L's ws 22

6 6 0
                                    

"Sayang, aku balik nih. Kamu kangen ngak?"

"Va..vanka." ucap Arkar tergugup.

'Sial!!!.' batin Arkar.

Lavanka pun menghentakkan kakinya kesal, kenapa pertanyaannya tidak dijawab sedikit pun oleh Arkar. Dengan sekali lagi ia mencoba berbagai cara agar bisa berbicara dengan Arkar.

"Hello baby."

"Cih, babi babi mata mu." decih Agatha tak suka dengan kalimat bernada manja yang dibuat-buat oleh Lavanka.

"Apaan sih, tha. Orang gue ngomong sama ayang Arkar." sewot Lavanka, Agatha pun hanya menatap Lavanka malas.

Dengan sengaja Lavnka mengalungkan lengannya dileher Arkar dengan posisi Vanka duduk dikursi kosong tepat dekat dengan Arkar, Arkar pun menghempas lengan Vanka kasar dan mendorongnya.

"Pergi atau gue bunuh." desis Arkar.

"Ihh, sayang kamu jangan gitu dong ke aku. Masa' aku cuma pengen peluk kamu tapi kamunya dorong aku gini kamu jahat banget loh" protes Lavanka manja.

"Pergi atau gue bunuh."

kata itu Arkar ucapkan untuk kedua kalinya, tapi masih saja dihiraukan oleh Lavanka yang sedang menatap Arkar genit.

"Ayang jangan gitu dong, masa' kamu mau bunuh aku."

"Pergi atau beneran gue bunuh lo disini, sekarang juga."

"Oke fine kalo itu mau kamu, tapi ada syaratnya." Arkar menaikkan sebelah alisnya, mengartikan ia bertanya 'apa?'

"Nanti pulang sekolah jalan ya sama aku, nanti kita ke mall, terus ketaman habis itu kita jalan-jalan kemana gitu."

"Cih, banyak maunya." decih Damar.

Lavnka menghiraukan decihan Damar yang menurutnya tak berguna untuk didengarkan. Sedangkan yang diajak hanya menggelengkan kepala tanda tak mau.

Lavnka masih saja gencar membujuk Arkar untuk memenuhi keinginannya itu, tingkat kesabaran Arkar pun sudah diambang batas, dengan teganya Arkar menampar pipi kanan Vanka cukup keras.

Semua pasang mata pun mengarah pada kedua orang tadi, tak terkecuali Lesya.

Sebenarnya Lesya sendari tadi sudah melihat percakapan tidak ber-faedah dari dua orang tadi, tapi menurutnya menarik untuk ditonton.

Lavnka menggelengkan kepalanya kagum, tak percaya bahwa tadi ia ditampar oleh Arkar untuk kedua kalinya, pertama saat ia ketahuan berselingkuh dan kedua saat ini.

"Pergi lo, muak gue lihat muka lo yang sok polos kek gini" ucap Arkar sinis.

Dengan segera Lavanka pun berlari keluar dari kantin, ia malu, malu karena tingkahnya sendiri dan omongan yang Arkar lontarkan.

Dan, keadaan kantin pun sudah seperti semula tidak terlalu ramai dan tidak terlalu sunyi. Kebanyakan yang perempuan sedang membicarakan kejadian yang tadi sempat terjadi.

Sedangkan Lesya, kembali memakan makanan yang ia pesan tadi.
Tak berselang lama bell berbunyi tanda pelajaran kedua sudah tiba. Satu per satu dari orang-orang yang berada di kantin pun keluar menuju kelas masing-masing.

Begitupun dengan Lesya, Abangnya, dan teman-teman geng-nya.
Saat Lesya sudah sampai di kelasnya, ia menduduki kursi dan menelungkupkan kepalanya pada lipatan tangan, dia hanya diam melihat teman-temannya yang ricuh sendiri entah berbuat apa.

"Berisik saja terus." ucap seorang pria yang tiba-tiba muncul dan sudah berada didepan pintu kelas, beliau adalah guru yang mengajar dipelajaran seni.

Beliau cukup random dengan ulahnya, dan sering kali murid-muridnya diajak untuk bercanda. Agar tidak terlalu kaku katanya.

Semua yang mendengar ucapan guru seni tersebut segera berlarian kembali ketempat duduk masing-masing.

Apa lagi lima perempuan yang tadi nya sedang berdandan di kelas yang bagi mereka adalah salon kecantikan.

Mereka dengan keteteran membawa berbagai macam alat make-up yang Lesya sendiri tidak tahu apa saja nama-namanya, saking tidak terlalu tertarik dengan dunia make-up.

Guru yang mengampu mata pelajaran seni itu pun berjalan kearah tempat duduk yang dikhususkan untuk guru, terletak dipojok kanan dan tepat disamping papan tulis.

"Kalian sudah siap untuk ulangan harian kita hari ini?." tanya guru tersebut.

Semua murid pun terkejut tentunya, mereka tak diberi tahu bahwa hari ini akan ada ulangan harian, digrub kelas mereka pun juga tak diberi tahu.

Dan secara tiba-tiba nya guru seni itu mengatakan akan ada ulangan harian.
"Loh pak, bapak tidak memberi tahu kalau akan ada ulangan harian, Pak." ujar teman sekelas Lesya.

"Kan sudah saya beri tahu digrub tadi pagi, apa kalian tidak membaca nya?" jelas beliau.

Salah satu dari puluhan murid dikelas itu pun tersenyum manis tapi berarti geregetan dengan gurunya yang satu ini, sembari berucap.

"Wahh makasih loh Pak, ngak dikasih tau kalau ada ulangan, eh ngasih tau-nya baru tadi pagi. Ihh Gak adil itu, Pak."

"Ya sudah, ulangannya saya ganti minggu depan." ujar guru tersebut dan dibalas senyuman bahagia dari murid-muridnya.

Pelajaran berlangsung selama beberapa jam dan berganti-ganti mata pelajaran, sampai bell pulang sekolah pun terdengar.

Semua murid pun segera membereskan alat sekolah masing-masing, tak kecuali dengan Lesya.

Lesya berjalan keluar kelas setelah buku-bukunya sudah selesai la bereskan. Saat ia keluar dari kelasnya, Lesya terkejut lantaran tangannya ditarik dengan cepat oleh seseorang.

"Kenapa aku ditarik-tarik?" tanya Lesya berusaha menyeimbangi langkah orang itu.

Wonogiri, 24 Januari 2022
Night, 20.10 WIB.

Lesya's Wish [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang