Chapter 26

2.5K 175 93
                                        

Saya ingatkan, agar tidak lupa dan banyak alasan, harap menekan bintang di sudut kiri anda dan tinggalkan komentar!!!

Dan ingatkan jika ada typo dan kesalahan penulisan lainnya!!

Arigato!

Happy Reading 💗
.
.
.
.
.

   Di perbatasan Gunung Nyca,  wilayah bagian perburuan resmi kota Teia.

   Seorang remaja laki-laki yang seluruh tubuhnya di tutupi oleh lumpur dan darah yang mengering berdiri diam seraya menatap ke kerumunan orang-orang yang juga tengah menatapnya.

   Penampilan nya berantakan dan kotor dengan baju sobek di banyak tempat, tentunya tubuhnya pun tak luput dari luka goresan dan lebam yang hampir ada di tiap bagian tubuh pemuda tersebut.

   Remaja laki-laki tersebut keluar dari hutan Nyca dengan penampilan yang mengerikan serta membawa belati di pinggang celananya, satu set panah di punggung dan satu tas besar dari kain kasar yang ia jinjing dengan tangan kirinya.

   Seorang pemuda yang terlihat berumur awal tiga puluhan berjalan mendekati remaja laki-laki tersebut, "Kau baik-baik saja nak?" Tanya pemuda tersebut seraya memperhatikan remaja laki-laki tersebut.

   "Tidak jauh dari sini ada danau kecil, lebih baik kau bersihkan dulu tubuh mu." Ujar pemuda itu lagi seraya menunjuk ke kiri nya tempat danau tersebut berada.

   "Ya, terimakasih Paman." Ujar remaja laki-laki tersebut seraya berjalan kearah yang ditunjuk oleh pemuda tersebut.

   "Sepertinya rumor itu benar, Gunung Nyca semakin berbahaya. Umur remaja itu tak akan lebih dari 15 th yang artinya ia hanya bisa pergi ke tingkat dua gunung Nyca. Ia kembali seorang diri, tim nya sudah dipastikan gugur." Ujar pemuda itu berbicara dengan teman sebelahnya seraya menatap punggung remaja laki-laki yang kian menjauh itu dengan prihatin.

   "Ya, sayang sekali." Timpal lawan bicara pemuda tersebut.

   "Lalu bagaimana?, Apakah kita akan tetap pergi ?" Tanya pemuda lainnya.

   Disana ada tujuh pemuda yang merupakan satu tim yang berencana untuk memasuki gunung Nyca untuk berburu.

   "Tim minimal untuk memasuki tingkat tiga membutuhkan tujuh orang, tapi belakangan ini gunung Nyca menjadi lebih berbahaya, lebih baik menambah tiga orang anggota lagi." Usul pemuda lainnya.

   "Ya, ku pikir juga begitu." Timpal yang lainnya menyetujui usulan temannya.

   "Baiklah, kalau begitu kita akan kembali ke guild untuk mencari anggota tambahan." Ujar pemuda yang tadinya berbicara dengan remaja laki-laki tersebut. "Lagipula keselamatan lebih penting daripada apapun." Lanjut pemuda itu lagi.

   "Ekhm, Paman!."

   Sekelompok tujuh orang itu kemudian berbalik hendak pergi namun suara sahutan seseorang kembali membuat mereka berbalik melihat orang yang memanggil nya.

   Seorang remaja laki-laki berparas tampan berdiri dengan bertelanjang dada sembari membawa kantung tas besar yang isi dalam nya terus bergerak-gerak. Rambut perak remaja tersebut masih basah begitupun dengan tubuhnya yang masih meneteskan butir-butir air, kulitnya putih bersih namun memiliki banyak luka dan juga lebam.

   Sepasang mata berwarna ungu terlihat sangat memikat dengan wajahnya yang sangat tampan. Walau ia masih remaja namun kharisma yang ia pancarkan mampu membuat orang-orang yang melihatnya tak mampu melepaskan pandangan dari remaja tersebut.

   Jika Xazh melihat remaja tersebut, tentu saja ia akan dapat mengenali remaja laki-laki tersebut dengan sekali lihat.

   Remaja laki-laki yang terus berteriak-teriak, membuntutinya dan memanggilnya adik perempuan, siapa lagi jika bukan Melville Estermont, remaja laki-laki yang ia temui di desa Moon.

Xazh Amorrete Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang