Happy reading
.
.
.Saat ini para murid dan juga guru sedang menjalankan kegiatan wajib di hari Senin, upacara. Tak terkecuali Calista. Ia sedang menggerutu kesal karena suasana yang panas dan ceramah kepala sekolah yang belum selesai sedari tadi.
Meskipun dirinya sudah biasa berdiri berjam-jam saat menjadi Zia, tetap saja Calista merasa kesal karena suasana yang semakin gerah.
"Kay, masih lama nggak?" Tanya Calista ke Kayla yang berada disampingnya.
Kayla menatap Calista sekilas, kemudian kembali ke fokus sebelumnya, "Lo nggak liat Cal tuh pak kepsek masih semangat ceramah, jelas masih lama dong." Jawab Kayla tanpa memandang Calista.
Seutas ide muncul di kepala Calista, "Pura-pura pingsan yok." Ajaknya.
"Lo aja Sono. Gue mah masih betah disini. Badai aja rela gue terjang buat liat wajah kasep ketos PHS." Kayla berucap dengan pandangan yang masih menatap punggung kokoh pemimpin upacara.
Calista mengalihkan pandangannya ke arah pemimpin upacara. Ia mengernyit bingung karena tak dapat melihat wajah sang ketos yang berdiri tegap menghadap tiang bendera.
"Memangnya kau tau wajahnya?" Tanya Calista.
"Meskipun gue nggak liat. Tapi aura coganya kerasa tau Cal." Ujar Kayla serius tanpa mengalihkan pandangannya dari ketos.
Calista diam. Dia menghiraukan ucapan Kayla dan memilih fokus memandang awan yang bergerak. Gabut memang.
30 menit berlalu, akhirnya upacara selesai dan barisan dibubarkan. Dengan semangat Calista menarik tangan Kayla menuju kantin. Namun perjalanannya terganggu karena ada yang menghadang jalan mereka.
Oh Gosh apalagi ini!?
Wajah yang tadinya berbinar berubah menjadi datar saat melihat orang yang menghadang.
Dengan malas Calista merespon mereka. "Why?" Ujar Calista.
"Ikut gue." Perintah Rafa menatap datar Calista.
Jika itu Calista asli pasti akan ketakutan dan menuruti ucapan Rafa karena melihat tatapan tajam yang dilayangkan Rafa. Tapi ini Calista berjiwa penyihir pemberani, bahkan ia tak pernah takut saat melihat tatapan raja terkuat sekalipun.
Alisnya merengut tak suka, "Kenapa aku harus mengikutimu?" Ucap Calista heran.
"Lo pilih cara halus atau kasar." Ujar Rafa datar menghiraukan pertanyaan Calista.
Calista diam. Ia tak berminat menjawab ucapan Rafa. Cukup diam, bertindak jika diperlukan pikirnya.
Melihat Calista yang diam membuat Rafa geram. Selama ini tidak ada seorang gadis yang berani mengabaikannya justru mereka berlomba-lomba mencari perhatiannya, tapi ini, mantan pacarnya, orang yang pernah ia beri 'sedikit' kasih sayang justru berani mengabaikannya.
Dengan kesal Rafa menarik tangan Calista tapi sebelum yang Rafa menyentuh tangan Calista, Calista menyembunyikan tangannya dari Rafa.
Aura gelap mulai menyelimuti Calista, "Jangan pernah berani menyentuhku Rafa." Peringat Calista menatap Rafa tajam.
Calista sangat membenci orang yang menyentuhnya tanpa izin, apalagi jika itu orang asing. Rasanya seperti ada kuman yang menempel pada tubuhnya, dan itu terasa tidak nyaman, pikir Calista dalam benaknya.
Tanpa memedulikan aura menyeramkan, "Ikut gue." Ucap Rafa dengan nada semakin datar.
"Kau tak berhak mengaturku." Sungut Calista tajam.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRANSFER OF SOUL
Fantasy[ON GOING] Entah keberuntungan atau malapetaka. Kenzia Queenby Emerald, penyihir tingkat tinggi dari dunia magic bertransmigrasi ke dalam tubuh bernama Calista Kaylovi Pratama yang merupakan anak perempuan terabaikan dari keluarga Pratama di dunia m...