hm. Kenapa?"
"Tapi aku tidak bawa apapun, sedangkan kau sudah persiapan membawa semuanya."
"Siapa suruh tidak inisiatif sendiri?!"
What? Kenapa Mos menyebalkan begini?
Dengan terpaksa Bank pun mengikuti Mos, sebenarnya ia sangat kesal.
"Nih kunci kamarmu.." tiba-tiba Mos memberikan sebuah kunci kamar, yang tempatnya berada tepat di depan kamar milik Mos.
Ya, mereka berdua pisah kamar :)
Bank masih diam terpaku, kenapa dirinya tidak bisa dikontrol begini. Biasanya Bank akan mengamuk, dan mencabik-cabik orang yang membuatnya kesal. Tapi ini apa? Kenapa ia jadi takut pada orang, terutama pada Mos?
"Kenapa?" Sesaat Bank pun tersadar dari lamunannya.
"Kau fikir kita berdua akan sekamar? Jangan harap!"
Bank benar-benar tidak habis fikir dengan orang itu. Ya, tentu ia tahu bahwa mereka memang terpaksa, bahkan dipaksa oleh orangtua mereka, tapi setidaknya berpura-pura satu sama lain bukanlah suatu hal yang buruk. Siapa tahu ayah mereka memantau secara diam-diam bagaimana kegiatan mereka?
Tanpa banyak bicara, Bank pun segera pergi ke kamar miliknya. Ia sudah kesal setengah mati, tapi Bank tidak bisa meluapkannya.
"Aku ini kenapa?!"
...
Setelah malam tiba, Bank baru selesai mandi karena ia akan segera tidur. Berhubung Bank tidak membawa apapun selain tas kecilnya yang berisi barang-barang pribadinya, Bank juga tidak membawa baju ganti. Ia terpaksa memakai handuk hotel tanpa dalaman apapun.
Saat sedang asik rebahan, Bank memutuskan untuk menelpon ayahnya. Karena ia belum mencari Bank padahal hari sudah malam begini, pasti ayahnya itu sudah pulang kerja.
"Hallo, ayah?"
"Hallo, nak. Ada apa?" tanya Folk disebrang sana.
"Ayah dimana?" Bukannya menjawab, tapi Bank malah balik bertanya.
"Masih di kantor, ayah akan lembur."
"Kukira ayah sudah tidak peduli lagi padaku." Kata Bank dengan nada yang manja.
"Memangnya kenapa?"
"Aku sedang diluar, aku tidak masuk kerja hari ini."
Folk hanya terdiam.
"Ayah?"
"Hm.." jawabnya.
"Tuhkan! Ayah tidak mencariku!"
Folk hanya mendesah pelan, memang masih kekanakan sekali anak bungsunya ini.
"Ya, ayah sudah tahu. Kamu jaga diri baik-baik saja disana."
"Ayah sudah tahu?"
"Iya, ayah diberitahu oleh Mos. Lebih tepatnya dia meminta izin pada ayah untuk mengajakmu pergi."
"Pantas saja!"
"Memang kenapa Bank? Bukannya kamu bersenang-senang saja disitu. Malah telpon ayah. Sudah dulu ah, ayah masih sibuk bekerja."
"Hishhh.. ya sudah kalau begitu. Aku tutup telponnya ya!"
Tut.
Ternyata Folk memang bersekongkol dengan Mos. Mereka semua tahu dan mungkin sudah merencanakan semua hal tanpa sepengetahuan Bank sendiri.
Tapi, dibalik semua pertanyaan Bank. Ia benar-benar bingung kenapa mereka harus terpisah kamar? Jika Mos memang tidak mau tidur bersama Bank, mereka bisa saja tidur terpisah, tapi ini sampai pisah kamar.
Bank sedikit takut. Bukan takut hantu, tapi ia takut ada orang jahat yang tiba-tiba masuk, meskipun itu mustahil.
Setelah kalut dengan beberapa fikirannya, Bank pun tertidur pulas. Ia kelelahan, setelah seharian diperjalanan.
Sementara itu di kamar Mos..
Ia tidak banyak memikirkan hal apapun, Mos masih sibuk dengan laptopnya. Meskipun ia mengambil cuti, Mos tidak bisa sedikitpun melupakan pekerjaannya.
Pekerjaan sudah selesai, Mos melihat sebentar ke arah jam, ternyata waktu sudah melewati pukul 11 malam.
Saat akan tidur, Mos tiba-tiba kepikiran Bank. Mereka memang belum makan malam.
"Tapi aku belum punya nomornya.." gumam Mos.
Ia akan menelpon Bank, bagaimanapun juga Bank dititipkan oleh ayahnya pada Mos. Tentu saja Mos harus menjaga Bank dengan baik.
"Hallo, tuan- eh maksud saya ayah."
"Hallo, Mos. Ada apa?" Mos sedang menelpon Folk. Ia berniat akan meminta nomor telepon milik Bank pada ayahnya. Namun Mos lupa bahwa Bank sedang bersamanya, pasti Folk akan berfikiran aneh nanti.
"Ah, itu.. bukan apa-apa ayah. Aku hanya ingin menanyakan kabarmu.."
"Ayah kira ada apa.. kalian berdua ini memang benar-benar sudah klop ya. Baru saja Bank menelpon ayah, sekarang kau Mos. Memangnya tadi kamu tidak mendengar pembicaraan telepon ayah dengan Bank?"
"Ah, tidak ayah.. Mos tadi sedang keluar untuk membeli makan malam."
"Begitu rupanya, ya sudah ayah titipkan Bank padamu ya Mos.. jika dia mengomel padamu, marahi saja jangan sungkan."
"Haha, baik ayah.. akan kulakukan sesuai perintah ayah."
"Ayah tutup dulu ya, masih di kantor."
"Ah, iya ayah.. maaf sudah mengganggu. Kalau begitu selamat malam."
Selesai menelpon Folk, Mos benar-benar membeli makanan. Karena ia lapar, Mos juga tidak lupa pada Bank.
Namun, saat Mos membunyikan bel dan mengetuk pintu kamar Bank, ia tidak kunjung membukanya. Mungkin sudah tidur, fikir Mos. Lalu makanannya ia gantung di pegangan pintu kamar Bank, siapa tahu nanti ia terbangun.
To be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
BIG BABY [MosBank]
Fanfiction"Katanya mau menikah." "Tapi tidak dengan seorang pria juga, ayah!" ... Isbanky tiba-tiba meminta dijodohkan pada ayahnya, namun siapa sangka ia akan dijodohkan dengan seorang pria. Pria itu adalah Moslhong. Just Fan Fiction about Moslhong and Isba...