Chapter 13

1.7K 169 5
                                    

Silahkan vote dan komentar, jangan jadi pembaca gelap doang!. Terimakasih.

181122bta

Happy Reading 💗
.
.
.
.
.

   Xazh melepas lilitan jubah di lehernya, ia berjongkok seraya memperhatikan pantulan bayangan nya di air sungai. Penampilan nya saat ini sangat mengerikan, daging-daging di sekitar tulang belikat nya hancur, beberapa tulang terlihat mencuat diantara daging yang hancur menandakan tulang-belulang tersebut juga ikut remuk terkena gigitan macan tersebut.

   Xazh sama sekali tak meringis bahkan tidak mengerutkan kening sedikit pun dengan luka besar yang ia dapatkan. Ya, itu belum seberapa. Belum seberapa dibandingkan dengan rasa sakit yang ia rasakan di kehidupan nya dulu. Ia dibesarkan oleh rasa sakit hingga ia terbiasa dan mati rasa.

   Xazh menghela nafas pelan, ia beruntung gigitan tersebut tak mengenai urat nadi ataupun organ vital nya. Ya, hanya dagingnya yang hancur, saraf-saraf kecil, dan juga tulang belikat yang remuk. Di dada atasnya pun juga terdapat lubang bekas cakaran macan tutul tersebut yang menembus kedalam dagingnya. Darah nya terus mengalir dengan deras namun Xazh terus menghapus darahnya itu menggunakan jubahnya, ia tak membiarkan setetes darah pun jatuh ke tanah apalagi jatuh ke dalam air sungai.

   Ia tak boleh membuat keributan lainnya di kerajaan Leorxa ini atau orang-orang akan curiga padanya. "Kerajaan Delzea mungkin telah heboh karena darah yang aku jatuhkan di sungai itu, aku harus menghapus jejak ku, orang-orang tak boleh tau bahwa aku yang menyebabkan keributan itu. Setidaknya sebelum aku memiliki kekuatan yang absolut hingga mereka bukan menjadi lawan ku lagi." Gumam Xazh seraya bangkit dan berjalan menuju tangga di samping air terjun.

   "Hanya yang kuat yang bisa hidup bebas." Gumam Xazh lagi memantapkan tekadnya untuk menjadi lebih kuat lagi.

   Kejadian barusan memberi pukulan yang sangat kuat, dunia tempatnya sekarang tidak sama dengan dunia nya dulu. Di dunia nya dulu hewan bahkan tak akan menjadi lawannya tetapi didunia yang sekarang bahkan hewan kecil pun memiliki sihir hingga meningkatkan kesulitan untuk melawan mereka. Untuk membunuh macan tutul itu saja ia harus mengaktifkan kekuatan maksimalnya dan akhirnya masih terluka, bagaimana jika manusia yang memiliki sihir yang menjadi lawannya. Xazh tak memiliki kepercayaan diri bahwa dirinya bisa bertarung.

   "Aku harus menguasai sihir." Tekat Xazh seraya mengepalkan kedua tangannya dengan mata yang berkilat tajam dan menentukan.

   Xazh terus berjalan hingga tiba di ujung tebing, ia suka ketinggian jadi tebing tersebut merupakan tempat yang cocok untuk nya. Xazh duduk di tepi tebing dengan bersila seraya menutup kedua matanya, berkonsentrasi untuk mengendalikan mana di tubuhnya agar segera meregenerasi luka-lukanya dengan cepat.

   Xazh bisa merasakan bahwa aliran hangat menyelimuti luka-luka, pendarahan nya pun juga sudah berhenti, sel dan syaraf yang rusak juga dibentuk kembali, daging dan tulang yang hancur juga direkonstruksi ulang sehingga kembali menyatu dan terbentuk seperti semula tanpa bekas sedikit pun.

   Luka yang di alaminya tidak separah luka yang ia alami saat pertama kali terbangun di tubuh Belleza hingga tak membutuhkan waktu lama untuk meregenerasi nya. Pengendalian mananya pun juga sudah meningkat banyak setelah memakan apel emas yang diberikan Melville waktu itu jadi kemampuan regenerasi nya juga meningkat berkali-kali lipat lebih cepat.

   Xazh kembali membuka matanya, ia meraba lehernya yang sudah pulih seutuhnya tanpa sedikitpun bekas, seolah-olah tidak pernah terluka. Yang menjadi masalah nya sekarang hanya lah pakaian dan tubuhnya yang di lumuri darah. Gaun nya pun juga sudah tidak layak pakai karena penuh sobekan bahkan memperlihatkan dadanya. Ya walaupun tubuhnya masih tubuh anak kecil berumur tujuh tahun tetap saja Xazh tidak nyaman memakai pakaian sobek seperti itu.

Xazh Amorrete Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang