Happy reading.
>><<
Sudah satu bulan lebih sejak Haris dan Renata kembali menjalin hubungan yang jauh lebih baik daripada sebelumnya. Mulai dari makan malam romantis, berkeliling untuk melihat keindahan kota, bahkan hanya sekedar duduk di halaman belakang rumah Renata, sudah sangat sering mereka lakukan.
Deru suara motor milik Haris sudah dapat terdengar jelas dari tempat Renata sekarang. Gadis itu sedang menunggu Haris yang sudah berjanji akan menghabiskan malam kedua tahun baru bersamanya setelah menghabiskan malam sebelumnya bersama dengan Venus di tempat tinggal neneknya.
"Ayo, Ris, masuk."
Mereka berdua berjalan menuju halaman belakang rumah Renata untuk mulai memasak bahan yang sudah mereka siapkan.
Halaman belakang rumah gadis itu ia sulap menjadi tempat romantis dengan meja dan vas bunga kecil di atasnya serta lilin-lilin kecil yang menyala di sekitarnya semakin menambah kesan romantis dari tempat itu. Renata sengaja menyiapkan malam ini untuknya dan laki-laki itu.
Musik mengalun merdu beriringan dengan angin sejuk yang menerpa wajah mereka. Wangi yang berasal dari daging panggang benar-benar menyebar dan menyatu di udara.
"Buat kamu, Re." Haris menyodorkan gadis itu sebuah piring yang berisi daging iris dengan penyajian yang begitu rapih dan bagus.
"Makasih, Ris." Renata mengambil alih piring itu. "Venus kenapa nggak kamu ajak?" tanya gadis itu.
"Dia masih di rumah nenek."
Mereka melanjutkan makan sambil saling melempar lelucon yang membuat gelak tawa mereka pecah dan mengisi kekosongan malam. Beberapa kali Haris menyuapi gadis itu dengan makanan hasil masakannya sendiri.
Renata merebahkan badannya di atas rumput taman rumahnya. Ia menatap langit yang dipenuhi oleh bintang dan bulan yang bersinar terang.
"Bintang yang itu, itu kamu, Re," ucap Haris yang ikut merebahkan tubuhnya di sebelah Renata sambil ikut menatap langit.
"Kenapa?" tanya gadis itu.
"Paling bersinar, paling cantik."
Renata tersenyum dan menatap laki-laki itu dengan tatapan tulus. Haris membalas tatapannya, ia mendekatkan wajahnya pada wajah gadis itu dan mulai mencium bibir mungilnya.
"Ris."
"Hm?"
"Lo tau, kan, kalo selama ini gue tinggal sendiri. Bokap gue jarang pulang."
"Tau, kenapa tiba-tiba bahas itu, Re?"
"Gue cuma punya lo," ucap gadis itu semakin ngelantur. "Ris ... jangan tinggalin gue sendiri lagi, ya?"
Haris hanya tersenyum dan mengecup kening Renata perlahan.
Saat itu. Renata berfikir jika lebih baik ia jatuh cinta berkali-kali dengan orang yang sama—Haris, di bandingkan jika ia harus jatuh cinta dengan orang baru. Karena, jika kembali bersama Haris sudah bisa membuatnya bahagia, untuk apa bersusah payah mencari orang baru yang belum tentu mampu membuatnya se-bahagia sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Salah Rasa
Teen FictionMencintai seseorang yang masih menyimpan rapih kenangan bersama masalalunya adalah seni menyakiti diri sendiri. Cinta akan menjadi baik ketika kita memilih pilihan yang tepat, pada rasa yang tepat, waktu yang tepat, dan dengan cara yang tepat pula. ...