Part 27.Dongkol

235 6 0
                                    

5 hari berlalu namun belum ada perubahan yang terjadi pada ingatan sang suami padanya, Bahkan Dewa dan sekretarisnya semakin dekat,
kadang Naya capek sendiri,di tambah keluarganya yang seakan tak mempermasalahkan kedekatan Suaminya dengan wanita lain,

tepat hari ini Dewa sudah di perbolehkan untuk pulang, saat ini Naya berada balkon rumah sakit,
ia menatap kebawa dimana orang orang berlalu lalang,
ia dengan lembut mengusap lembut perutnya,

Ia sungguh ingin mencakar wajah sekretaris Suaminya itu yang tak tau malu,
Naya merasa dongkol di buatnya,

seseorang menepuk pelan punggung Naya membuat ia menoleh
dan mendapati sang adih ipar
ia tersenyum kecil,ia Naya sudah meminta maaf pada Dewi tentang permasalahnya
Dewi tidak mempermasalahkan itu,
dan mereka akhi akhir ini semakin dekat

"Kenapa mbak?"Tanya Dewi lembut

Naya hanya menggeleng singkat
dan menghelah nafas sesaat
ia menoleh ke arah brangkar suaminya yang kosong,

ia suaminya saat ini mungkin ada di taman rumah sakit di temani dengan sekretaris kesayangan suaminya itu,

sudah hampir satu Minggu berlalu,dan saat itu pula kesabaran Naya di uji,
Naya tak ingin kembali melakukan kesalahan Dengan meninggalkan suaminya begitu saja,

"Mmm yaudah Dewi pamit ke bawah dulu mbak"Ucap Dewi saat merasa bahwa sang kakak ipar sedang butuh waktu

Naya menoleh dan mengangguk
hari ini ia merasa tak semangat,
entahlah

ia pun berlalu dan membereskan beberapa barang di ruangan Inap itu,sebentar lagi mobil dari rumah orangtuanya akan datang,
mereka memang akan tinggal di rumah orang tua Naya selama beberapa hari karena Naya yang harus menjaga kandungannya
takutnya ia tak akan mampu mengurus Suaminya di tambah dengan pekerjaan rumah,
sebenarnya Naya tak mempermasalahkan itu,
namun bundanya bersikeras agar Naya menurut,dan ia hanya bisa mengiyakan keinginan orang tuannya itu, yang juga khawatir dengan kandungannya yang masih sedikit lemah

*****

Di balik jeruji besi Arvin hanya bisa duduk termenung di pojokan,
ia memikirkan mommynya

seorang polisi membuka.jeruji besi itu dan memanggil namanya
Arvin menoleh
siapa yang mau bertemu dengannya?

"To bagaimana keadaan mommy"Ucap Arvin tak sabaran

"Lebih baik dari sebelumnya Vin"jawab Dito
yang langsung di Sambut dengan senyum oleh Arvin

Dito memang akan sesekali mengunjungi Arvin untuk memberi tahu perkembangan kesehatan sang mommy
Arvin sunggu berterimakasih pada Dito
yang sudah mau menjaga Mommynya

sedangkan dito tidak memberi tau bahwa di balik peningkatan kesehatan mommy Arvin ada Ririn yang setiap hari mengurus serta menjaga Tante Bianca saat ia sedang bekerja di Cafe
ya semenjak Arvin tak lagi menjadi CEO perusahaan,
Dito juga di keluarkan dari perusahaan, ia tak mempermasalahkan itu,

beberapa menit keduanya berbincang-bincang dan saat waktu berkunjung sudah habis
Arvin kembali di bawa ke jeruji besi
sedangkan Dito menuju ke RS Nugantara
ia baru saja pulang bekerja

setelah melakukan perjalanan beberapa menit iapun sampai di koridor rumah sakit
dengan langkah lebar ia menuju ruangan Tante Bianca

dari luar Samar samar ia mendegar suara gelak tawa dari dalam
sudut bibirnya terangkat ia sudah tau pasti Ririn memberi lelucon konyol lagi yang mampu membuat Tante Bianca tertawa dan melupakan segala sesuatu yang membuatnya stres

Tok tok tok

"Masuk" Ucap Ririn

Krekk

pintu terbuka dengan Dito yang datang membawa sebuah kresek

Ririn tersenyum mengangguk saat mendapat Sapaan dari Dito

Dito berjalan ke samping brangkar Tante Bianca Dito memang sangat dekat dengan mommy Arvin karena sejak kecil Arvin adalah sahabatnya dimana ia selalu berkunjung ke rumah Arvin saat keduanya masih TK
hingga masuk SMA,
itu sebabnya mengapa Dito mengetahui segala rahasia Arvin

"Bagaimana keadaan Tante"tanya Dito dengan senyumnya yang mampu membuat Tante Bianca meneteskan air matanya
ia sudah menganggap Dito seperti anaknya sendiri,
dengan lembut tangan Dito menghapus air mata tante Bianca

"Cukup baik"Ucap Tante Bianca dengan susah payah ia tak tau harus membalas apa pada nak Dito dan Ririn yang sudah menjaganya serta mengurusnya

ia hanya bisa berterimakasih kepada keduanya
setelah Tante Bianca tenang Dito menuju sofa
diikuti Ririn dari belakang setelah Tante Bianca memilih untuk tidur dulu

"Gimana kerjaan Lo"Tanya Ririn

"Baik seperti biasa"Jawab Dito yang memijat pelipisnya

"bagaimana tadi pas Lo menemui Arvin"Tanya Ririn

"Ya gitu di nanya keadaan mommynya"Ucap Dito Ririn menghelah nafas sesaat ia sudah tau segalanya tentang Arvin alasan Arvin melakukan itu kepada Ririn,ia tak habis pikir dengan Arvin untuk apa melakukan itu pada dewa yang jelas² tak tau apa² dan lagi Ririn sangat terkejut saat ia mengetahui bahwa Arvin dan dewa ternyata saudara seayah
yang ada dalam pikiran Ririn saat ini adalah dimana Ayahnya saat ini?

Ririn sempat menanyakan hal ini pada Dito,Namun Dito pun tak tau hal itu,
pria paruh baya itu seakan hilang bak ditelan bumi

"Lo udah makan to?"Tanya Ririn pada lelaki itu yang tengah merebahkan tubuhnya sambil memijat keningnya

Dito hanya menggeleng
Ririn beranjak dan keluar dari ruangan
Dito hanya diam saja,
setelah beberapa menit Ririn kembali dengan Mambawa kresek berisi makanan yang ia pesan di kantin Rumah sakit
ia menyodorkannya pada Dito yang masih asik memijat keningnya

"Makan gih"titah Ririn membuat Dito menatap kresek yang Ririn sodorkan padanya
ia Fikir Ririn sudah pulang ternyata dirinya salah

"Ck malah ngelamun,"decak Ririn saat Dito tak kunjung mengambil sarapan yang ia pesan

Dito menghelah nafas sesaat dan mengambil  kresek itu, sebenarnya ia cukup malu pada dirinya sendiri yang selalu merepotkan Ririn,ia akui bahwa wanita ini sangat baik, bahkan cafe  tempatnya kerja saat ini adalah milik keluarga Ririn,Dimana Ririn sendiri yang mengajaknya Bekerja di sana, Saat ia sudah beberapa kali mencari pekerjaan bahkan melamar namun  selalu di tolak dengan berbagai alasan

Dito sarapan dengan khidmat, sedangkan Ririn memilih memainkan ponselnya
ia ingin menghubungi sahabatnya Naya,
terakhir ia berkomikasi dengan sahabatnya itu adalah saat 2 hari lalu

dimana ia haru mendegar segala Omelan dari Naya
ia hanya memutar bola matanya malas

niatnya untuk menelpon sahabat ia urungkan saat mendengar ketukan pintu dari luar

Tok tok tok

"Masuk"ucap Ririn

Krek

Dan seorang berjas putih dengan stetoskop di lehernya datang  wanita yang tak lain adalah mommy rhea dan Seorang perawat yang membawa sebuah buku yang Ririn yakini dalam catatan kesehatan

"Apa pasien perna lagi  mengalami stress dan berteriak teriak?"Tanya Rhea sambil memasang alat stetoskop dan memetik pasiennya ia berusaha untuk bersikap profesional

"akhi akhir ini tidak lagi mom"Ucap ririn seadannya tanpa perlu bersikap profesional untuk apa pikirnya

"Oke"Ucap rhea dan ia mengalihkan tatapannya pada perawat di belakangnya dan menjelaskan sesuatu yang Ririn tak pahami

"Baik klw.ada apa² panggil mom ok"Ucap rhea yang di angguki mantap ole Ririn  setelah selesai memeriksa pasiennya ia pun berlalu dari sana

yang tertinggal hanya Ririn yang sedang asik memainkan ponselnya dan Dito yang membersikan tempatnya sarapan lalu ia membersikan dirinya

Tbc
Like and komen guys jangan lupa vote nya hehe

Love My Husband (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang