15

1.2K 74 2
                                    

Happy Reading!

Happy Reading!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ayah?.."

Bank terkejut karena yang menelponnya adalah Folk, sang ayah. Setelah beberapa minggu menghilang, akhirnya ayahnya itu ada mengabari Bank juga. Bank sangat senang sekaligus ingin menangis, kenapa ayahnya itu harus tega padanya.

"Hiks.. ayah.."

Mos yang baru kembali dari kamar, sangat terkejut melihat Bank yang sudah menangis sambil memandangi ponselnya.

"Bank, kamu kenapa?!" Mos tentu saja panik, ia takut terjadi sesuatu pada istrinya itu.

"Sayang.. lihat ini."

Panggilan itu masih saja berdering, bukannya langsung mengangkat telepon, Bank malah memandanginya terus sambil menangis. Mos yang mulai mengerti kenapa istrinya itu menangis, segera berdecak sebal.

"Ish! Bukannya diangkat malah nangis. Sini aku yang angkat!" Bukan maksud ingin memarahi Bank, Mos hanya bersikap tegas padahal ini adalah hal yang penting.

Bret!

Kenyataannya Mos pun tidak boleh mengangkat telepon dari ayah mertuanya itu.

"Sini.. aku aja yang angkat. Hiks.."

"Hallo."

"Bank? Kenapa mengangkatnya lama sekali? Tangan ayah pegal."

"AYAHHHHH! AYAH KEMANA SAJA HUAAA!"

Sepanjang panggilan telepon, Bank hanya menangis meraung-raung. Ia sangat merindukan ayahnya itu. Biasanya Bank setiap hari bertemu, bahkan melakukan banyak hal dengan ayahnya.

"Kenapa sih kamu jadi cengeng begini, kan ada Mos sekarang. Kenapa harus mencari ayah sih?"

"Mos ya mos, suamiku. Ayah ya ayah, orangtuaku."

"Kan ada Mae mu juga, kenapa harus selalu ayah? Hhh.. sebenarnya ayah saja bosan padamu."

"Ayah jahat!"

...

Sementara itu di kediaman Folk..

"Kim, semuanya sudah beres?" tanya Folk pada Asisten pribadinya itu. Ia melihat Kim sedang sibuk dengan barang-barang didepannya.

"Ah, iya tuan.. sudah siap."

"Ayo kita berangkat!"

Folk sudah sampai di kediaman lamanya, rumah dengan sejuta kenangan yang kini ditempati oleh anak bungsu dan menantunya. Folk pergi kesana ditemani oleh Kim, asisten pribadinya. Kim segera menekan bel agar orang rumah tau akan kedatangan mereka.

"Iya sebentar.."

Saat pintu dibuka Mos tampak terkejut, Moslhong hampir berteriak, namun ia menahannya karena Folk yang meminta.

"Jangan dulu memberitahunya, nanti anak itu heboh. Ayah ingin memberinya surprise lagi." Ucap Folk sambil mengarahkan jari telunjuknya tepat didepan bibirnya.

"Ah, iya ayah.. silahkan masuk.."

Folk dan Kim masuk kedalam rumah, kebetulan sekali Bank sedang mandi di kamarnya jadi ia tidak akan langsung mengetahui bahwa ayahnya ada disana.

Folk memberikan barang yang sedaritadi dibawa oleh Kim, ia berkata bahwa itu adalah oleh-oleh darinya untuk Mos dan Bank. Karena Folk habis pergi liburan keluar negeri.

"Jadi selama ini ayah menghilang karena sedang berlibur?"

Folk mengangguk sambil tersenyum sumringah, Kim juga ikut senyum sedikit disampingnya.

"Tapi kenapa ayah tidak bilang pada kami? Atau ayah bilang saja padaku, setidaknya aku tidak akan merasa khawatir dan bisa menenangkan Bank. Jika keadaannya seperti kemarin, semua orang ikut mengkhawatirkan ayah."

"Maafkan ayah, tapi saat itu memang ada hal yang mendesak. Selain berlibur ayah juga ada pekerjaan lain, jadi ayah tidak bisa mengabari siapapun saking sibuknya."

Saat Folk sudah mulai asik berbincang dengan menantunya itu, tiba-tiba anak bungsunya datang, ia baru selesai mandi.

"Phi Mos ada siapa? Kedengarannya ada tamu.." ucap Bank sambil turun tangga, kedua tangannya sibuk mengeringkan rambut basahnya dengan sebuah handuk kecil.

"Surprise!"

Mendengar suara itu, Bank langsung menolehkan wajahnya ke arah suara. Ternyata itu ayahnya, orang yang sangat ia rindukan sejak kemarin.

"Ayah?!"

Bank langsung berlari dari arah tangga, membuat Mos sedikit bersiap siaga takutnya istrinya itu jatuh karena harus berlari didalam rumah.

"Hati-hati Bank.."

...

Di Chiang Mai, tepatnya di kediaman Seeya dan Baila. Ibu dan anak itu menjalankan rutinitasnya seperti biasa, yaitu membuka toko bunga mereka.

Baila membantu beres-beres, lalu setelah selesai ia segera membuatkan beberapa pesanan pelanggan.

"Nak, hari ini mae akan pergi ke Bangkok. Untuk toko, tolong kamu jaga dulu ya.."

"Tapi mae.."

"Mae minta tolong padamu, sayang. Kalau pesanannya sudah beres semua, tokonya boleh kamu tutup, tidak perlu buka sampai malam. Tapi kamu harus diam dirumah, jangan dulu kemana-mana sampai mae kembali."

"Iya mae.."

Seeya kembali ke dalam rumah, ia akan bersiap-siap dan membereskan barang bawaannya. Lalu setelah beres semuanya, Seeya segera pergi ke Bangkok hari itu juga. Perasaannya tidak enak, ia benar-benar ingin tahu keadaan mantan suaminya itu.

Seeya dan Baila belum sempat dikabari oleh Bank, maka dari itu mereka belum tahu bahwa Folk sudah kembali dan ada di Bangkok sekarang.

Bank merasa lega, akhirnya ia bisa tidur nyenyak setelah berminggu-minggu sulit tidur.

"Sayang.. besok kita jalan-jalan yuk!"

"Mau jalan-jalan kemana?" tanya Moslhong pada istrinya. Mereka berdua sedang berbaring bersama, posisinya saling berhadapan dan Mos menatap lurus pada Bank.

Bank tampak berfikir, ia sangat ingin menghabiskan waktu seharian dengan suaminya itu. Sudah lama sekali mereka tidak bepergian, karena keadaan Bank yang memang sedang banyak fikiran.

"Hmm.. bagaimana kalau kita pergi ke pusat kota? Aku sangat ingin kulineran disana."

"Boleh.. kemanapun kamu mau, kita akan pergi." Bank langsung memeluk tubuh Mos, ia sangat senang. Bank sudah merasakan rasanya dicintai, dan mencintai seseorang yang tepat.

To be continued.


BIG BABY [MosBank]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang