L's ws 15

6 6 0
                                    

Sepasang kelopak mata mengerjap dengan perlahan untuk menyesuaikan cahaya yang menembus masuk melalui ventilasi kamar tersebut.

Gadis itu menggeliat, meregangkan otot-ototnya yang kaku karena tidur siangnya tadi cukup lama.

"Eughh." lengguh gadis tersebut. Irish mata berwarna coklat terang itu terlihat semakin cantik sebab terkena sorot cahaya senja.

"Jam berapa ini?." tanya perempuan itu pada dirinya sendiri.
"Apa?? jam lima sore, aku kebo juga ya ternyata pulang sekolah jam dua bangun-bangun sudah jam lima hehehe." ucapnya dengan kekehan kecil diakhir kalimatnya.

Gadis manis tadi adalah Lesya, si cantik yang berkehidupan tak semestinya. Lesya turun dari tempat tidur berjalan dengan jarinya yang bergerak lihai untuk mencepol rambut panjang sepinggang itu, meski berantakan tapi tak apalah.

Lima puluh lima menit Lesya berada didalam kamar mandi untuk membersihkan badannya yang sudah lengket karena keringatnya, walaupun tidak beraktivitas dan hanya tidur, tetap sajakan keringat akan keluar.

Si manis itu sudah selesai membersihkan badannya tepat pada waktu 17.56 WIB, ia keluar dari kamar mandi tersebut. Lesya membuka pintu kamarnya dan berjalan menuruni anak tangga menuju dapur untuk membantu memasak makan malam mungkin.

Saat sampai di dapur, ia tak melihat siapa pun, tak terkecuali Bu Marti yang biasanya dijam seperti ini sedang berada di dapur untuk memasak. Dan ia pun hanya melihat sebuah kertas Note yang tertempel pada pintu atas lemari pendingin.

Note...

Non Lesya atau siapa pun yang baca ini, ngapunten nggeh Bibi ijin pulang sekedap, besok pagi Bibi balik lagi nggeh ke situ, ngapunten nggeh ngak bilang dulu sama Tuan, Aden, ataupun Non Lesya.

Sekali lagi Bibi minta maaf nggeh, matur suwun...

Lesya mengulas senyum manisnya, terkejut lantaran Bibinya itu akan menulis seperti itu, rasanya ingin tertawa tapi takut jika dosa, ia pun membuka lemari pendingin tersebut.

la mengambil beberapa bahan makanan yang akan dirinya masak, hanya mengambil beberapa potong daging ayam dan sayur-sayuran beserta bumbu instan lainnya.

la cukup malas jika harus mengupas bumbu, merajangnya ataupun menghaluskannya. Maka dari itu Lesya hanya menggunakan bumbu instan yang menurutnya untuk masalah rasa sama saja dengan bumbu yang biasa ia buat sendiri.

Sekitar satu jam ia memasak, ada dua hidangan yang Lesya masak saat ini, Lesya pun berjalan kearah ruang tamu, ia merasa selama beberapa jam ini ia tak mendengar suara papa dan ke-empat abangnya.

'Mungkin mereka sedang sibuk.' pikir Lesya acuh.

Sudah jam setengah tujuh tapi mereka berlima tidak ada tanda-tanda pulang, 'Kemana mereka pergi?' pikir Lesya. Tak tahan sudah menahan rasa laparnya, Lesya pun makan malam sendirian.

Setelah selesai, ia pun membersihkan alat makan yang tadi ia pakai. Ia berinisiatif untuk menunggu mereka berlima pulang, Lesya pun berjalan kearah ruang keluarga untuk menonton tv yang mungkin dapat membantu mengurangi kebosanannya dalam menunggu papa dan abangnya.

la mulai terlarut dan fokus menonton film yang ditayangkan pada tv didepannya tersebut.

'Fyuhh...'

Helaan nafas panjang keluar dari bibir Lesya, sudah dua setengah jam lebih ia menunggu papa dan abangnya, tapi benar-benar tak ada yang membuka pintu sendiri tadi.

la sudah mengantuk, mungkin efek samping dari menonton film tadi yang membuatnya mengantuk.
Karena sudah tidak tahan dengan rasa kantuknya yang merajalela, tak sadar pula bahwa dirinya tertidur disofa dengan tv yang masih menyala.

Entah pada pukul berapa, mereka berlima pulang secara bersamaan, tak sengaja salah satu dari mereka ada yang melihat Lesya tertidur pulas disofa. Ingin membangunkannya tapi tidak tega.

Setelah semua ke kamar masing-masing untuk membersihkan badan yang sudah lengket karena keringat. Satu per satu mereka menuruni anak tangga menuju dapur untuk makan malam bersama, kecuali Lesya tentunya.

Semua orang diruangan itu sudah selesai makan malam, dengan segera mereka berlima berdiri dari duduknya dan berjalan menuju kamar masing-masing. kecuali satu orang yang tidak pergi ke kamarnya melainkan pergi ke ruang keluarga.

Entah rasa apa yang membuat pemuda itu menghampiri Lesya dan menggendongnya berlanjut hingga membawanya ke kamar. Diletakkan tubuh mungil Lesya dengan hati-hati.

Tak lupa pemuda itu menyelimuti tubuh Lesya hingga pada pundaknya, dikecupnya kening, dan kedua pipi gadis itu dengan singkat tapi sangat berarti.

"Maaf." kata itulah yang keluar dari mulut pemuda tampan itu, dan dengan segera ia membuka pintu kamar tersebut dan berjalan pergi.

Disitu Lesya sudah tertidur pulas, tapi tidak dengan remaja laki-laki disini. Ditempat Arkar atau lebih tepatnya di kamar Arkar.
Sepi, kamar itu sepi tak ada seorang pun yang berada didalamnya.

Arkar, dia sedang duduk disofa balkon kamarnya hanya merenung meratapi nasibnya sendiri yang tinggal beberapa hari lagi akan menjadi seorang suami.

Seseorang yang akan memiliki tanggung jawab yang besar, tapi apa yang akan ia perbuat lagi selain menerima perjodohan ini. Ia sangat sayang pada mamanya, maka dari itu la lebih memilih menerimanya daripada melihat mamanya bersedih.

"Kalo gue udah nikah, masih bisa tawuran gak ya?"

"Terus kalo gue udah nikah, masih boleh balapan gak sih?."

"Kalo gue beneran nikah pasti gak dibolehin ke markas lagi sama mama, tapi gimana ya?"

Kalimat itulah yang membuat pikiran Arkar pusing. Pikiran Arkar yang dilanda kebingungan semakin menjadi kala sebuah pesan masuk dari handphone yang ia genggam, ia pun membuka pesan itu.

Tnt Btk

Arkar, besok ke butik Tante ya, buat nentuin tuxedo sama gaun yang pas buat kamu sama istri kamu.

Y tnt, bsk k stu jm 1 sng

Iya, jangan lupa bawa istrinya

Y.

Setelah membalas pesan dari Tantenya, Arkar berdiri dari duduknya dan berjalan membuka pintu balkon dan menutupnya dengan sedikit kasar. la berlari ke arah tempat tidurnya dan merebahkan tubuhnya.

Wonogiri 15 Dsmbr 21
Afternoon, 14.38 WIB.

Lesya's Wish [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang