7 tahun kemudian
Dua hari sebelum ulang tahun ke 14 Aisha.
"AAAAAAA. Sudah tinggal dua hari lagi dan aku belum menemukan hadiah yang cocok untuknya!" Teriakan putus asa y/n terdengar. Diikuti kekehan laki laki bersurai raven yang sejak tadi meminum teh dengan santai di ruang kerja adik sepupunya itu.
Y/n saat ini sudah berusia 21 tahun sama seperti tunangan nya Isis.
Usia yang sebenarnya sudah tidak awam lagi untuk menikah di kekaisaran Elmyr.
Namun karena satu hal. Y/n masih memilih menunda pernikahan nya dengan sang kekasih.
Hal yang sejak dulu selalu menjadi masalah utama bagi hubungan kedua orang itu. Kondisi kesehatan y/n.
Atau bisa dibilang hanya bagi y/n. Karena Isis sejak awal tidak pernah memperdulikan kekurangan wanita nya. Berbeda dengan y/n, si empunya tubuh. Gadis bersurai raven itu merasa hidupnya tidak akan lama lagi. Dan dia tidak mau meninggalkan Isis segera setelah mereka menjadi pengantin baru.
Jika harus pergi.
Perempuan itu lebih memilih pergi sebelum dia dan Isis benar benar mengikat janji suci.
Alasan itu pula yang membuat Elio yang sejak dua tahun lalu sudah menyelesaikan semua pembelajaran yang diberikan y/n sebagai pemimpin keluarga, memilih tetap menetap di samping duchess Achazia.
Karena sejak segel sihir yang diberikan oleh Arsene hancur 7 tahun lalu. Kondisi kesehatan y/n mengalami penurunan dengan signifikan.
Itu bisa dibuktikan dengan melihat betapa kurus nya tubuh si surai raven saat ini.
"Nyonya. Sudah waktunya minum obat dan beristirahat." Emily memasuki ruang kerja y/n setelah beberapa kali mengetuk pintu.
Namun y/n tidak mengindahkan. Wanita ber iris semerah darah itu masih memfokuskan diri pada peta wilayah kekuasaan Achazia. Mencari hadiah ulang tahun untuk adik kesayangannya.
"Y/n." Kali ini Elio juga ikut memberi peringatan. Laki laki itu bangkit dan menghampiri adik sepupunya.
"Bagaimana kalau ku berikan tempat berlibur di wilayah pesisir pantai?" Gumam y/n pelan.
"Tidak. Lebih baik menghadiahkan kemenangan invasi Edennber pada nya." Lanjut si surai raven putus asa. Perempuan itu mengistirahatkan kepala nya di meja kerja sebelum menyadari tatapan mematikan dari sang kakak sepupu nya sedari tadi mengarah kearah nya.
"Istirahat." Satu kata dengan intonasi dingin berhasil membuat y/n tersenyum kaku dan langsung berjalan kembali ke kamarnya.
.
.
.- Y/n POV -
haah.. dipikir pikir.. sekarang nafasku jauh lebih berat dari beberapa waktu lalu..
Untuk sekedar menatap cerminan tubuhku di depan kaca pun akhirnya terlihat menyedihkan.
Isis.. tidak malu kah punya tunangan seperti ku?
Bukannya lebih bagus kalau aku mati lebih cepat..?
Rasa takutku pada yang mulia Kaisar dan Isis pun belum sepenuhnya hilang. Walaupun memang sudah jauh lebih baik daripada ketika kami masih kecil sih..
Sebenarnya.. untuk apa eksistensi ku di dunia ini?
Ah.. aku teringat kejadian itu..
Kejadian 4 tahun lalu ketika aku memilih mencoba mengakhiri hidup ku.
- Y/n POV end -
_ Flashback 4 tahun lalu _
Siang di musim dingin itu. Adalah hari pertama seorang gadis bersurai raven mulai berhalusinasi.
Halusinasi yang melibatkan ayah kandungnya. Mantan Duke Achazia.
Halusinasi yang membuat y/n seakan akan melihat sang ayah yang mengarahkan pedang tepat pada leher jenjangnya.
Dan karena itu y/n mengurung diri di dalam kamar nya karena takut bertemu semua orang. Seakan perempuan itu sedang kehilangan kendali atas dirinya sendiri. Dan tidak akan segan segan melukainya orang lain yang berani mendekati nya.
Bahkan ia tidak segan melukai dirinya sendiri.
"Nyonya muda..? Anda mau saya bawakan makanan ke dalam?" Suara hangat Emily terdengar. Namun tetap tidak mendapat balasan apa apa.
Pelayan itu pun berakhir menggeleng kan kepala nya pada laki laki bersurai pirang yang ikut mengkhawatirkan kondisi tunangan nya.
Dan tak lama kemudian..
Prang!!
Suara sesuatu yang pecah membuat baik Elio dan Isis langsung mendobrak pintu kamar y/n tanpa pikir panjang.
Lalu seluruh orang yang berada di tempat kejadian, menemukan y/n dengan luka sayatan pada pergelangan tangan nya dan sedang mengarah kan bilah pedang pada leher nya sendiri.
Tatapan matanya yang kosong dan lelah membuat Elio dan Isis menahan napas. Memutar otak mencari kalimat yang tepat untuk membuat perempuan tersayang mereka melepaskan pedang dalam genggamannya dan mendapat pengobatan untuk luka di pergelangan tangannya.
Tapi karena berlomba oleh waktu dan dalam keadaan panik. Mereka berdua yang tidak berhasil menemukan kalimat itu. Memilih langsung menerjang y/n.
Beruntung nya Isis berhasil mengamankan pedang itu sedangkan Elio bertugas membuat y/n pingsan.
Dan sejak saat itu.
Elio memerintahkan seluruh dayang duchy Achazia untuk menjauh kan y/n dari benda tajam manapun.
_ Flash back end _
"Jendela nya indah ya? Tapi tolong jangan pernah berpikiran untuk melompat dari sana." Suara Elio yang tiba tiba membuat y/n terlonjak.
Kekehan y/n terdengar salah tingkah. Namun gadis bersurai raven itu pun tidak menyadari kalau dirinya menatap kearah jendela.
"Tidurlah. Aku akan menemanimu mu sampai tertidur." Suara Elio kembali terdengar. Membuat y/n mengangguk dan mencari posisi nyaman untuk memejamkan matanya.
.
.
."Akan kulakukan semua yang kubisa untuk menyembuhkan mu dari luka lama itu." Kalimat Elio menjadi kata kata terakhir yang y/n ingat sebelum benar benar memasuki alam mimpi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Skyfall || Isis x Reader [Into the Light Once Again]
Fanfiction[Isis de Elmyr x Reader] Gadis cerdas yang disukai semua orang dan memiliki kepribadian kuat namun sayangnya ia terlahir dengan tubuh yang rentan. Teman masa kecil Isis, dan merupakan putri satu satu nya keluarga Bangsawan Achazia. Perasaan mereka...