Chapter 13

1.4K 231 1
                                    

Hari pertama festival. Dimulai dengan keluarga kekaisaran yang berdoa di kuil dewa cahaya. Lalu dilanjutkan dengan waktu minum teh dan acara bergaul dengan sesama bangsawan lainnya.

Tapi berbeda dengan y/n.

Sejak tadi dia terus menerus menghindari Isis. Tangan nya gemetar ketika bertatapan mata dengan putra mahkota kekaisaran Elmyr itu.

"Y/n." Panggil Isis ketika melihat kekasihnya sedang berbincang dengan beberapa bangsawan seumuran dengan mereka.

"Ah.. ada apa yang mulia..?" Ucap si surai raven dengan refleks menyembunyikan kedua tangannya yang bergetar ke belakang tubuhnya.

"Kamu baik baik? Jangan terlalu memaksakan diri kalau lelah.. kamu bisa istirahat y/n." Kekhawatiran nyata dari sosok bersurai pirang didepan nya justru membuat seluruh isi perut y/n seakan naik memaksa keluar.

"Maaf yang mulia saya permisi sebentar." Tanpa penjelasan lebih lanjut si surai raven menghilang dari pandangan Isis.

.
.
.

"Kenapa begini lagi.. sial padahal biasanya baik baik saja." Lirih y/n mencari tempat sepi dengan sedikit keberadaan orang orang. Perut nya masih terasa sangat mual. Membuat tubuhnya kini penuh dengan keringat dingin.

'Isis..' batin gadis itu.

Rasa bersalah kini mendominasi perasaannya. Tidak seharusnya ia pergi tanpa menjelaskan apapun. Tapi sedetik lebih lama bersama Isis membuat gadis itu semakin takut mengeluarkan semua isi perut nya.

'Lebih baik menyudahi hari ini. sepertinya aku butuh istirahat.' y/n kembali berucap dalam hati. Sebelum bangkit dan mencari dimana posisi kekasih nya berada.

"Ah.. mereka sedang bersama yaa.." senyum tulus y/n terlihat begitu menemukan Isis dan Aisha yang sedang berbincang bersama.

'Aku harus bisa mengontrol ketakutan ku. Masa iya kamu takut pada mempelai pria mu sendiri.' y/n kembali menyemangati dirinya. Tersenyum samar sebelum kembali berjalan mendekati Aisha dan Isis.

"Isis..!" Panggil si surai raven pelan. Takut mengganggu pembicaraan dua bersaudara itu.

"Y/n! Kamu sudah lebih baik? Ada apa? Wajah mu masih pucat. Mau kuantar ke kamar?" Pertanyaan beruntun yang penuh nada kekhawatiran kembali terdengar.

Membuat y/n semakin merasa bersalah karena sempat takut pada sosok lembut di depannya.

"Aku mau kembali lebih dulu. Maaf tidak bisa menemani mu sampai hari ini selesai Isis.." jelas y/n perlahan kemudian mengecup pipi Isis. 

"Baiklah. Besok aku akan menjemputmu mu di kamar, kita sarapan bersama ya." Isis menjawab dengan nada lembut. Membalas kecupan y/n dengan ikut mengecup puncak surai raven milik y/n.

***

Dan sesampainya y/n di dalam kamarnya di istana putri Aisha. Gadis itu mengeluarkan semua isi perutnya.

Rasa bersalah yang menumpuk membuat y/n muak dengan dirinya sendiri. Untuk mencari jalan keluar pun ia tidak tau apa yang harusnya dilakukan.

Dan perlahan air mata nya menetes. Lalu semakin lama lelehan air mata itu membentuk sebuah isak tangis.

'padahal aku benci orang yang ketika ada masalah hanya menangis. Tapi sekarang justru aku juga menangis.' Maki y/n pada dirinya sendiri.

.
.
.

Paginya, Emily yang berniat membangun kan y/n justru terkejut melihat mata sembab milik majikan kesayangan nya.

"Nona apa yang terjadi? Kenapa mata anda beginii." Suara khawatir Emily menjadi alarm y/n pagi itu. Walau begitu, hanya gelengan dan senyum hangat yang menjadi jawaban dari kekhawatiran Emily.

Dan sesuai perkataan Isis. Laki laki itu menjemput nya beberapa saat setelah Emily selesai mendandani nya untuk menutupi mata sembab nya.

"Kamu sudah baik baik sekarang?" Tanya si surai pirang lembut.

Y/n mengangguk mengiyakan. Lalu bergelayut manja di lengan Isis. Berusaha menyembunyikan rasa takutnya dengan menempel pada pujaannya.

Skyfall || Isis x Reader [Into the Light Once Again]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang