Minggu sore, keluarga Abraham dan orang-orang terdekatnya sudah berada di Tempat Pemakaman Umum.
Mereka semua mendoa'kan seorang gadis yang sudah terkubur satu minggu lalu.
Alvaro mendekat kearah batu nisan yang belum lama terpasang itu, "makasih ya, udah mau donorin hati lo buat Papa. Gue ngak nyangka lo bakal se-nekat itu buat bikin papa masih bisa hidup." ucap Alvaro yang terlihat kedua matanya sudah berkaca-kaca. la berdiri dan mengajak mereka semua untuk pulang ke rumah masing-masing.
Mereka semua mulai pergi dari makam itu, kecuali Arkar. Ia menatap makam itu sekilas dan tersenyum tipis, "Makasih." ucapnya dan pergi begitu saja menyusul yang lainnya.
Mereka semua tak pulang ke rumah masing-masing, melainkan pergi ke rumah Abraham. Hanya untuk bermain-main saja, maybe?.
Tapi itu tidak berlaku untuk Arkar, ia masih melajukan motornya dan pergi ke Rumah Sakit yang tak jauh dari makam yang ia datangi tadi.
Tak berselang lama, ia sudah sampai di Rumah Sakit yang ia tuju.
Setelah memarkirkan motornya, ia berlari menuju sebuah ruangan yang sering ia datangi.la membuka pintu ruangan itu, seketika tubuhnya melemas. Dia menggeleng pelan dengan senyumnya yang mengembang.
Mengartikan sebuah kebahagiaan, hatinya terasa menghangat. Rasa bahagia itu menjalar disekujur tubuhnya.
Dia berjalan pelan kearah bankar yang ditempati oleh seseorang yang menjadi tokoh utama dikehidupan-nya.
"Hei, udah bangun? dari tadi ya?" tanya Arkar yang masih mengembangkan senyum manisnya.
"Eh, iya, aku belum lama bangunnya. Katanya aku koma, emang iya?" jawab seseorang itu diakhiri sebuah pertanyaan.
"Iya, kamu koma, tapi sekarang gimana? ada yang sakit ngak?"
"Ngak kok, aku udah merasa mendingan."
"Bagus deh, aku kangen tau. Kamu lama sih tidurnya." ujar Arkar, ia semakin mendekat pada seseorang itu dan memeluknya erat.
"Aku juga kangen."
"Kangen siapa, hm?"
"Kangen kamulah, sama yang lainnya juga."
"Hahaha, yaudah tidur aja yuk? istirahat yang cukup." ajak Arkar.
"Iya ayo, eh tunggu, tadi kamu habis dari mana?"
"Dari makam dia, sayang."
"Dia? siapa?" tanyanya heran.
Arkar menatap mata Indah seseorang itu dengan lekat, "yang udah donorin hatinya buat papa."
"Hah? papa udah operasi? kapan? siapa yang donorin?" pertanyaan bertubi-tubi itu membuat Arkar hanya tersenyum simpul.
"Gemes banget sih, kesayangan aku."
"Ishh, aku beneran tanya Arkar." ujar seseorang itu dengan kesal.
"Papa udah operasi, dan yang donorin hati buat Papa itu Anea, gadis yang ngak sengaja nabrak mobil Papa. Jadi dia bersikeras buat donorin hati dia buat Papa."
"Sebenarnya aku udah tau, kalau kamu kan yang mau donorin hati kamu buat Papa. Tapi sebelum kamu operasi, kamu udah ngak sadarkan diri dan koma selama dua minggu."
"Maka dari itu, Anea lah yang donorin hatinya." jelas Arkar pada gadisnya.
Seketika raut wajah gadis itu menjadi suram, ia terlihat sangat sedih. Air matanya pun mulai menggenang dipelupuk mata indahnya.
"A-aku gagal buat papa bahagia karena aku." ucapnya.
"Hei, Lesya, kamu ngak gagal. Justru kamu hebat, kamu mampu bertahan dari penyakitmu demi kami dan kebahagiaan mu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Lesya's Wish [SELESAI]
Fiksi Remaja"Aku ingin bahagia, apa itu salah? sampai kapan aku seperti ini?." Ini menceritakan kehidupan seorang Alesya Salsabila, seorang gadis yang tak pernah dianggap ada oleh keluarganya. Ia dipaksa agar mau menerima perjodohannya dengan Rajendra Arkar Ma...