20. Yes, I'm fallin love

42 10 3
                                    

"Beneran nih gue gak kenapa Napa kan?" Ini sudah kesekian kalinya Jelita bertanya tentang kondisinya seperti kaset kusut yang berulang ulang membuat Mita menimpali kepalanya dengan tangannya sendiri karena lelah menjawab dengan jawaban yang sama, "Mau Lo ulang pertanyaan Lo sampai ekor beruang panjang jawabannya tetap sama Jelita, Lo bakal baik baik aja" Jelita mengangguk yakin dan mencoba menenangkan dirinya sendiri.

Tak lama pintu UKS kembali terbuka dengan Javas yang masuk membawa Ajay dan Gio. Gio terlihat membawa paper bag yang berisi seragam Jelita dan Javas yang dipenuhi Tas ditambah Jaket ditangan kanan dan kirinya. Ajay tentu tangan kosong dan hanya membawa kalimat untuk diucapkannya kepada Jelita.

"Jel, Gimana? Kata Javas Lo masih agak pusing."

"Iya tapi udah mendingan, syukur gue masih ingat sama Lo."

Gio menaruh paper bag disamping Jelita, "Gausah malu Jel, walaupun gue liat Lo gue ikut prihatin kok dan khawatir" Jelita berdecak, ucapan Gio malah membuat nya merasa dipermalukan dan menatap tajam ke arah Gio, "Seenggaknya gue malu karena ulah orang, Lo kecebur di kali depan sekolah ulah siapa? Ulah Lo sendiri kan?"

Semua orang didalam ruangan akhirnya tertawa melihat tingkah Gio termasuk Javas. Jelita yang ikut tertawa mengedarkan pandangannya menuju Javas dan Javas memberi isyarat jika sudah saatnya pulang dengan alisnya yang dinaikkan.

"Pulang sekarang ya? Biar Lo bisa cepet istirahat di rumah" Jelita berdiri dibantu Mita sembari merapikan pakaian Olahraga yang berantakan.

"Lo bisa gak? Atau gue panggilan taksi?" Tanya Mita yang terlihat ragu setelah membantu Jelita yang badannya ternyata lebih lemah dibandingkan yang dia kira.

"Javas bawa mobil kok" Potong Ajay sambil menunjuk dengan matanya ke jendela yang dibawahnya ada Angga bersama Firman dengan sebuah mobil BMW hitam milik Javas.

"Wow Lo semua kompak banget" Sahut Mita takjub mengingat sebenarnya murid tidak diizinkan membawa mobil ke sekolah.

"Gak segampang itu tapi ini si Jav-" Belum sempat menyelesaikan ucapannya, Ajay telah mendorong bahu Gio agar menahan mulutnya. Buru buru Javas memasangkan jaket warna soft pink ke tubuh Jelita dan semuanya keluar dari UKS untuk mengantarkan Jelita ke parkiran sekolah.

*****

Selama kurang lebih tiga jam Javas duduk berdiam di lobi rumah sakit menunggu selesainya proses pemeriksaan Jelita sambil memainkan ponsel dan sesekali menjenguk apakah perempuan yang ditunggu telah keluar atau belum.

Sampai pada pukul tiga lewat tiga puluh menit langkah kaki yang familiar bagi Javas menghampirinya dengan ekspresi persis sebelum dia memasuki ruangan dokter.

"Gimana? Aman kan?" Javas berdiri dan mendekat ke arah Jelita. Jujur sampai saat ini pun Javas masih khawatir dengan perempuan didepannya yang malah terlihat baik baik saja.

Jelita mengangguk tersenyum lalu memasukkan kedua tangannya kedalam saku jaketnya, "Gue itu emang di takdirin menjadi perempuan yang tidak lemah Javas, kek gini gak bakalan kenapa napa" Jelita memamerkan wajah tengilnya yang disambut dengan dengusan Javas kesal namun dibalik itu semua ada rasa lega di benaknya mengetahui Jelita tidak terluka lebih serius.

"Kalau gitu ayo pulang?."

"Ayo."

*****

Sesuai permintaan Jelita, Javas mengantarkannya pulang walaupun dalam perjalanan perempuan disampingnya malah terlihat sehat bugar seperti tidak terjadi sesuatu beberapa jam yang lalu. Badannya yang semula yang pucat kini kembali berseri, mungkin mengetahui hasil pemeriksaan dokter tidak terjadi hal yang buruk untuk Jelita.

Eighteen (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang