L's ws 12

6 6 0
                                    

Perawat cantik berumur kurang lebih tiga puluh tujuh tahun itu memasuki ruangan Lesya, sebenarnya perawat bernama 'Kiren' itu sudah diajak terlebih dahulu oleh Dokter untuk membantu memeriksa Lesya namun Kiren meminta dokter itu datang terlebih dahulu dan akan disusul olehnya setelah mengganti infus pasien lain.

Kiren segera bergegas menuju bankar Lesya dengan kedua tangannya memegang data kesehatan pasien. "Butuh bantuan apa dok?" tanya Kiren.

"Bisa kau mencatat data kesehatan Lesya? sepertinya ada sedikit penurunan dengan kondisinya." ucap dokter itu dengan serius.

"Baik dok, tercatat dengan penurunan dan peningkatan yang lumayan, dari peningkatan luka yang sudah mengering, dan penurunan kodisi tubuh yang melemah. Apa ada tambahan obat yang harus diberikan pada Lesya, dokter?." jelas dan tanya Kiren.

"Sebentar." sahut Dokter Denan. "Ada, cukup kau beri vitamin penambah daya tahan tubuh saja." lanjut dokter Denan dan hanya diangguki oleh Kiren.

Sebenarnya masih ada satu rahasia yang dokter Denan jaga. Mungkin ia akan memberi tahu Lesya jika gadis itu keadaannya sudah membaik, jika belum ia takut kalau kedepannya Lesya akan drop lagi.

Dan sedang apa keempat orang yang masih berada diruangan itu? mereka hanya berdiam mencerna apa yang dokter dan perawat itu katakan, sebenarnya tak paham hanya saja mereka mencoba dipaham-pahamkan.

Mereka juga mendengar percakapan tepat saat berbicara mengenai penurunan kondisi tubuh Lesya. Mereka mungkin akan meminta maaf dengan gadis itu.

Entah berapa jam Lesya tertidur, dia mengerjap pelan sembari memijit pelipis kanan dengan jari lentiknya, pusing tak terhingga yang kini Lesya rasakan.

la menengok kesamping dengan gemetar, takut jika teman seangkatannya masih berada disitu. Mata Lesya seketika melebar, ahh tidak lebih tepatnya melotot terkejut, terkejut karena kedatangan tamu. Siapa lagi kalau bukan ketiga orang yang sudah menyakiti Lesya.

Gemetar hebat tampak jelas ditubuh lesya, rasa takut itu kembali datang. "Mau apa kalian kemari, tolong jangan siksa aku, jika kalian ingin aku meninggal saat ini, lebih baik kalian langsung saja bunuh aku disini. Jangan siksa aku, aku mohon." ucap Lesya dengan menahan air matanya yang sudah berada diujung pelupuk mata.

"Kita cuma mau minta maaf, kita pamit."ucap salah satu dari ketiga orang tersebut dan mereka langsung pergi dari ruangan itu dengan cepat.

Berbeda dengan Kenan, ia berdiam dan seketika ia ikut berbicara. "Gue pulang" pamit kenan, saat tangan kekar itu hendak membuka gagang pintu Lesya dengan cepat memanggilnya.

"Makasih." hanya itu yang dapat Lesya ucapkan saat ini, tanpa membalas kata terimakasih dari Lesya, Kenan melaggang pergi dengan acuh.

Setelah semua pamit pergi pulang, entah itu benar-benar pulang atau hanya sekedar pamit saja. Lesya melamun menatap jendela tak tahu memikirkan apa, mungkin kehidupannya yang miris ini.

Saat ia sakit keluarganya tak ada satu pun yang menjenguk, jangankan menjenguk, mengetahui bahwa dirinya sakit saja enggan.

Suara pintu terbuka, tak mengalihkan pandangan Lesya dari jendela.
"Nonna, ini obat dan makannya." kata seorang perawat mengantarkan makan dan obatnya, tak lupa juga membawakan minum untuknya.
Setelah meletakkan nampan itu, perawat tadi segera pamit keluar dan hanya diangguki oleh Lesya.

Lesya tak menyentuh sedikit pun makanannya, la hanya menatap jendela dengan tatapan kosong. Hening, tak ada seorang pun diruangan itu terkecuali Lesya.

Tiba-tiba Lesya merasakan sakit pada dada nya.
Rasa sesak yang amat sangat sakit seketika mendera pada diri Lesya saat ini. Ia dengan segera memencet tombol alarm darurat pasien, tapi entah kenapa tidak bisa.

Sulit rasa nya saat memencet tombol itu. 'Apa tombolnya rusak? kenapa sulit sekali? Tuhan tolong aku.' panik Lesya dalam hati.

Tak kuasa menahan sakit yang sangat menerkanya saat ini, tombol itu tetap tak bisa ditekan, sangat sulit. Lesya kembali pingsan dengan keadaan hidung berdarah, darah tersebut tak mau berhenti keluar.

Bantal yang dipakainya pun sudah bersimbah darah sangat banyak. Tiga puluh menit pun berlalu, dokter yang hendak memeriksa keadaan Lesya seketika terkejut dan panik dalam bersamaan.

Bagaimana tidak? Baru saja membuka pintu ruangan itu, ia dikejutkan dengan keadaan Lesya yang sudah terbaring lemas dengan hidung berdarah tak lupa cairan merah kental itulah yang sudah membasahi bantal bersarung putih itu.

"Aku mohon Tuhan, Selamatkan dia lewat aku yang akan mengobati penyakit yang dideritanya kali ini, tolong bantu aku Tuhan." gumam dokter Denan berdoa sembari tangannya memeriksa denyut nadi Lesya yang melemah.

Dokter muda itu memanggil tiga perawat yang kebetulan lewat didepan pintu. Menit itu pula lesya didorong menggunakan bankar khas Rumah Sakit menuju ICU untuk penanganan lebih sempurna.

Setelah sampai di ICU, dokter itu meminta untuk memasangkan selang oksigen dan alat medis lainnya. Semua telah selesai, nafas Lesya pun sudah membaik tidak seperti tadi, dokter Denan pun menyerka keringat yang membasahi dahi yang juga turun dilehernya.

la mengulas senyum lega dengan keberhasilannya saat ini, berhasil karena sudah membantu Lesya mengontrol penyakitnya yang saat ini sedang kambuh, meski masih sedikit demi sedikit ia mencoba mengobatinya, walaupun penyakit itu tidak bisa disembuhkan.

Penyakit Lesya saat ini bukan main-main, banyak dari mereka yang menderitanya dan berakhir meninggal dunia.
Penyakit ini memang tak bisa sembuh, tapi setidaknya mampu meredakan sakitnya jika mendapat pengobatan yang sempurna.

Wonogiri, 26 Nov 2021.
Night, 20.13 WIB.

Lesya's Wish [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang