Chapter 25

1K 105 15
                                    

Hello!, Apa kabar semua? Semoga baik² saja yaaa

Baru sempat update, hehehe..
Dan baru selesai maraton baca novel terjemahan 11.000 chapter lebih dan langsung deh selesaiin nulis chapter ini...

Kalau agak lupa alur baca sekilas dulu ke chapter sebelumnya ya, mohon kerjasamanya 😉

Enjoy and jangan lupa tekan bintang dan tambahkan komentar untuk bayar pajak baca cerita ini!!

Happy Reading 💗
.
.
.
.
.

   "Tiga"

  "Akkhhh!!"

   "Akhh, Apa yang terjadi?."

   "Aku tidak dapat mengendalikan kekuatan ku!!."

   "Akhh, tolong aku!!!."

   "Ah, sial!!. Ada apa ini?"

  

   Sebuah lingkaran sihir besar dengan cahaya hitam tiba-tiba saja muncul di lapangan Colloseum, dan berbarengan dengan itu suara teriakan-teriakan susul menyusul, para peserta yang memiliki element api dan angin seperti tengah mengamuk. Dan dalam sekejap mata pusaran angin yang sangat banyak berputar di lapangan membuat badai debu.

   Kemudian Api membumbung tinggi di atas lapangan hingga membentuk sebuah kubah api yang menyelimuti seluruh lapangan, menghalangi pandangan penonton di luar sana.

   Para penonton yang menonton pertandingan seketika langsung berisik dan heboh, sebagian bahkan sampai berdiri untuk melihat lebih jelas apa yang terjadi di lapangan.

   Sementara itu di tempat duduk VIP, seorang laki-laki paruh baya yang menggunakan jubah putih berdiri terpaku seraya menatap ke arah lapangan.

   "Ada apa?." Tanya seorang lelaki paruh baya yang menggunakan pakaian ala bangsawan yang juga berdiri di samping pria paruh baya berjubah putih tersebut.

   "Tulisan sihir." Ujar pria paruh baya berjubah putih tersebut dengan kening berkerut tanpa mengalihkan pandangannya dari lapangan Colloseum.

   "Aku tidak bisa melihat bahkan merasakan apa yang terjadi di lapangan. Persepsi mana kita dihalangi." Ujar pria paruh baya berjubah putih itu lagi.

   "Benar. Lalu bagaimana?, Apakah pertandingan ini akan di hentikan?." Tanya bangsawan paruh baya tersebut meminta pendapat pria paruh baya berjubah putih tersebut.

   "Tidak, tunggu sebentar lagi." Jawab pria paruh baya berjubah putih tersebut yang mendapat anggukan dari bangsawan paruh baya di sebelah nya.

   Tiga puluh detik berlalu, kubah api tersebut mulai menghilang namun pemandangan di lapangan masih tidak terlihat jelas karena debu dan kepulan asap yang menutupi lapangan.

   Tiga puluh detik lagi berlalu, debu dan asap mulai menghilang dan pemandangan di lapangan Colloseum mulai terlihat dan berbarengan dengan itu barier pelindung di lapangan terbuka hingga membuat penonton kembali berseru bingung.

   "APAKAH YANG TERJADI HADIRIN SEMUA?. APAKAH PERTANDINGAN BABAK KE ENAM SUDAH BERAKHIR?." Ujar suara seorang pembawa acara yang mewakili pertanyaan penonton.

   "APAKAH PERTANDINGAN TELAH USAI?, MARI KITA PASTIKAN BERSAMA!!. MARI HITUNG BERSAMA PESERTA YANG MASIH BERDIRI DI LAPANGAN COLLOSEUM, DALAM HITUNGAN KE TIGA . SATU, DUA, TIGA, MULAI!!!!." Teriak pembawa acara yang membuat para penonton semakin heboh seraya ikut menghitung jumlah peserta yang tersisa di lapangan.

SATU!!
 

DUA!!
 

TIGA!!
  

Xazh Amorrete Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang