7. Sisi Lain Fatih

3.4K 316 0
                                    

.
.
.

...

❤️❤️❤️

Hani terus berlari kecil karena Fatih terus saja mengejarnya. Hingga saat di depan gerbang, Hani meringis kesakitan.

"Awhh!" ringisnya.

Dia menatap ke bawah yang ternyata ada kayu yang sangat runcing tersangkut di pagar dan menghalangi pinggir jalan. Hingga siapa pun yang tidak hati-hati lewat di situ akan kena ujung kayu itu. Dia berjalan ke arah pinggir dan mendudukkan dirinya di semen yang berbentuk kayu di depan gerbang sekolah itu.

Fatih yang sedari tadi mengikutinya dari belakang pun segera menghampiri gadis itu.

"Hani? Kamu kenapa?" tanya Fatih khawatir.

"Kesenggol kayu itu," tunjuk Hani ke arah kayu tadi.

"Tajam banget ini. Siapa sih naruh di sini?" gerutu Fatih lalu mencari sesuatu.

"Kamu nyari apa?" tanya Hani menatap laki-laki itu bingung.

"Nyari kayu, buat patahin itu kayu. Tajam banget. Bahaya kalau orang lalu-lalang lewat pinggir situ." kata Fatih.

Dia mengambil kayu yang ditemukannya di dekat pohon lalu memukul kayu tajam tadi hingga patah.

Fatih menghela napas lega dan kembali menghampiri Hani yang masih duduk dengan mengangkat sedikit roknya menampilkan celana panjangnya. Terlihat kalau celana panjang gadis itu berdarah.

"Kaki kamu berdarah, Hani. Sini aku kasih hansaplast dulu. Kamu duduk lah," titah Fatih.

Hani hanya menurut dan duduk di semen yang berbentuk kayu. Kakinya terasa sangat perih, apalagi darah semakin keluar dari kulit putihnya. Dia teringat sesuatu, lantas menatap Fatih yang sudah siap ingin memeriksa kakinya dengan hansaplast di tangan laki-laki itu.

"Eh? Biar aku aja. Kamu balik badan, enggak boleh liat kaki aku." kata Hani, melarang.

"Yaudah, nih hansaplastnya," Fatih memberikan hansaplast tadi kepada Hani. Lalu dia pun membalikkan badannya sambil menggaruk tengkuknya. Dia lupa kalau tidak boleh melihat kulit gadis itu. Untung saja Hani mencegahnya.

"Udah?" tanya Fatih setelah beberapa menit berlalu.

"Udah. Makasih ya," ucap Hani dan Fatih pun membalikkan tubuhnya lalu mengangguk.

"Iya sama-sama, lain kali hati-hati ya," ucapnya. Hani bisa melihat kekhawatiran di wajah laki-laki itu.

Hani menganggukkan kepalanya. Dia beranjak berdiri dengan perlahan. Rasa perih di kakinya masih terasa.

"Kamu dijemput?" tanya Fatih. Hani mengangguk.

"Aku temanin ya?" tawar Fatih.

Refleks Hani menggelengkan kepalanya."Eh, enggak usah Fatih, kamu pulang aja." tolaknya.

"Enggak, nanti ada yang gangguin kamu." kata Fatih.

"Iihh Fatih, kamu duluan aja. Aku enggak papa kok." ujar Hani meyakinkan.

"Beneran?" tanya Fatih memastikan.

"Iyaa Fatih." jawab Hani.

"Yaudah." Fatih melangkahkan kakinya, namun baru beberapa langkah, tiba-tiba dia berhenti dan membalikkan badannya.

"Eh enggak deh, nanti kamu diapa-apain sama orang. Aku di sini aja," ujarnya kembali menghampiri Hani yang diam di tempat.

Hani hanya bisa menghembuskan napasnya pasrah."Yaudah, terserah kamu aja." balasnya.

Kekasih Halalku [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang