5. Melamar?

4.4K 368 0
                                    

.
.
.

...

❤️❤️❤️


Hari ini adalah hari Ahad, Ziyad berencana pergi ke pesantren milik almarhum abinya dan Azka. Dia berkeinginan untuk melamar menjadi seorang guru pengajar di sana. Yaa walaupun Ziyad adalah anak dari pemilik pesantren tersebut, tapi Ziyad juga ingin bekerja seperti Azka yang juga menjadi guru di sana. Tidak ada salahnya bukan?

Sebenarnya keinginan Ziyad ingin melamar pekerjaan itu sudah sedari dulu, jika dia sudah dekat dengan kelulusan sekolah. Dan sekaranglah dia harus membulatkan keinginannya tersebut.

Niatnya itu belum diketahui oleh Azka dan Alya. Dia akan memberitahukannya sebelum pergi ke sana, yaitu hari ini.

Ziyad yang kini sudah berpakaian rapi pun lantas beranjak turun ke bawah. Dia mendapati Azka yang baru saja keluar dari ruang makan dengan pakaian yang juga rapi.

"Abi mau ke mana?" tanya Ziyad.

"Mau ke pesantren, Nak." jawab Azka.

"Ziyad ikut ya? Ziyad mau melamar jadi Guru di sana, kalau ada." ujar Ziyad.

"Beneran kamu mau jadi Guru di pesantren?" tanya Azka memastikan. Seolah kan Ziyad adalah anak pemilik pesantren itu, pikirnya. Tapi, dia juga kagum kalau Ziyad ingin mengajar di sana sama seperti dirinya.

"Beneran, Bi." jawab Ziyad.

"Yaudah ayo berangkat," ajak Azka sambil merangkul Ziyad.

Ziyad mengangguk dan mereka pun berpamitan kepada Alya lalu pergi ke pesantren milik Azka dan Rizal. Tentu sekarang juga adalah milik Ziyad.

Sesampainya di sana Ziyad dan Azka disambut ramah oleh kepala pesantren di sana.

"Assalamualaikum, Ustadz," sapa Azka dan Ziyad di depan ruangan guru. Lalu mereka menyalami tangan ustadz itu.

"Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh. Eh? Pak Azka dan Nak Ziyad ya? Anak almarhum Pak Rizal?" tebak ustadz yang bernama Umar itu kepada Ziyad.

"Iya, Ustadz." jawab Ziyad tersenyum.

Ustadz Umar tersenyum mengetahuinya. Sudah lama dia tidak bertemu dengan anak dari pemilik Pesantren itu.

"Apa kabar kamu, Nak? Sudah lama saya tidak bertemu denganmu. Dulu kamu masih kecil di saat almarhumah Umi kamu masih ada." ujar ustadz Umar.

"Alhamdulillah saya baik kok, Ustadz. Ustadz sendiri bagaimana kabarnya?" tanya Ziyad balik.

"Ya Alhamdulillah, baik Nak. Seperti yang kalian lihat." jawab ustadz Umar."Oh iya, saya turut berduka cita atas meninggalnya Pak Rizal, semoga amal ibadah beliau diterima di sisi Allah SWT. Maaf saya tidak sempat datang hari itu karena ada acara keluarga." lanjut beliau.

Ziyad tersenyum, memaklumi."Aamiin. Tidak apa Ustadz, Ustadz kan juga memiliki keperluan keluarga. Tidak baik juga kalau ditinggalkan." ucap Ziyad.

Ustadz Umar hanya tersenyum seraya mengangguk.

"Oh iya Ustadz Umar, Nak Ziyad katanya mau ngelamar jadi guru di sini, apakah masih ada lowongan?" tanya Azka.

"Alhamdulillah, kebetulan sekali. Kita lagi butuh guru baru untuk pelajaran Fiqih." jawab ustadz Umar lalu tersenyum.

"Alhamdulillah, terima kasih Ustadz. Insya Allah saya bisa." ujar Ziyad.

Kekasih Halalku [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang