21. Mulai jahil

54 10 6
                                    

Heyy sebelum baca, jangan lupa Star nya yaa love(⁠ ⁠˘⁠ ⁠³⁠˘⁠)⁠♥

*****

Angga memarkirkan sepeda motornya di bagian yang kosong. Dikarenakan hari ini jadwal Angga untuk piket kelas, mau tak mau dia datang lebih awal. Ingat bukan karena pria ini rajin, hanya saja Angga sudah di ancam sekretaris kelas namanya akan di serahkan ke wali kelas sebab terlalu banyak dia melewati piketnya. Itulah kenapa dia datang sepagi ini.

Berjalan dengan santai karena hanya beberapa murid yang datang, bisa dipastikan mereka yang datang jika bukan murid yang pintar, adalah murid yang memiliki jadwal piket sama spertinya.

Senyuman Angga tiba tiba terukir kala melihat seorang berjalan didepannya dengan sama malasnya seperti nya. Buru buru Angga melajukan langkah kakinya dan mencolek bahu orang itu sambil menyapa, "Hai Mit."

Ternyata yang disapa Angga adalah Mita, sahabatnya Jelita, sekaligus perempuan yang dia bantu saat kejadian di Mall.

Mendengar sapaan Angga sontak Mita menoleh,"Angga? Hai" Mita melihat sebentar lalu terheran, "Lo kesambet setan mana bisa datang sepagi ini?" Pertanyaannya seakan tidak percaya dengan kehadiran Angga membuat Angga menatap sinis.

"Mita, diantara sahabat gue yang lain, gue ini termasuk yang paling rajin" Jawab Angga dramatis sambil membuka kedua tangannya.

Mita berdecak melempar pandanganya, "Firman? javas?" Angga memanyunkan bibirnya sambil mencoba menyamakan langkah Mita yang lebih kecil darinya, "Mereka berdua dulu baru gue deh, at least gue diatas Ajay sama Gio, kan?"

Siapa yang tidak tahu Ajay? Bahkan jika dibandingkan dengan tukang galon yang terkadang datang ke sekolah untuk mengantarkan galon saja Ajay lebih telat. Mita tertawa mendengar celotehan Angga, sedikit membangun mood nya pagi ini.

Entah sejak kapan semenjak sahabatnya, Jelita memiliki ikatan pertemanan dengan Javas ataupun dengan sahabat sahabat Javas, membuat Mita secara tak sadar ikut terseret.

Keduanya berjalan beriringan tanpa ada lagi percakapan sampai Angga kembal memulai, "Lo gak make up ya Mit?" Mita menoleh ke sumber suara lalu mengangguk, Mungkin maksud pria disampingnya ialah dandanan Mita terlihat lebih simpel dari biasanya yang masih sempat berurusan dengan bulu mata dan lipstik yang lebih terlihat. Hari ini penampilan Mita mentok bedak dan lipbalm agar tidak terlihat pucat.

"Gak sempet karena baru ingat hari ini piket, tapi emang keliatan jelek atau pucet ya?" Mita memajukan wajahnya memperlihatkan penampilannya kepada Angga disampingnya membuat Angga sedikit tertawa.

"You look cute I guess? Kek anak kecil habis dimandiin bundanya terus langsung berangkat sekolah, seger aja liatnya," Bukan Mita jika tidak bergidik mendengar pernyataan Angga yang lebih menjoros ke sebuah gombalan.

"Sialan" Mita mendorong Angga yang badannya bak gapura kabupaten itu dan Angga akhirnya melepaskan tawanya. Sama seperti Javas senang mengganggu Jelita, ternyata mengganggu Mita tak kalah senangnya untuk Angga.

"Tapi Mita gini..." Mita menunggu kelanjutan perkataan Angga sambil sesekali menunduk menyapa tukang sapu sekolah atau guru yang datang lebih pagi, "Lo free gak lusa?"

"Gue selalu free kalau sama Jelita" Mita tersenyum tajam seolah pernah ada kejadian selain di mall tentang keduanya membuat Mita seperti menjaga jawabannya.

"Iya sama Jelita, free gak?" Tanya Angga pasrah, Mita mengangguk sambil terus berjalan menaiki anak tangga.

"Datang ya ke one caffe? Gue bareng restu Ibu bakal tampil lagi."

"Finally? Udah gak rehat lagi" Angga meringis lalu memandang ke langit langit lorong, "Javas nya udah bisa fokus katanya so that it kita bakal manggung lagi."

Eighteen (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang