07. No feelings

97 18 6
                                    

"Mungkin aku terlalu denial untuk mengakuinya".

*****

"Arsen? ngapain jam segini kerumah?."

Jelita terdiam di ruang tamunya setelah melihat kekasihnya tersebut ternyata menunggunya sedari tadi di larut malam ini.

Arsen berdiri menarik Jelita untuk duduk disampingnya, "Kangen sama pacar sendiri ga boleh?" Arsen menunjukkan sebuah kantongan yang isinya pisang wijen kesukaan Jelita.

"Tapi udah jam segini kan bisa ketemu besok?," Balas Jelita kemudian setelah mengambil pisang wijen kesukannnya.

Bibir cowok berpakaian Hoodie itu cemberut setelah mendengar kalimat yang keluar dari mulut perempuannya.

"Kamu tadi gabisa diajak ketemuan" perjelas Jelita.

"Maafin aku yang selalu batalin janji kita, aku janji urusan pensi ini yang terakhir karena habis itu jabatan aku benar benar aku lepas" Arsen mengangkat tangannya untuk membuktikan kepada Jelita bahwa dia sungguh sungguh.

"Jangan kebanyakan janji deh" Jelita tertawa sambil mendorong kecil bahu Arsen. Dia sudah terlalu sering me wajari ketidak penuhan janji seorang Arsen.

"Iya nanti kita bisa reschedule" Sambung perempuan itu kembali.

"Nanti katanya mau ke bendungan kan?."

Jelita mengangguk dengan senyum manisnya. Arsen selalu suka dengan senyum itu, senyum yang masih sama dengan 2 tahun yang lalu.

"Ada cerita apa hari ini?."

Jelita memperbaiki duduknya. Ini saat yang ditunggu-tunggu dimana Arsen yang selalu siap mendengarkan cerita Jelita yang penuh dengan kejutan.

"Nanti kemalaman kalau kamu dengerin aku cerita" Balas Jelita khawatir.

"Aku masih ada waktu setengah jam buat dengerin pacar aku cerita" jawab Arsen sambil mencolek lembut hidung Jelita.

Setengah jam berlalu sampai Jelita berada di ujung cerita.

"Jadi hari ini kamu ke pasar malam?" Tanya Arsen. Jelita mengangguk enteng, "Sama siapa?."

Lidah Jelita kaku saat ingin menyebutkan nama "Javasgar" kepada Arsen. Entah apa yang dia takutkan, padahal Arsen sendiri sering menyebutkan nama teman ceweknya tanpa ragu.

"Ada lah teman aku, dia baik" hanya itu yang dapat Jelita katakan.

Javas mengangguk paham.

"Yaudah udah selesai Kan ceritanya?aku pulang Yaa nanti pacar aku tidurnya makin larut" Javas mencubit gemas Jelita saat ingin berpamitan. Jelita hanya merasakan sentuhan pria itu dengan tenang seperti sudah kebiasaan.

Tak lama Arsen berjalan keluar rumah Jelita dan pergi.

Jelita menghembuskan nafasnya berat.

Sebenarnya rencananya hari ini adalah merajuk ketika bertemu Arsen. Namun pertahanan nya roboh saat melihat pria itu sudah berdiri dihadapannya seperti tadi.

"Dasar cewek lemah" Gerutu Jelita sendiri lalu menuju ke kamar miliknya untuk istirahat.

Setelah membersihkan diri Jelita merebahkan badannya yang hampir tumbang ke kasur empuk berwarna abu abu kesayangannya. Diambilnya Hp yang sedari tadi tidak dia mainkan akibat kedatangan Arsen.

Eighteen (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang