L's ws 32

5 6 1
                                    

"Shh."

Lesya meringis saat matanya terasa sakit dan berat untuk dibuka, pandangannya masih terlihat samar-samar.

Perlahan Lesya mengerjapkan matanya, pandanganya pun sudah tak memburam. la terkejut saat melihat siapa laki-laki itu.

"Kak."

"Eh lo udah bangun? ada yang sakit? atau lo butuh sesuatu?"

"Mi-minum." ucap Lesya terbata, tenggorokannya terasa kering dan cukup sulit untuk berbicara.

"Nih nih, minum yang banyak dua galon juga ngak apa-apa." ujar pemuda itu dengan tangannya yang memberikan gelas berisi air minum.

"Makasih."

Pemuda itu hanya mengangguk menanggapi. "Lo mimpi apa aja? tiga minggu baru bangun." tanya pemuda itu.

"Hah? tiga minggu, aku rasa aku hanya mengobrol sebentar dengan Mama. Atau jangan-jangan waktu ditempat tadi dengan disini itu sangat berbeda, masa' iya aku koma 3 minggu? padahalkan aku hanya mengobrol sebentar dengan mama, hihi lucu ya."

Lesya berucap dibatinnya sembari tersenyum-senyum membuat pemuda itu takut jika Lesya kesurupan setan pojok ruangan.

'Ruang VVIP bisa juga ya ada setannya, ngeri banget anjir.' batin pemuda tersebut.

"Lo ngak kesurupan setan pojok ruangankan?" tanya pemuda itu, dengan sekejap Lesya tersadar dari pikiran dan lamunannya.

"Ha? apa kak?" bukannya menjawab Lesya malah balik bertanya, hanya dibalas tatapan sinis dari pemuda itu.

Seketika keheningan melanda keduanya, tak ada yang ingin membuka pembicaraan.

"Kak Arkar, makasih ya udah nunggu aku."

Ya, pemuda tadi adalah Arkar dan entah ada setan apa yang merasuki Arkar hingga hatinya tergerak untuk menunggu Lesya di Rumah Sakit.

Arkar mengangguk "Papa lo kecelakaan beliau juga dirawat disini." ucap Arkar

Lesya terkejut, ia hanya diam mencerna ucapan yang Arkar lontar kan.
"Kak, bisa antar aku ke ruangan, papa?."

"Iya ayo."

Arkar dan Lesya pun keluar dari ruang kamar inap Lesya, dengan Lesya yang berada dikursi roda dan didorong oleh Arkar.

Saat sudah sampai diruangan sang papa, Lesya melihat papanya terbaring lemah diatas bankar dengan alat-alat medis yang terpasang pada tubuh beliau.

Kecelakaan itu cukup parah yang mengakibatkan organ hati Abraham mengalami kerusakan, hal itu membuat Lesya semakin terpukul.

Hingga saat ini keluarganya masih berusaha keras mencari pendonor hati untuk Abraham, sampai-sampai mereka pernah putus asa untuk mencarinya.

Namun saat melihat keadaan Abraham mulai melemah, mereka kembali bersemangat untuk mencari pendonor hati.
Tapi, lagi-lagi mereka tak bisa menemukan pendonornya.

"Abang, apa papa butuh pendonor hati sekarang?" tanya Lesya yang tertuju papa Abang pertamanya, Alvaro.

"Tidak sekarang juga, tapi ya harus secepatnya biar kondisi papa cepet pulih. Eh kapan lo sadarnya?" jawab Alvaro dan diakhiri dengan kalimat pertanyaan.

"Baru aja tadi, rewel terus minta diantar kesini bikin kuping panas aja."

Tentu buka Lesya yang menjawab, melainkan Arkar. Arkar berucap dengan tatapan mata yang menajam melihat Lesya.

Lesya yang ditatap tajam oleh Arkar hanya menundukkan kepalanya, entah ia harus berkata apa.

"Apa kalian sudah mendapatkan pendonor nya?." tanya Lesya dengan kepalanya yang masih tertunduk.

"Belum, ngak tau mau cari kemana lagi. Semua juga masih berusaha cari pendonornya, kalau pun ada semoga itu cocok buat papa." ujar Alvaro dengan tatapannya yang menyiratkan keputus asa-an.

Lesya mencoba berdiri, dan berjalan menuju bankar sang papa dengan hati-hati. Ia menatap sendu kearah Abraham, tangannya menggenggam jari-jari Abraham dan tersenyum pedih.

"Papa, kenapa papa bisa seperti ini? papa tahu tidak kalau aku sudah bertemu dengan mama. Lesya sangat-sangat bahagia bisa bertemu dengan mama."

"Seperti yang dikatakan orang-orang kalau mama itu sangat cantik, aku bahagia bisa melihat senyuman tulus dari mama."

"Lesya sayang banget sama papa, Lesya duluan ya pa."
Ucapan Lesya yang terakhir membuat semua orang diruangan itu terkejut, apa yang Lesya maksud.

"Maksud lo apaan tuh bilang kek gitu?" tanya Kenzo.

"Hehe, aku hanya ingin pamitan aku mau balik keruanganku."jawab Lesya.
Semua mengangguk meng-iyakan, mereka kira apa yang dimaksud Lesya.

"Kak Arkar, bisa antar aku kembali keruanganku, takut jika dokter keruangku tapi aku-nya tidak ada disana." ucap Lesya dengan senyum manis andalannya.

"Yaudah ayo."

"Bang, Aku pamit kembali keruangku ya. Jangan lupa kalian juga harus istirahat jangan dipaksakan, jangan lupa untuk selalu memperhatikan jam makan kalian jangan sampai telat nanti kalian malah sakit." pamit Lesya.

Mereka pun hanya mengangguk untuk menjawab ucapan Lesya, entah kenapa hati mereka merasa sangat bahagia jika Lesya memperhatikan kesehatan mereka.

Namun satu sisi hati mereka merasa akan kehilangan adik mereka, entah itu hanya perasaan saja atau memang akan terjadi.

Lesya pun sudah keluar dari ruangan Abraham, saat sampai diruangannya ia terus saja melamun memikirkan hal yang akan terjadi kedepannya.

"Kak Arkar sudah makan?" tanya Lesya dengan gugup, takut-takut jika Arkar akan menatapnya tajam lagi.

"Belum, gue mau kekantin dulu, lo disini sendiri bisakan?."

"Iya kak."

Arkar pun mengangguk, dan segera berjalan keluar untuk membeli makan di kantin yang tersedia di Rumah Sakit.

Tak berselang lama, seorang perawat menghampiri Lesya dan mengecek keadaan Lesya.

"Wah, keadaan nona sudah cukup membaik. Ini ada beberapa obat dari dokter diminum ya nona."

"Iya terima kasih banyak."

Perawatan itu tersenyum menanggapi ucapan Lesya, saat perawat itu akan pergi Lesya memanggilnya.

"Ada yang bisa di bantu lagi, nona?" tanya perawat tersebut.

Lesya tersenyum, "Bolehkah aku meminta satu lembar kertas dan bolpoinmu?" tanya Lesya ragu.

"Boleh, sebentar ya." jawab sang perawat.

"Nah, ini nona," lanjutnya sembari memberikan selembar kertas dan bolpoin.

"Terima kasih sekali lagi."

"Sama-sama, permisi nona." pamit perawat itu.

Lesya menulis sebuah pesan singkat namun sangat berarti diselembar kertas itu, ia menulisnya dengan air matanya yang mengalir.

la sudah memikirkan hal ini matang-matang. la sangat ingin bahagia, namun hal itu seketika musnah dipikirannya saat ia mengingat bahwa hidupnya tidak akan bertahan lebih lama lagi.

Wonogiri, 23 Juni 2022
Afternoon, 17.02

Lesya's Wish [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang