Happy reading.
>><<
SMA Pelita Bangsa adalah sekolah yang cukup populer dan memiliki begitu banyak peminat. Terletak di pinggiran Kota Jakarta dengan akreditasi sangat baik.
Sekolah ini terbagi atas tiga jurusan berbeda, yakni ipa, ips, dan bahasa. Tiap-tiap jurusan terbagi lagi menjadi Lima kelas sesuai dengan tingkat kemampuan siswa. Dengan kata lain, ada satu kelas unggulan pada setiap jurusan.
Bukan tanpa alasan, pimpinan sekolah berharap jika para siswanya berlomba-lomba untuk meraih prestasi agar bisa bergabung di dalam kelas unggulan yang hanya bisa dihuni oleh kurang lebih 30 siswa berprestasi.
Diandra, gadis cantik dengan rambut lurus berwarna hitam legam yang merupakan penghuni kelas unggulan jurusan ipa, baru saja berjalan memasuki gerbang sekolah. Ia menaiki deretan anak tangga untuk bisa sampai ke kelasnya yang berada di lantai dua.
Meski kelasnya adalah kelas unggulan, namun suasananya tidak jauh berbeda dengan kelas-kelas lain. Tradisi mengerjakan PR di sekolah atau menyalin tugas teman adalah hal biasa di sini. Meski begitu, para siswa yang termasuk dalam kelas unggulan jarang sekali didapati menyontek saat ujian akhir atau ulangan harian biasa.
Persis seperti apa yang dikatakan oleh wali kelasnya.
"Kalian tuh pinter, cuma males aja ngerjain tugas."
Begitu kira-kira gambaran para penghuni kelas unggulan di sekolah ini.
"Diandra!"
Si pemilik nama reflek menutup telinganya sembari memasang raut muka masam kepada seseorang yang meneriaki namanya dengan suara kencang.
"Bisa kecilin suara lo gak?" ucapnya kesal.
Perempuan yang saat ini berdiri di samping Diandra adalah, Annatasya salsabila. Perempuan ceriwis yang bertemu dengannya saat hari pertama ia menginjakan kaki di SMA Pelita Bangsa.
"Hehe, sorry deh. Bareng, ya, ke kelas nya."
Diandra tersenyum manis. "Yuk."
Mereka berdua berjalan menuju kelasnya dan duduk di tempatnya masing-masing.
Annastasya atau yang lebih sering dipanggil Ann itu sedang sibuk menyalin tugas milik Diandra seraya mengoceh panjang lebar tentang mantannya yang masih sibuk mengganggu dirinya. Sedangkan Diandra yang seharusnya mendengarkan malah mengalihkan fokusnya pada 'sosok' yang duduk 'tak jauh dari tempatnya.
"Ra, lo dengerin gue gak sih?" tanya Annastasya yang menyadari bahwa temannya itu 'tak lagi mendengarkan nya.
Bukannya menjawab, gadis itu malah balik bertanya tanpa dosa. "Hah, apa?"
"Lo ngeliatin siapa, sih?"
"Adhit."
"Adhit?" beo nya.
"Ann, kayaknya gue suka Adhit."
"Bercanda lo!"
"Gue serius." Diandra menatap temannya dengan raut muka serius.
KAMU SEDANG MEMBACA
Salah Rasa
Teen FictionMencintai seseorang yang masih menyimpan rapih kenangan bersama masalalunya adalah seni menyakiti diri sendiri. Cinta akan menjadi baik ketika kita memilih pilihan yang tepat, pada rasa yang tepat, waktu yang tepat, dan dengan cara yang tepat pula. ...