L's ws 19

8 6 0
                                    

"Permisi."

Pintu pun terbuka, menampakkan seorang wanita cantik dengan seragam kerja berwarna putihnya, tak lupa senyum ramah semakin mendominasi wajah cantiknya.

Seorang perawat mendorong sebuah rak yang berisi nampan makanan.

Kedua remaja itu seketika menoleh, melihat siapa yang mendatangi ruang rawat sepagi ini.

08.59 WIB, tergolong masih pagi bukan. Masih dengan senyum ramahnya, perawat itu memberikan sebuah nampan berisi makanan dan satu gelas air putih.

"Maaf saya mengganggu waktu percakapan kalian, saya hanya ingin mengantar sarapan nonna Lesya. Nonna, setelah memakan sarapannya, tolong segera meminum obatnya agar tidak terlambat untuk jadwal minum obat" ujarnya.

"Iya Sus, terima kasih ya. Nanti aku minum obatnya." jawab Lesya. Sedangkan Arkar pun tak mengeluarkan sepatah kata pun.

Perawat itu kembali tersenyum. "Baik,l nonna, saya permisi."

"Iya, Sus."

"Kak Arkar, kakak ngak mau kekantin cari sarapan. Aku aja udah dikasih sarapan, aku takut kalo kakak ngak sarapan bakalan sakit, terus nanti kakak sakit ngak bisa sekolah, kalo kakak ngak sekolah nanti ngak akan dapat nilai, kalo kakak ngak dapat nilai kakak ngak akan naik kelas, kalo ka-"

"Udah ngocehnya?"

Belum sempat menyelesaikan bicaranya tadi, perkataan Lesya saja sudah dipotong oleh Arkar. Raut wajah Arkar pun seketika berubah menjadi datar dan dingin kala Lesya terus saja mengoceh tak jelas mengenai ia belum beranjak dari duduknya untuk pergi kekantin rumah sakit membeli sarapan.

Bukankah perkataan Lesya sama saja mengusir dirinya pergi dari ruangan itu??, Dengan arti Lesya sudah bosan melihat jika dirinya masih diam diri di sofa. Apa memang Lesya berniat mengusir nya??.

"Lo ngusir gue???"

"Aku sama sekali tidak ada niatan untuk mengusir kakak kok, aku hanya takut kakak sakit karena ngak sarapan dan memilih menjaga aku disini." lirih Lesya

Arkar pun tak bisa menahan tawanya, la tertawa kecil mendengar penuturan Lesya yang sampai-sampai mampu membuat nya tertawa lepas. Apa tadi?? lebih memilih Lesya daripada sarapan berharganya??, Sungguh hanya hal itu saja membuat Arkar tertawa.

"Apa tadi? gue? lebih milih lo daripada sarapan yang sungguh berharga buat gue?? Hahaha, Gak.Akan.Pernah." sinis Arkar dengan penekanan setiap kata di akhir kalimat yang la ucap kan.

Seketika Lesya menundukkan pandangannya, malu atas perkataan yang ia ucapkan sebelumnya. Ternyata gadis itu sudah salah sangka, ia benar-benar mengira bahwa Arkar tak mau pergi sarapan demi menjaganya.

'Bodoh kau Lesya, terlalu dalam kah hayalanku?' batin Lesya mengutuki dirinya sendiri.

Arkar berdiri dari duduknya dan berjalan ke arah pintu, "Mau kemana, kak?" tanya Lesya.

"Mau sarapan, lo gak usah kemana-mana, kalo gue balik terus lo gak ada di sini. Inget, bisa di gantung dipohon tomat gue nanti sama bokap lo." peringat Arkar.

Saat dikata terakhir yang Arkar ucapkan Lesya ingin sekali tertawa, pohon tomat?? memangnya bisa??, cukup hanya itu, namun dapat membuat Lesya ingin tertawa.

Tanpa basa-basi lagi Arkar keluar dari ruang inap Lesya, sedangkan Lesya ia hanya menatap punggung Arkar yang semakin menjauh dari pandangan nya.

Sudah 35 menit Lesya menunggu Arkar, la takut jika Arkar kenapa-kenapa atau terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.

Tak berselang lama, Arkar datang membawa semangkuk batagor dan satu botol air mineral yang kedua tangan nya.

"Kakak udah balik ya." tanya Lesya dengan pandangan polos nya,

"Mata lo burem keknya, gak liat gue ada disini." sewot Arkar.

"Iya iya, wah itu apa kak, buat aku ya??" ucap Lesya bersemangat.

"Ge'er banget lo, ini buat gue ya."

Lagi-lagi Lesya dibuat malu oleh dirinya sendiri, is terlalu percaya diri bahwa Arkar membawakan-nya cemilan berupa jajanan kesukaannya waktu la masih menduduki bangku sekolah menengah pertama.

Lesya tersenyum tipis dengan respon Arkar, sebaliknya dengan Arkar yang sedang bergembira hati melihat Lesya dibuat malu oleh ulahnya sendiri.

'Sukurin, salah siapa PeDe-nya kebangetan.' batin Arkar tersenyum remeh.

Tak terasa waktu berjalan cepat, sekarang saja sudah pukul 10.04 WIB.

"ADEK SAYANG, ABANG RENZO MU YANG GANTENG MELEBIHI MANU RIOS INI UDAH DATENG. KANGEN NGAK???" Lesya dan Arkar pun terlonjak kaget akibat teriakan Renzo yang menggelegar sampai ke ruang inap samping nya, mungkin.

Berbeda dengan Alvaro, wajah nya terlihat kesal dan marah.

Plakkk

Bukan Lesya yang tertampar, namun bibir Renzo lah yang ditampar oleh abang pertamanya itu, siapa lagi kalau bukan Alvaro.

Saat Renzo akan melayangkan beberapa kata protes. seketika ia berubah pikiran, tak jadi untuk protes pada Alvaro sebab nyalinya dengan cepat menciut melihat tatapan tajam bak sebuah pisau daging yang benar-benar tajam.
Definisi berisik tabok sepertinya.

Mereka semua terkecuali Renzo melupakan kejadian Renzo ditampar tadi, melainkan mereka dengan berbahagianya tertawa lepas akibat candaan yang salah satu dari mereka lontarkan. Renzo pun ikut bergabung.

Tawaan yang terdengar lepas terlontar dari bibir mereka semua, kecuali si batu, siapa lagi kalau bukan Arkar.
Namun sesekali Arkar pun ikut tertawa kecil untuk menghargai mereka semua.

Jika tidak ikut tertawa walaupun sedikit, bisa-bisa dia akan dibilang sombong dan manusia tak bisa tertawa.

_L's ws_

Hari pun berganti, saat ini Lesya sudah dibawa pulang karena kondisinya sudah membaik. Keluarganya terlihat senang sebab Lesya sudah diperbolehkan pulang.

Tapi tidak dengan salah satu dari keempat abang nya, Bima, ia curiga dengan obat yang la terima dari tempat penebusan obat sebelum ia dan keluarganya pulang ke rumah.

Yang la terima ada lima jenis, lima diantaranya ada tiga yang membuatnya curiga, seperti bukan obat yang biasa orang-orang dapatkan.

Mungkin ia akan memfoto-nya dan bertanya pada teman se-tongkrongannya yang berkuliah dibidang kedokteran. Pasti dia tau, apa obat ini. Bukannya apa, hanya saja Bima cukup risau dengan obat-obatan ini.

Benar-benar bukan obat biasa saja, tak ingin terlalu dalam dengan pikirannya yang sudah kemana-mana. Bima segera ke kamar atas menuju ruang kamarnya.

Sedangkan di sisi lain, Lesya, ia sedang tidur dengan lelap. Tak lupa ia dihimpit oleh ke dua Abang kembarnya yang sedang memeluknya dan ikut tertidur. Ketiga orang tertidur pulas, dengan posisi Lesya yang tepat berada ditengah-tengah mereka berdua.

Sebaliknya dengan Arkar, ia hanya duduk termenung di balkon kamarnya, tidak hanya duduk diam saja, sesekali ia mengambil cemilan dipangkuannya. Arkar mulai berpikir jauh mengenai permasalahan yang bertentangan dengan pernikahannya.

"Gue bakal nikah ya? lusa?"

"Lusa gue nikah?"

"Temen-temen kasih tau gak ya?"

"Kalo gue nikah, gimana ya njir?"

"Gue kan belum kerja, nanti Lesya mau gue kasih makan apa?"

"Gue kasih makan mie instan tiap hari mau gak sih?"

"Tapi gue kan anak orang kaya, ngapain kerja sebelum waktu nya. Mending gue minta bokap buat beli mie instan. Ntar sekalian beli mie instan 10 kardus buat dikasih-in ke Lesya."

"Tapi...kalo Lesya tiap hari gue kasih makan mie instan bisa-bisa gue beneran digantung dipohon tomat dong sama om Abraham."

"Udahlah setres gue mikirin Lesya."

Itu lah sedikit gambaran yang sedang Arkar pikirkan. apa seribet itu jika ia menikah lusa nanti. Tanpa Arkar sadari, sendari tadi ia di perhatikan oleh seorang wanita.

Wonogiri, 8 Januari 2022
Night, 20.10.

Lesya's Wish [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang