17 kiss in the rain

84 16 5
                                    

*narasi panjang tapi harus dibaca

Sebagai murid yang telah duduk di penghujung kelulusan membuat Jelita di geruguti pikiran macam macam, dari ujian, pilihan untuk melanjutkan pendidikan ke bangku kuliah, bahkan memikirkan hubungannya dengan Arsen yang sedang tidak baik baik saja.

Dalam pilihannya untuk kuliah, Jelita telah telak memutuskan akan mengambil jurusan akuntansi entah itu di Unpad atau Ugm.

Jelita mengacak rambutnya frustasi memikirkan jadwal ujian yang sebentar lagi diumumkan jadwalnya lalu merebahkan kepalanya diatas meja.

Tiba tiba perempuan itu teringat kejadian menangis di punggung Javas yang membuatnya beberapa hari ini kembali menghindarinya, karena malu.

Terlalu larut dimakan pikiran, Jelita tidak sadar dengan kehadiran Mita yang tangannya dipenuhi dengan jajanan sampai sahabatnya itu akhirnya menggebrak meja dan membuat suara yang mengagetkan Jelita.

"Apasih Mita! Udah tau temen Lo ini jantungnya gak sekuat Gatot kaca!" Jelita berdecak kesal melihat Mita yang malah tertawa telah membuat keributan.

"Kita pulang awal nih, mau kemana Lo? Ada schedule sama Arsen kah?" Tanya Mita yang tidak tahu masalah yang sedang dialami sahabatnya itu.

Jelita menggelengkan sambil merapikan rambutnya, "Gue mau ke perpustakaan hari ini, perlu asupan di otak" Jawab Jelita dengan menaikkan alisnya. Untuk masalah yang sedang terjadi, Jelita enggan untuk memberitahu Mita dulu karena belajar dari kesalahan sebelumnya, disaat Jelita koar koar seperti wanita paling disakiti di dunia besoknya dia kembali bermesraan dengan kekasihnya itu.

*****

Jelita dan Mita berjalan melalu lorong sekolah dengan santai dikala murid murid yang lain berlarian keluar. Keduanya menikmati langkahnya sembari melihat segerombolan manusia sebaya dibawah sana yang berteriak, saling mengejek bahkan bermesraan.

Mita menyenggol bahu Jelita ketika melihat salah satu pasangan di tengah lapangan yang tengah saling usil, "Seharusnya Lo juga gitu tuh, sama Arsen" Jelita ikut melihat lalu sebuah senyum terangkat di bibirnya dan mengangguk membenarkan ucapan Mita.

Sungguh indah hubungan yang membiarkan dunia tau. Merasa tidak ada cekikan satu sama lain karena keduanya bisa mengekspresikan rasa cintanya tanpa takut dilihat manusia lain, berbanding dengannya dengan Arsen. Setidaknya jika tidak ingin diketahui siapa kekasihnya, Jelita ingin orang orang tau bahwa dia sekarang memiliki seorang kekasih yang telah bersamanya selama tiga tahun. Tapi Arsen tetap tidak menyetujui apa yang diinginkan Jelita.

"Emang dasarnya cinta yang Lo rasa disaat masa SMA itu seharusnya terasa ringan karena bersama di saat keduanya masih merencanakan jalan hidupnya, keduanya gak punya banyak hal untuk di pamerkan sebagai jaminan hubungan, Cinta mereka tulus, Mit" Mita terpaku mendengar ucapan Jelita yang ringkas. Jelita menarik napasnya, "Makanya gak heran hubungan yang dijalani dari SMA bisa lama karena mereka udah membangun cinta dari yang paling polos sehingga mereka mau tumbuh sama sama dan gamau buang buang tenaga buat orang baru."

"Berarti Lo sama Arsen bakal gitu juga?" Tanya Mita sekali lagi. Jelita terkekeh lalu menggelengkan kepalanya, "Kayanya buat gue terkecuali deh" jawabnya tanpa ragu.

Ditengah percakapan Jelita dan Mita, Jelita terkejut ketika didepan sana ada pria yang tempo lalu bajunya dibasahi dengan air mata Jelita. Mengingat sekolah ini tidak sebesar istana presiden, memang kemungkinan kecil Jelita bisa menghindari pria di depannya yang tengah menatapnya sambil tersenyum. Senyumannya kali ini tidak disukai Jelita karena terlihat sekali mengejeknya.

Jelita langsung banting badan berbalik dan menarik Mita mengikuti gerakannya tanpa tau keadaan. Raut wajah sahabatnya itu bingung dan sesekali menengok kebelakang kearah Javas.

Eighteen (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang