Happy reading.
>><<
Pukul sembilan pagi. Sejak tadi malam hujan tiada henti membasahi setiap sudut kota, membuat genangan air di beberapa jalan yang berlubang.
Sama seperti kelas lain. Saat hujan turun, nyaris seluruh siswa kelas unggulan pun akan memilih untuk tidur di kelas atau hanya sekedar mendengarkan musik sambil bercerita dengan teman-temannya yang lain.
Adhit berjalan keluar kelas dengan tergesa-gesa, sampai ia tidak menyadari bahwa ada yang memperhatikannya sejak beberapa menit yang lalu.
Laki-laki itu memperlambat langkahnya ketika ia sudah menemukan apa yang dicari. Matanya melirik ke sekeliling, memastikan bahwa tidak ada yang memperhatikannya.
"Ren, gue mau ngomong," ujarnya pada gadis cantik dengan rambut ikal sepunggung yang sedang mengambil sesuatu dari lokernya.
Gadis itu melirik Adhit sekilas dan kembali pada kegiatannya.
"Ren, gue udah bilang sama lo buat jangan deket-deket sama Haris lagi."
"Masalahnya apa, Dhit?" jawabnya ketus.
"Lo lupa apa yang pernah dia lakuin ke elo dulu?"
"Dhit, itu semua salah paham."
Adhit menghela napas kasar. "Salah paham apanya, Ren? Jelas-jelas dia mau jual lo ke bandar," ucapnya setengah berbisik.
"Dia gak mau jual gue. Itu bandar lagi mabok, makanya omongannya ngaco." Renata menekankan setiap kata yang ia ucapkan, berharap Adhit akan percaya dan berhenti mengganggunya.
Haris membawa gadis itu ke salah satu basecamp tempat di mana ia sering berkumpul dengan teman-temannya. Beberapa pasang mata menatap Renata dengan tatapan penuh nafsu. Gadis itu memakai celana jeans panjang serta kaos polos berwarna hitam.
"Kita ngapain ke sini, Ris?" tanya Renata sambil terus memegang tangan laki-laki itu. Ia ketakutan.
"Ketemu temen gue, sebentar."
Salah satu laki-laki berbadan tegap dan besar yang semula duduk sambil menenggak minumannya, kini berjalan mendekat ke arah Renata. Laki-laki itu mengusap pipi Renata dan turun ke bahunya. Gadis itu sedikit menghindar dan menatap tajam laki-laki itu.
"Cantik juga," ucapnya payau. Renata mencium bau alkohol yang sangat menyengat dari mulut laki-laki itu.
"Sorry, yang ini nggak, Bang." Haris menyanggah ucapan laki-laki itu dengan cepat.
"Halah! Jangan munafik, Ris. Gue tau lo butuh uang."
Laki-laki itu menarik Renata secara paksa hingga membuat gadis itu tersungkur ke tanah.
"Ris, tolongin gue, Ris."
"Lo butuh berapa? Biar langsung gue transfer," ucap laki-laki berbadan kekar itu lagi kepada Haris yang hanya terdiam dan tidak melakukan apapun.
"Lepasin gue!" teriak Renata ketika dua orang laki-laki lain memegang tangannya begitu kencang.
"Gue bilang yang ini nggak. Bangsat!!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Salah Rasa
Teen FictionMencintai seseorang yang masih menyimpan rapih kenangan bersama masalalunya adalah seni menyakiti diri sendiri. Cinta akan menjadi baik ketika kita memilih pilihan yang tepat, pada rasa yang tepat, waktu yang tepat, dan dengan cara yang tepat pula. ...