• 10 || Salah Rasa

37 2 0
                                    

Happy reading.

>><<

Kali ini berbeda. Diandra tidak berangkat ke sekolah diantar ayahnya, melainkan bersama dengan Annastasya yang tiba-tiba saja sudah berada di depan rumahnya, lengkap dengan mobil hitam mewah serta supir kesayangan keluarga Annastasya.

"Makasih, ya, Pak," ucap Diandra sambil menutup pintu mobil.

"Sama-sama, Non, hati-hati."

Mobil hitam itu melaju meninggalkan lingkungan sekolah yang sudah diramaikan oleh siswa-siswi yang sedang berjalan ke kelasnya atau ke fasilitas sekolah yang lain.

"Ra, lo sama Adhit gimana?" tanya Ann tiba-tiba.

Diandra menghela napas kasar, perasaannya tiba-tiba menjadi tak karuan jika mengingat kejadian beberapa hari lalu.

"Gatau, Ann."

"Lho, emang belum ada kemajuan apa-apa?"

"Kemajuan apa maksud lo?"

"Ya, masa gak paham sih, Ra-"

Dengan wajah ceria, tiba-tiba saja Livy berlari ke arah mereka berdua sembari melambaikan tangannya.

"Kalian udah selesai, tugasnya?"

"Udah, kok," ucap Annastasya diikuti anggukan oleh Diandra.

"Oh iya, Ra, tadi gue ketemu Adhit di depan. Kirain dia berangkat sama lo," ucap Livy sambil menunjuk ke arah parkiran.

"Dia sama siapa?" tanya Diandra sedikit penasaran.

"Tadi sih gue liat dia lagi ngobrol sama kakak kelas yang waktu itu."

Diandra tersenyum kecut, karena sudah terlalu sering, rasanya mendengar Adhit dekat dengan wanita lain sudah bukan hal yang perlu dipikirkan.

•••

"Kita mulai, ya," ucap perempuan yang berdiri di depan sambil memegang buku nilai

Semua siswa sudah menyusun meja menjadi dua kubu. Ya, hari ini adalah praktek debat, setelah mereka semua di tugaskan untuk mencari materi debatnya masing-masing, maka hari ini adalah penilaiannya.

Materinya adalah tentang 'pemberlakuan pembelajaran jarak jauh pada masa pandemi COVID-19' Diandra dan kelompoknya menjadi tim pro dan Livy beserta kelompoknya menjadi tim kontra.

Pernyataan dimulai dari tim kontra, Livy memulai dengan memberikan argumennya yang dijawab oleh Adhit sebagai tim pro. Mereka saling lempar argumen sampai batas waktu yang sudah di berikan oleh guru pembina nya. Dan dalam rentan waktu tersebut, Diandra sama sekali tidak memberikan argumen apapun meski ia sudah banyak menguasai materinya. Pikirannya kosong.

"Sesi tanya jawab, ya," ucap guru pembina nya. Ia melirik ke arah Diandra. "Diandra, kamu yang harus jawab karena daritadi kamu hanya diam."

"Hah! I-iya, Bu."

Beberapa pertanyaan dilontarkan untuk kelompok Livy dan ada juga yang ditanyakan untuk kelompok Diandra.

"Mungkin sedikit menyimpang. Pertanyaan saya adalah, kenapa virus COVID-19 mampu membuat beberapa negara lockdown padahal kematian tertinggi ada pada penyakit diabetes," ucap salah satu anak perempuan yang duduk di barisan paling depan.

Salah RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang