Sudah 2 jam lamanya pemuda itu hanya menatap kosong wajah Lesya, pikirannya sudah berkelana dimana-mana saat mendengar bahwa Lesya terserang penyakit parah.la tidak bisa mendunga bahwa hidup Lesya akan berakhir seperti ini, tidak-tidak bukan berakhir mungkin hanya awal kehidupan Lesya.
Dimana Lesya yang harus bisa menahan sakit dan berusaha keras untuk tetap hidup, walaupun tidak lama lagi.
Seseorang yang ia sayangi layaknya pasangan hidupnya, padahal kenyataannya Lesya sudah menikah bukan.
Deringan telepon terdengar jelas diruangan tersebut, dan itu berasal dari handphone milik pemuda itu.
Ia mengangkat telepon itu dan melihat siapa yang meneleponnya, tertera nama Arkar di layar handphone miliknya.Pemuda itu menyerit heran, "ada apa?" tanya pemuda itu.
"Lo ketemu sama Lesya ngak? atau lo lagi sama Lesya?" tanya Arkar kembali.
"Iya, Lesya lagi di Rumah Sakit."
"Ngapain Lesya di sana?"
"Ya sakitlah, mangkanya lo kalo jadi suami itu harus tau dimana, lagi apa, dan apa yang terjadi sama istri lo." ucap pemuda itu dengan menekan kata istri.
la sengaja berbicara seperti itu agar Arkar merasa tersinggung dan sadar akan kesalahannya sebagai suami.
"Ruangan apa?"
"Lo mau kesini?"
"Iya cepet anjir, Lesya diruang mana?"
Pemuda itu hanya menjawab malas, tidak sabaran sekali pria itu, "Di ruang ICU VVIP 1." jawabnya malas.
Tanpa jawaban lagi, Arkar mematikan sambungan telepon. Sedangkan pemuda itu berdecak sebal dengan sikap Arkar yang selalu menyebalkan.
Tak berselang lama, terdengar suara pintu ICU yang terbuka. Pemuda itu menengok untuk melihat siapa yang datang.
Terlihat tatapan tajam yang dilayangkan untuk pemuda itu dari Arkar, sedangkan pemuda itu hanya mengangkat sebelah alisnya dengan arti seolah bertanya 'apa?'"Kenapa Lesya bisa kaya gini?" tanya Arkar geram.
"Mikirlah bodoh, lo jadi suami dia tapi lo ngak tau apa-apa tenang Lesya, sebenarnya lo becus gak sih jadi suami? hah?" jawab pemuda dengan menaikkan satu oktaf dikalimat yang ia lontarkan.
"Gue tanya sekali lagi, kenapa.Lesya.bisa.kaya.gini?" tanya Arkar dengan penekanan pada akhir pertanyaannya.
"Gue juga ngak tau, intinya gue nemuin dia pas gue keliling sekolah buat ngecek siapa aja yang belum pulang karena gue dihukum Bu rantry buat ngecek sekolah. Dan gue nemuin Lesya yang udah tergeletak dilantai, lebih tepatnya dideket gudang belakang sekolah."
Pemuda itu menghela nafas sebentar dan melanjutkan penjelasannya kenapa Lesya bisa masuk Rumah Sakit dengan keadaan yang mengenas kan.
"Pas gue lihat dia, gue kaget karena hidung dia udah ngeluarin darah. Dengan keadaan kakinya juga lebam-lebam, ngak cuma kaki, pipi dan tangannya juga lebam. Gue duga dia dibully, tapi gue gak tau geng siapa yang udah bully dia."
"Buru-buru gue bawa dia ke Rumah Sakit buat penangan lebih lanjut. Udah itu aja, mau tanya apa lagi lo?" Pemuda itu sengaja tidak menceritakan kalau Lesya terserang penyakit leukimia dan asma.
la hanya tidak ingin jika Arkar tertambah pikiran dan memikirkan hal-hal yang tidak-tidak, atau Arkar akan menjadi posessive terhadap Lesya.
"Ngak, makasih udah bawa Lesya kesini, udah sana lo pulang aja, biar gue yang jaga Lesya disini." ucap Arkar dengan nada seolah mengusir pemuda itu.
"Dih, udah bagus gue bawa kesini juga, gak sopan banget lo sama gue, inget gue ini Abang ipar lo anjir." ucap pemuda itu sinis.
"Renzie sialan." desis Arkar.
Tepat yang menolong Lesya adalah Renzie, abang kandung Lesya. Sebenarnya Renzie tidak menganggap Lesya sebagai adik, melainkan sebagai miliknya ingat miliknya.
Terdengar egois memang, namun perasaannya tidak bisa dibohongi lagi. Entah kapan ia mempunyai rasa suka terhadap Lesya, lebih tepatnya rasa cinta.
Cinta dan suka itu memang benar-benar beda, rasa suka hanya sekedar mengangumi, berbanding balik dengan rasa cinta adalah rasa sayang seutuhnya.
Renzie sebenarnya tidak menyangka akan terjadi seperti ini, menyukai adik kandungnya sendiri bukanlah rencana hidup dia.
Namun takdir memang selalu mempermainkan kehidupan seseorang, dan bukankah takdir itu memang sudah diatur oleh Tuhan Yang Maha Kuasa?.
Dan kita sebagai umatnya hanya mampu menerima kenyataan yang sudah Tuhan beri, ingin merubah takdir kehidupan dengan sekuat tenaga pun tetap akan sama, dalam arti tidak akan berhasil sampai kapanpun.
Sudah selama 3 bulan Renzie mencintai Lesya secara diam-diam. la hanya diam saat Lesya dibully itu sebenarnya hanya untuk menutupi rasa kasihan yang selalu melekat pada dirinya.
Apa lagi ia mendapat kabar bahwa Lesya mengidap penyakit yang berbahaya, bahkan penyakit itu tidak bisa disembuhkan.
Hatinya sangat sakit bagaikan ditusuk ribuan pisau. Namun ia hanya bisa pasrah dan bersabar, tak lupa untuk selalu berdoa kepada Tuhan agar Lesya cepat sembuh.
"Lo ngapain bengong, bang?." tanya Arkar sembari menepuk pelan bahu Renzie.
Sedangkan Renzie hanya menggelengkan kepala dan tersenyum, "gue pulang duluan ya, jaga Lesya baik-baik." ucap Renzie,
Arkar menyerit heran, "tumben lo baik sama Lesya, kemarin-kemarin kemana aja?." sahut Arkar sinis dan tatapan datar andalannya.
"Ngak papa aja, dah gue duluan."
Renzie berjalan kearah pintu dan membukanya secara perlahan agar tidak menimbulkan suara yang mungkin dapat mengganggu Lesya atau pun pasien lainnya.
Di tempat Lesya...
"Hah dimana aku? tempat ini bagus sekali aku suka." ucap Lesya dengan tatapan mata yang berbinar.
"Hai sayangnya mama."
Terdengar suara lembut menerpa telinga Lesya. la menengok kebelakang dan melihat siapa yang menyapanya dengan kata, 'sayangnya mama.'
Wonogiri, 27 Mei 2022
Morning. 05.00 WIB
KAMU SEDANG MEMBACA
Lesya's Wish [SELESAI]
Teen Fiction"Aku ingin bahagia, apa itu salah? sampai kapan aku seperti ini?." Ini menceritakan kehidupan seorang Alesya Salsabila, seorang gadis yang tak pernah dianggap ada oleh keluarganya. Ia dipaksa agar mau menerima perjodohannya dengan Rajendra Arkar Ma...