Chapter 8

1.6K 291 3
                                    

Dengan ekspresi polos yang tidak dibuat buat y/n menatap dua pasangan di depannya. Kemudian berkedip beberapa kali sebelum berdehem sejenak. Berniat melegakan tenggorokan tapi naas nya justru membuat dadanya semakin ngilu.

"Maaf yang mulia.. tapi, saya rasa membicarakan pernikahan di usia saya yang masih segini terlalu tiba tiba." Ucap si surai raven dengan nada tegas. Walau ekspresi tidak enak karena menolak keinginan seorang kaisar tercetak jelas di wajah gadis itu.

"Hahahahahaha." Dan tidak disangka sangka. Raja Tyron justru tertawa mendengar jawaban y/n.

"Kalian tidak perlu langsung menikah kok. Aku hanya merasa itu keputusan yang baik karena kamu sangat mengenal Isis." Penjelasan itu terdengar begitu suara tawa Kaisar mereda.

"Y/n juga pasti akan menjadi sosok kakak ipar yang baik bagi Aisha." Lanjut Ratu Iris.

Keadaan hening sejenak. Y/n masih merasa enggan menerima karena dia yakin kondisi dan penyakit nya yang belum diketahui olehnya keluarga kekaisaran akan menyulitkan Isis dimasa depan.

"Saya tidak bisa yang mulia. Karena putra mahkota Isis pun tidak terlihat tertarik pada saya. Saya merasa lebih baik mempersiapkan calon pengantin yang lain bagi yang mulia putra mahkota." Kali ini penolakan itu terdengar sendu. Dan entah kenapa Ratu Iris menyadari nya.

"Apa ada alasan lain selain itu y/n?" Tanya wanita bersurai silver di depannya.

Y/n tersenyum. Dia tidak menyangka harus mengakui penyakitnya yang menjadi aib keluarga Achazia disaat yang seperti ini.

"Saya tidak akan bisa hidup dalam waktu lama yang mulia." Satu kalimat itu. Berhasil membuat seseorang yang sejak tadi menahan diri untuk mengikut sertakan diri dalam pembicaraan yang menyangkut masa depannya itu tersentak.

.
.
.

Pembicaraan kemarin berlangsung lebih lama dari yang dibayangkan. Pembicaraan yang berhasil membuat y/n ambruk sesampainya di pintu masuk kediaman Achazia.

Baik harga diri. Maupun hati nya hancur hari itu. Dan semakin hancur ketika mendengar kalimat yang terlontar dari ibunya ketika ia sedang berpura pura tidur.

"Kamu menyedihkan y/n." Suara dengan nada penuh kekecewaan dari sang ibunda terdengar.

Y/n tersenyum samar. Begitu terdengar suara langkah kaki yang menjauhi tempat tidurnya.

'Memang menyedihkan kok..' batin si surai Raven. Lagi lagi menatap langit langit kamar.

Ekspresi terkejut pasangan Raja dan Ratu Elmyr masih terngiang jelas dalam ingatan nya.

"Emily.." suara y/n terdengar parau.

"Ya nona?" Pelayan kesayangan nya menjawab dengan segera.

"Bunuh aku Emily." Kalimat yang tidak pernah disangka oleh kedua orang itu terucap. Dan baik Emily maupun y/n terkejut mendengar nya.

"Haahh.. Bicara apa aku barusan.." lanjut si surai Raven kembali memiringkan badannya. Namun tubuhnya mendadak menegang. Bersamaan dengan jantung nya yang seakan-akan baru saja menerima beribu-ribu anak panah.

"Akhh!" Teriak y/n meremas gaun tidurnya. Air mata nya berlinang memenuhi pelupuk mata gadis itu.

"Nona y/n!" Suara panik Emily menjadi yang terakhir gadis itu ingat sebelum kegaduhan besar terjadi di duchy Achazia.

"Panggil dokter!"

"Hubungi utusan dewa agung sekarang juga."

"Cepatt!"

"Nona! Nona!"

***

Dua bulan setelah malam itu akhirnya terlewati. Namun, y/n masih terlelap dalam tidur damai nya. Dan di jangka waktu dua bulan itu pula surat baik dari Isis maupun Ratu Iris setiap hari berganti an menghampiri kediaman Achazia, bahkan tidak jarang pula Kaisar ikut mengirim surat.

Sayangnya surat itu sampai saat ini belum dibaca oleh penerima nya.

Keluarga kekaisaran terutama Isis yang tidak mengetahui kondisi y/n saat ini merasa y/n menghindari pertemuan dan semua hal mengenai istana. Namun bukan itu yang sebenarnya terjadi.

Skyfall || Isis x Reader [Into the Light Once Again]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang