Chapter 3

3.2K 247 1
                                    

221022bta

Happy Reading 💗
.
.
.
.
.

  
   Xazh menghela nafas lega tapi suara dari orang disampingnya mengganggu nya.

   "Siapa kamu?" Ucap seseorang anak lelaki yang ikut bersembunyi di sebelahnya.

   Mendengar itu Xazh langsung membekap paksa mulut si anak laki-laki tersebut. Ia tak ingin mengambil resiko ketahuan hanya karena bocah disampingnya. Bocah itu sempat memberontak tetapi Xazh memelototi nya agar segera diam. Dirasa bocah tersebut tak akan bersuara lagi, Xazh melepaskan bekapan tangan nya.

   Terlihat jelas bocah lelaki itu memiliki banyak pertanyaan yang ingin di tanyakan kepada Xazh namun tak berani melihat Xazh yang memelototi nya lagi dan lagipula dia juga bersembunyi di dalam kereta itu, jika ia membuat suara berlebihan pasti akan ketahuan oleh penjaga diluar sana.

   Terjadi keheningan yang canggung di antara mereka, lebih tepatnya hanya lelaki itu yang merasa canggung sedangkan Xazh tengah asik menajamkan pendengaran nya untuk mendengarkan pergerakan di luar.

   Tak beberapa lama suara-suara diluar sudah kembali tenang. Dari apa yang didengar Xazh dua orang yang terkena gigitan ular tersebut menebas satu orang warga dan membuat tujuh orang mengalami luka yang cukup parah. Mereka juga mendatangkan tabib setempat untuk memeriksa dua orang yang menggila tersebut. Tabib hanya menemukan racun ular yang menyebar di seluruh tubuh kedua orang tersebut namun tabib tersebut tidak mengetahui apa penyebab mereka menggila. Namun ular dan dua orang yang menggila tersebut mengalami gagal fungsi organ.

   Ya tentu saja tidak dapat ditemukan. Karena racun yang terkandung dalam darah Xazh akan menghilang setelah tiga menit racun itu beraksi.

   Panas, pengap dan sesak. Itulah yang dirasakan Xazh didalam kereta yang penuh barang tersebut. Ntah sudah berapa lama waktu berlalu namun kereta tersebut belum menunjukkan tanda-tanda akan berjalan. Dua jam mungkin sudah berlalu, tepat saat perut Xazh berbunyi karena kelaparan, kereta yang ia tumpangi akhirnya bergerak.

   Xazh melirik kearah bocah lelaki yang sudah tertidur nyenyak walau dengan posisi duduk dengan kepala yang berada di lutut nya.

   "Dasar bocah!!" Gumam Xazh sambil memutar matanya kesal.

   Karena gelap Xazh tidak terlalu melihat jelas penampilan bocah di sampingnya itu, namun melihat dari besar tubuhnya mungkin ia anak yang seumuran dengan Belleza. Xazh tidak terlalu memikirkan nya, lagipula apa pedulinya, mereka hanya kebetulan bertemu dan bersembunyi di tempat yang sama.

   "TUAN MUDA PERTAMA DARI KEDIAMAN DUKE REVERDIRE KEMBALI DARI PERJALANAN!" Teriak seorang prajurit yang berada di baris depan.

   Teriakan itu mengalihkan perhatian Xazh, ia menajamkan pendengaran nya untuk mendengarkan percakapan didepan sana.

   "SALAM KEPADA TUAN MUDA KEANE REVERDIRE" Ucap seluruh prajurit penjaga gerbang itu dengan serentak.

   Yah, sepertinya Xazh tidak perlu menajamkan pendengaran nya karena teriakan mereka bahkan terdengar jelas dari tempatnya.

   "BUKA PINTU GERBANGNYA!" Teriak seorang prajurit lagi memberitahukan kepada rekannya yang berada diatas pos jaga yang berada di atas tembok pembatas.

   Tak lama terdengar derit engsel besi yang memekakkan telinga, kereta kembali berjalan setelah suara tersebut. Tidak ada pemeriksaan seperti dugaan Xazh.

   "SALAM KEPADA TUAN MUDA KEANE REVERDIRE, SEMOGA SELAMAT SAMPAI TUJUAN" Ujar para prajurit yang teriakan nya sudah tertinggal dibelakang dan derit engsel besi yang bergesekan pun kembali terdengar pertanda gerbang kembali ditutup.

Xazh Amorrete Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang