Sudah sepuluh menit Javas memperhatikan layar ponsel sambil sesekali memijat keningnya karena pusing. Yang pria itu lakukan ialah memandangi room chat milik Jelita. Aksinya untuk mencoba menghubungi Jelita belum selesai. Disela sela istirahat latihan pun, Javas memilih untuk mengotak atik ponselnya dibandingkan ikut bergabung dengan yang lain yang tengah asyik bermain game.
Firman yang baru saja datang dari dapur tidak sengaja melihat nama Jelita tertera di layar ponsel Javas. Firman langsung mengerti permasalahan yang tengah dialami oleh Javas sekarang.
"Telpon aja kali Jav."
Javas kaget dan sontak menyembunyikan ponselnya kedalam kantong, "Nelpon siapa?!" Tanya nya pura pura tidak mengerti.
Firman terkekeh lalu memukul pelan bahu Javas dan berakhir duduk di lantai menghadap Javas.
"Kalian pacaran?."
Bukannya menjawab, Javas mengambil bantal disampingnya dan melemparkannya tepat di wajah Firman karena kesal. Bisa bisa nya dia berpikiran singkat seperti itu.
"Enggak kan? Yaudah telpon aja."
"Berantem sesama teman mah biasa."
"Gua gak berantem sama dia, dia nya aja yang ngehindarin gua." Javas membela diri bahwa bukan dia yang salah.
"Iyaa telpon lah bangsat!."
Karena kesal, Firman merebut ponsel milik Javas dan langsung menekan tombol 'panggil' dan sedetik kemudian langsung terhubung kepada Jelita. Dengan cepat, Firman mengembalikan kembali dan menyuruh Javas untuk tidak mematikan panggilan tersebut.
"Anjing!" Teriak Javas dan hanya dibalas senyuman jahil Firman.
Angga, Ajay, dan Gio bahkan membalikkan badan mereka karena terkejut dengan teriakan Javas.
"Kenapa?" Tanya Angga penasaran.
"Temen Lo perlu belaian Tante girang" Dengan ketus, Javas beranjak dari duduknya dan meninggalkan keempat sahabatnya dan memutuskan ke teras untuk melanjutkan panggilan yang tidak disangka ini. Jujur walaupun ada rasa kesal, namun Javas menunggu perempuan yang entah ada dimana sekarang menjawab telpon nya.
"Pesanan ojek gua udah ditolak 5 kali, gua gak bisa pulang so cepat jemput gua di teras cikapundung. Cuacanya juga mulai mendung keknya mau hujan. Gua lagi di suasana males ujanan."
Javas tidak mengeluarkan suaranya karena tidak mengerti apa yang tengah Jelita bicarakan dibalik panggilan tersebut.
"Mita gua tungguin ya!."
"Mita?."
"Halo, Jel? Lo dimana? Cikapundung?."
Tak lama, panggilan keduanya terputus. Javas semakin dibuat bingung karena niat dia menghubungi Jelita ialah untuk meminta penjelasan dari perang dingin diantara mereka berdua. Bukannya mendapatkan jawaban, perempuan itu justru menganggapnya Mita? Dan meminta untuk menjemputnya?.
Meletakkan ponselnya diatas meja kaca, Javas terdiam dan memutar otaknya.
Apakah dia harus mendatangi Jelita kesana? Tapi perempuan itu menganggapnya Mita, namun Javas sedikit lebih khawatir ketika melihat cuaca yang semakin gelap dan mungkin saja Jelita masih tidak ada jemputan.
Mengambil ponselnya kembali dan masuk ke dalam rumah, Javas berlalu melewati para sahabatnya dan memungut jaket leathernya yang tergeletak di kasur milik Gio.
"Weh Weh kemana?." Tanya Ajay keheranan.
Bukannya menjawab, Javas pergi meninggalkan rumah Gio dengan motor kesayangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eighteen (On Going)
Hayran KurguPerjalanan cinta Jelita yang memasukkannya kedalam situasi dimana harus memilih antara mencintai atau dicintai, "Javas gue tekankan sekali lagi kalau gue milik Arsen! Tahu Batasan Lo, Lo gak harus sejauh ini!." "Lo cinta sama dia? Jawab gue Jel, ja...