Chapter 4

1.9K 313 1
                                    

Isi surat nya adalah undangan minum teh bersama dua hari lagi. Dan karena ditulis langsung oleh Isis. Mau tidak mau y/n harus menghadiri nya.

Setelah melewati satu setengah tahun masa krisis karena kosong nya posisi Ratu Elmyr setelah kepergian Ratu Thetis. Kekaisaran Elmyr kini sudah mulai bangkit dengan perlahan.

Pernikahan antara Kaisar dan Ratu Iris juga dilakukan demi menyelamatkan kondisi negara yang kacau. Namun tentu saja pernikahan itu diadakan demi Isis juga.

Sudah satu tahun sejak Kaisar menikahi ratu Iris. Dan menurut sepengetahuan y/n. Isis belum bisa membuka diri pada ibu baru nya itu. Pemikiran itu tentunya didukung kecanggungan antara Isis dan Ratu Iris yang dilihat y/n ketika acara resmi.

Entah sejak kapan, Y/n menjadi gadis yang sangat peka terhadap sekitar. Dan karena itu hanya dengan memperhatikan sedikit pun ia bisa paham secara garis besar apa yang sedang terjadi.

"Emily.." Panggil si surai raven setelah selesai memasukkan surat balasan untuk Isis ke dalam amplop.

Emily yang cekatan pun langsung paham apa yang dibutuhkan nona nya itu.

"Terimakasih. Aku akan kembali ke kamar." Ucap y/n lagi.

"Selamat beristirahat nona." Emily tersenyum ramah sembari membungkuk hormat. Senyuman yang tentunya dibalas ramah juga oleh y/n.

.
.
.

"Saya akan berangkat ke istana sekarang ibu." Y/n membungkuk sembari meminta izin pamit pada sang ibunda.

"Pergilah." Jawab duchess. Diikuti anggukan paham y/n.

Perjalanan dari duchy keluarga Achazia menuju ke istana kekaisaran memakan waktu 50 menit. Waktu yang cukup cepat bagi jarak yang bisa dikatakan jauh itu.

Dan selama waktu perjalanan itu. Y/n hanya menikmati pemandangan sepanjang perjalanan. Senyum senang terlihat di wajah rupawan si surai raven. Karena bagaimanapun ia juga merindukan teman masa kecilnya itu.

"Nona kita sudah sampai." Suara Biel terdengar. Ksatria pribadi y/n yang selalu mendampingi kemanapun y/n pergi.

Begitu pintu kereta kuda terbuka. Beberapa pelayan istana pangeran menghampiri membungkuk hormat pada si surai raven bersamaan dengan uluran tangan Biel.

"Selamat datang di istana pangeran, Nona Achazia. Kami sudah menunggu kedatangan anda." Sambutan kepala pelayan membuat y/n salah tingkah sendiri. Ia tidak berekspetasi akan mendapatkan sambutan seperti ini.

Karena dulu ketika ia terbiasa bermain di lingkungan istana pun tidak sampai segininya.

"Terimakasih Biel." Ucap si surai raven begitu turun dari kereta kuda. Biel membungkuk hormat terlebih dulu sebelum kembali berjalan mengikuti y/n dari belakang nya.

"Yang mulia pangeran sudah menunggu kedatangan anda." Suara kepala pelayan kembali terdengar. Mereka memasuki taman yang cukup luas di kawasan istana pangeran.

Dan tak lama setelah nya surai pirang khas milik Isis mulai terlihat dari kejauhan. Senyum kecil y/n terlihat. Sosok sahabat masa kecilnya masih seperti orang yang ia kenal. Tapi..

Deg!

Deg!

Deg!

Debaran di dada y/n semakin tidak bisa terkontrol. Bersamaan dengan tubuh gadis itu yang gemetaran. Ingatan ingatan mengenai siksaan yang ia terima semasa kecil oleh ayah nya kembali menghampiri y/n bersamaan dengan surai Isis yang terlihat semakin jelas.

"Nona!" Biel berucap segera setelah menangkap atasan nya yang nyaris jatuh terduduk.

'Apa..? Kenapa aku setakut ini?' batin y/n. Keringat dingin masih membasahi sekujur tubuh nya. Dan perempuan itu tidak bisa berhenti gemetar. Suara suara yang terdengar mengkhawatirkan nya pun perlahan terasa semakin menjauh.

Detak jantung y/n yang tak kunjung stabil berhasil membuat baik y/n maupun Isis yang entah sejak kapan sudah ikut berlutut di depan gadis itu kebingungan sendiri.

"Bawa dan istirahat kan dia di kamarku." Isis akhirnya memberikan perintah. Melihat kondisi y/n yang tak kunjung membaik.

Biel mengangguk paham lalu sedetik kemudian menggendong tubuh gemetar gadis kecil itu.

***

Y/n membuka mata perlahan. Menatap langit langit ruangan yang terasa asing baginya. Sebelum menyadari kejadian yang sebelumnya menimpa nya.

"Ah.." ucapan reflek si surai raven ketika menyadari pandangan Isis dari samping tempat ia berbaring.

Dan yang membuat gadis itu lebih terkejut adalah keberadaan Kaisar dan Ratu Iris di kamar yang sama yang dia tempati sedang memandang khawatir kearah nya.

Tatapan yang entah kenapa membuat y/n reflek bangkit dari tempat tidur dan berlutut dihadapan kedua pemimpin negara nya itu.

"Maaf yang mulia.. saya tidak bermaksud kurang ajar kepada yang mulia pangeran Isis. Tolong-" belum selesai kalimat y/n gadis itu sudah kembali terdiam.

Skyfall || Isis x Reader [Into the Light Once Again]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang