Chapter 14

2K 190 8
                                        

Yokoso!! Silahkan vote dan tinggalkan komentar, terimakasih.

211122bta

Happy Reading 💗
.
.
.
.
.

   Xazh membasuh tubuhnya yang penuh darah dan kotor, kolam kecil tempat nya mandi berada dalam gua yang termasuk wilayah tingkat dua gunung Nyca. Melville yang membawanya ke gua tersebut atas permintaan Xazh tentunya.
  
   Usai bertemu Xazh dan Nathan di tepi tebing, Melville kemudian mengusir Nathan pergi dan memberikan sepasang baju yang terdiri dari kemeja putih lengan panjang dan juga celana pendek untuk berburu. Xazh tentu saja menerima nya karena baju yang ia gunakan sudah tidak layak pakai.

   Kolam tersebut tidak terlalu dalam dan juga airnya pun juga tidak mengalir, Xazh menenggelamkan kepalanya kedalam air kolam yang jernih, mencuci helai rambut hitamnya hingga bersih kemudian keluar dari kolam saat tubuhnya sudah bersih dan segar.

   Xazh menggunakan baju yang diberikan Melville, Xazh menggulung lengan kemeja yang kepanjangan, celana nya pun juga kebesaran tetapi tak menjadi masalah karena Melville juga memberikan nya ikat pinggang.

   Xazh juga membasuh gaun dan jubah nya yang terkena darah di kolam hingga bersih, lalu membuangnya ke sudut gua.

   Usai membuang pakaian tersebut, Xazh berjalan keluar gua dan menemukan Melville yang sedang memanggang ikan tak jauh dari pintu masuk gua.

   "Mana yang ku minta?." Tanya Xazh seraya menatap Melville yang sedang duduk di tepi api unggun sambil memegang dua tusuk ikan.

   Melville menoleh kearah Xazh dan langsung bangkit menghadap kearah Xazh dengan senyum lebarnya, "Adik perempuan sudah selesai?." Ujarnya yang tentunya tidak jawab oleh Xazh.

   "Eeh, luka adik perempuan sudah sembuh?." Ujar Melville terkejut seraya melihat leher Xazh yang tidak ada bekas luka sama sekali.

   "Hmm"

   "Syukurlah, adik perempuan tidak kesakitan lagi." Ujarnya seraya tersenyum lega.

   Sebelumnya Melville memang tidak menyadari nya karena Xazh menutup nya menggunakan jubahnya.

   Xazh menatap Melville dengan tatapan rumit, pria itu terkejut tetapi tidak bertanya seperti Nathan. Melville bahkan bersyukur untuk nya, remaja itu bahkan perhatian padanya tanpa diminta. Membuat kan sendal saat tau Xazh tidak memakai alas kaki, bahkan ia rela terluka hanya untuk mencarikan jamur ranjang karena tau Xazh tidak suka tidur di tempat tidur orang lain.

   Dan remaja itu bahkan berlarian kearah nya dengan tubuh yang terluka hanya untuk memberikan sepasang baju ganti. Detail-detail kecil yang tak akan disadari oleh orang lain namun ia menyadarinya lebih awal.

   Saat semua orang hanya memikirkan tentang luka yang dialami nya namun Melville bahkan juga memperhatikan detail kecil seperti bajunya yang sobek dan tak layak pakai. Melville bersimpati dan peduli tetapi ia tidak mengandalkan kata-kata, ia melakukan nya dengan tindakan.

   Ia mengerti semua tentang Xazh tanpa harus Xazh bercerita. Bukankah Xazh dulunya mengharapkan orang-orang seperti Melville?, Tetapi sekarang kenapa saat orang seperti itu ada didekatnya Xazh malah kesal dan benci padanya?.

   "Kau tidak pernasaran?." Tanya Xazh seraya menatap Melville.

   Melville mengangguk, "Tentu saja pernasaran." Ujarnya seraya tetap tersenyum, "Tetapi bukankah itu bagus jika luka adik perempuan sembuh dengan cepat, jika adik perempuan ingin menceritakan nya tentu kakak laki-laki akan mendengarkan nya dengan senang hati." Lanjutnya lagi.

   "Tidak." Jawab Xazh, "Mana yang ku minta tadi?." Tanya Xazh lagi.

   "Oh, ini." Melville menyodorkan sebuah toples dari kayu. Xazh mengambilnya lalu mengecek isinya, setelah itu langsung berbalik tanpa mengatakan apapun kepada Melville.

Xazh Amorrete Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang