Epilog

1.3K 64 0
                                    

.
.
.

...

❤️❤️❤️



Pagi hari yang cerah. Dua remaja berbeda usia tengah bersiap-siap untuk pergi ke sekolah. Mereka sedang memasang sepatu sekolah di teras rumah. Setelahnya, mereka pun menghampiri sang ibu yang juga berada di teras bersama si kecil yang sedang duduk di kursi.

"Kita berangkat dulu ya, Mi," kata remaja yang lebih tua dari remaja satunya. Dia adalah Zayid Arshan, putra pertama dari Ziyad dan Zafha. Dan yang satunya atau putra kedua Ziyad dan Zafha adalah Achmad Zayyan Albar Al-Ghifari (Memiliki keindahan seperti murah hati, menjadi pelindung dan lembut hatinya) atau bisa dipanggil Albar. Wajahnya sangat mirip dengan Arshan. Namun sifatnya agak jahil.

Memang dulu Arshan sangat menginginkan adik perempuan ketika Zafha mengandung Albar. Tapi, dia pun juga bersyukur memiliki adik laki-laki. Apapun pemberian dari Allah patut dia syukuri. Dan kini dia juga memiliki adik perempuan yang sangat menggemaskan, yaitu Shaza Nur Ayana Al-Ghifari (perempuan yang baik hati, bercahaya indah dan berhati lembut). Gadis kecil dan cantik itu memiliki wajah bulat yang persis dengan Zafha. Kini usia Shaza sudah berusia 4 tahun.

"Iya Sayang. Hati-hati ya bawa motornya, jangan ngebut." pesan Zafha setelah kedua putranya itu mencium tangannya.

"Iya Mi." patuh Arshan. Dia beralih menatap adik perempuannya yang tengah duduk di samping Zafha.

"Bye, Shaza," ucapnya. Diikuti Albar. Kemudian mereka pun menaiki motor Arshan.

"Kita berangkat, Assalamu'alaikum," ucap mereka.

"Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh." balas Zafha.

"Bye, Abang," ucap Shaza melambaikan tangannya ke udara. Membuat Zafha tersenyum melihatnya.

"Yuk masuk, Sayang," ajak Zafha seraya menggenggam tangan mungil putrinya.

Shaza mengangguk dan mereka pun masuk ke dalam rumah.

"Umi, Aza mau sekolah juga," ujar Shaza dengan menyebut namanya dengan Aza. Dia memang menyebutnya namanya seperti itu karena belum bisa mengatakan huruf S dengan benar. Tapi, keluarganya terus melatih Shaza agar dia bisa. Terkadang Shaza juga menyebut namanya dengan Chaza.

Zafha mengusap rambut Shaza."Sabar ya Sayang. Nanti kalau umur Shaza udah cukup, bakalan sekolah kayak Abang-Abang kok." ujarnya.

"Emangnya umur berapa boleh sekolah, Mi?" tanya Shaza mendongak menatap Zafha.

"6 tahun, Sayang. Dua tahun lagi kamu boleh kok sekolah." jawab Zafha tersenyum.

"Asyik!" seru Shaza senang.

Membuat Zafha terkekeh kecil melihatnya. Putrinya itu memang sangat ingin sekolah. Dengan gemas, Zafha pun mencium pipi Shaza.

"Sayangnya Umi, enggak sabar ya udah mau sekolah," ucap Zafha seraya mengelus kepala Shaza.

Shaza hanya tersenyum mendapat ciuman di pipinya dan menganggukkan kepalanya.

"Kakek sama abi mana, Mi?" tanya Shaza celingokan mencari dua pria itu.

"Kakek sama abi ke pesantren, Sayang." beritahu Zafha.

Shaza pun mengangguk mengerti. Kemudian dia menunjuk TV yang tidak menyala. "Aza mau nonton Upin dan Ipin, Mi. Aza mau tengok mereka." ujarnya.

Karena sering menonton kartun si kembar botak itu, Shaza terkadang menggunakan bahasa Melayu. Para keluarganya sering merasa gemas mendengarnya ditambah dengan suaranya yang masih cadel itu.

Kekasih Halalku [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang