03. Gigi (revisi)

139 24 6
                                    

Setelah kembali aku perbaikin ternyata banyak bangettt mess nyaa ehehehe, semoga setelah ini kalian lebih nyaman bacanyaa yaa, love

Don't forget for the stars okay

*****

"Kriinggg!"

Bunyi bel yang ditunggu tunggu akhirnya berbunyi, yaitu bel yang menandakan pelajaran hari ini telah berakhir dan waktunya pulang sekolah.

Murid murid membubarkan diri ada yang langsung pulang, atau bahkan pergi bersama teman teman yang lain untuk sekedar nongki atau kerja kelompok.

Berbeda dengan Javas yang bergegas keluar dari sekolah agar dapat segera memperbaiki giginya yang patah setengah dikarenakan kelakuan cowok brengsek Kevin.

Javas meraih tasnya tanpa menghiraukan keempat temannya yang sedari tadi menunggunya,"Sorry gua gak bisa kumpul hari ini."

Firman yang pertama menyadari tingkah Javas yang terlihat panik karena tidak biasanya temannya seperti itu, "Tumben, mau kemana Lo?."

"Javas mau periksa gigi, gara gara tonjokan Kevin tadi", Balas Angga menggantikan Javas menjawab.

Gio, Firman dan Ajay ber 'o' riya mengangguk paham.

"Sama siapa?."

"Sama Jelita."

Javas berlalu pergi benar benar meninggalkan teman temannya yang kini tengah kaget berat mendengar jawaban dari gitaris mereka tersebut sampai sampai membuat Ajay terduduk.

"Gua gak salah dengar kan? Dia sama cewek?."

Gio mengangguk tak kalah kaget dan menutup mulutnya tak percaya lalu bersuara, "Teman gua ternyata emang bukan gay." Mendengar ucapan Gio yang meracau sontak Angga memukul bahunya dan pukulan itu bisa dibilang cukup kuat hingga membuat Gio tersungkur.

Gio bangkit lagi memperbaiki posisi duduknya dan tertawa sebagai permintaan maafnya.

*****

"Apa gua langsung tinggalin aja ya?."

Disisi lain, Jelita terlihat sangat bingung sekarang. Tas sudah tertempel di punggungnya namun perempuan itu hanya termenung didalam kelasnya mengingat perkataan cowok di UKS tadi yang memintanya untuk menemani.

Karena ini memang yang pertama bagi Jelita harus pergi bersama cowok lain selain kekasihnya, Arsen. Bahkan Jelita tidak berani untuk bilang bahwa saja dia harus menemani cowok lain selain dirinya.

Terlalu lama terdiam dibalut pikiran acaknya di dalam kelas sampai dirinya tak sadar jika pria yang menjadi bahan yang berjalan di otaknya telah menunggunya didepan kelas, bersandar di pintu melihat Jelita berjalan mondar mandir dan terlihat gugup. Entah kenapa di situasi ini Javas tidak memanggil padahal sedari tadi Javas tidak fokus karena satu satunya masalah yang dia alami kini, benar, giginya.

Seakan merasa bukan hanya dirinya lagi yang berada di dalam kelas, "Javas?" Batinnya lalu buru buru membalikkan badan dan benar dugaannya.

Javas tengah memperhatikannnya.

"Lama nunggunya?."

"Gigi gua sampai mau numbuh lagi gara gara nungguin Lo," Balas Javas datar sambil menatap Jelita dalam.

Wajah Jelita berubah kesal mendengar ucapan Javas,"Kenapa gak manggil dari tadi?" Tanya Jelita balik sambil mendengus dan berlalu melewati Javas keluar dari kelas. Javas tidak menjawab dan hanya tersenyum kecil lalu mengikuti Jelita dari belakang.

Eighteen (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang