*****
Air hujan yang dikiranya akan mereda nyatanya semakin membasahi jalan ikut mengantarkan Jelita pulang kerumahnya agar memecah keheningan diantara keduanya yang selama perjalanan hanya berdiam dengan pikiran mereka masing masing.
Javas terlihat enggan membuka pembicaraan dan itu sangat dimaklumi Jelita karena situasi ini dia lah yang merasa bersalah. Binar perempuan itu terus menatap kearah depan sampai akhirnya mobil hitam milik Javas berhenti tepat didepan rumahnya.
Jelita termenung sebelum membuka pintu mobil. Beberapa kalimat yang tidak dapat diucapkannya ketika Jelita melihat wajah Javas yang datar dan memucat karena terlalu lama terkena dinginnya air hujan, "Habis ini langsung mandi air hangat terus minum tolak angin" Javas menoleh kearah rumah Jelita dan melihat sebuah mobil yang bisa ketahui siapa pemiliknya.
Jelita mengangguk, "Lo juga, langsung istirahat aja. Soal tadi Jav-"
"Gue gak marah." Javas langsung memotong ucapan perempuan disampingnya. Jelita tersenyum tidak nyaman. Jelita buru buru membuka pintu mobil dan sebelum itu dia mendengar Javas bergumam,
"Gimana caranya gue bisa marah sama Lo?"
Terdiam sebentar, Jelita akhirnya keluar dengan perasaan yang sangat bersalah. Melihat bagaimana tadi raut wajah Javas yang seketika berubah.
Mobil hitam itu melajukan jalannya meninggalkan Jelita didepan rumahnya tanpa pamit. Jelita berbalik dan langsung menghela nafasnya ketika melihat mobil milik Arsen terpakir di halaman rumahnya.
Bukan masalah dirinya yang masih tidak mau bertemu kekasihnya, beberapa hari ini cukup menyiksa bagi Jelita karena tidak dapat menyentuh Arsen, tapi keadaan yang terjadi diantara dia dan Javas membuat Jelita semakin dibalut perasaan bersalah.
Memasuki rumah dengan langkah lunglai dan keadaan tubuh yang basah kuyup, Jelita membuat Ayah yang membuka pintu rumah kaget melihat anaknya berantakan.
"Sayang bukannya tadi ke perpustakaan, kok malah basah basahan?" Tanya ayah khawatir yang tidak mengetahui kejadian sebenarnya. Jelita tersenyum sambil menyipitkan matanya lalu memeluk ayah, "Gak bisa liat hujan aku yah, ayah dingiin mau langsung mandi terus bobo" Ucap Jelita sengaja. Sengaja untuk tidak bertemu dengan Arsen hari ini.
"Pacar kamu tuh dari tadi nungguin, kasihan" Jawab Ayah sambil melepaskan pelukan anak tunggalnya itu, "Lagian ngapain meluk Ayah, kamu basah gini."
Jelita memanyunkan bibirnya, dia benar benar tidak punya tenaga untuk menemui Arsen namun bagaimanapun juga tetap harus. Akhirnya Jelita berjalan kedalam ruang keluarga dimana tempat Arsen menunggunya sedari tadi.
Arsen berdiri dan melemparkan senyuman terbaiknya kepada Jelita, lalu sedetik kemudian berubah menjadi raut wajah khawatir ketika melihat kekasihnya yang basah kuyup.
Arsen langsung menghampiri Jelita dan memegang kedua tangannya dan mengusapnya,
"Jelita, kan kamu gak bisa hujan hujan, nanti sakit lagi!" Jelita tertawa sejenak mendengar kalimat kekhawatiran lelaki di depannya, "Arsen aku gak selemah itu ya, tau kamu jalan sama cewek lain dibelakang aku aja kuat, apalagi cuman hujan kek gini" Jelita tersenyum hambar dan melepaskan pegangan Arsen.
Mencoba untuk meninggalkan pria itu namun tak berhasil karena Arsen terlebih dulu menahannya, "Jel kita gak pernah berantem selama ini, aku gak bisa di diemin kamu kek gini terus."
Jelita menghindari tatapan Arsen yang selalu berhasil membuatnya luluh. Kali ini dia memutuskan untuk tidak goyah memaafkan kesalahan Arsen yang selalu diulang ulangnya, karena kali ini jika dia kembali memaafkan itu, kekasihnya juga akan kembali mengulangi kesalahan yang sama.

KAMU SEDANG MEMBACA
Eighteen (On Going)
FanfictionPerjalanan cinta Jelita yang memasukkannya kedalam situasi dimana harus memilih antara mencintai atau dicintai, "Javas gue tekankan sekali lagi kalau gue milik Arsen! Tahu Batasan Lo, Lo gak harus sejauh ini!." "Lo cinta sama dia? Jawab gue Jel, ja...